*6*

163 30 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sekalinya saya menyukai bulan,
maka ribuan bintang terlihat biasa saja bagiku."
_Farka Jjovanka
*


"Ezhard, sudah cukup!" seru Zerlya dengan suara yang gemetar, berdiri di antara suaminya dan Farka yang terjatuh di lantai.

Ezhard merasa darahnya mendidih. Wajahnya merah padam, dipenuhi dengan kemarahan yang membara.

"Minggir zerlya, dia pantas dihukum karena mempermalukan keluarga kita!"

Zerlya menatap suaminya dengan mata berbinar penuh keberanian.
"Cukup sayang! Biar aku yang bicara dengan farka!"

Ezhard menghela nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.

Langkah-langkahnya terdengar berat dan tergesa-gesa saat menuju pintu kamarnya.

Tanpa ragu, dia membanting pintu dengan keras mengirimkan getarannya menyebar ke seluruh sudut rumah.

Suara benturan itu memecah keheningan, menyebabkan para pekerja pembantu dan penjaga rumah menjadi ketakutan.

Zerlya melangkah mendekati Farka yang tergolek lemah di lantai. Dia Memegang wajah Farka dengan lembut, Zerlya mencoba menenangkan putranya.

"Farka,wajah kamu" gumam Zerlya dengan suara parau.

Namun, Farka menarik diri dari belaian ibunya. Dia membuang wajahnya terus memandang kebawah mencoba menenangkan emosi dalam dirinya.

"Kenapa, Mi mau nyuruh farka buat buang Casandra juga?" gumam Farka dengan suara yang tercekat oleh emosi kesal.

Zerlya berusaha menjelaskan, suaranya penuh dengan kelembutan namun jelas terbawa keputusasaan.
"Farka, ini demi kebaikan kamu!! Ini demi masa--"

Namun Farka tidak memberikan kesempatan ibunya untuk melanjutkan penjelasannya.

Dengan nada kesal dan penuh kehampaan, ia memotong pembicaraan Zerlya.

"Demi kebaikanku? Dari mana, Mi? Dengan membuang Casandra dan bayinya? Apa itu yang kalian sebut kebaikan?"

Zerlya merasakan keputusasaan memenuhi dadanya, namun ia berusaha tetap tenang dan menenangkan putranya.

"Farka, tolong dengerin mami!!"

"Dengerin apa lagi, Mi?" sergah Farka dengan ekspresi kelelahan yang tampak jelas di wajahnya.

"Aku juga punya impian dan perasaanku sendiri Mi ,Mami Ngga bisa terus terusan maksa untuk jadi model dan menikahi Chloe... Aku udah gede, Mi! bukan anak kecil lagi!"Ucap farka dengan napas yang terengah-engah,

dan air mata mengalir tanpa henti di pipinya yang penuh dengan bekas luka.tidak bisa menahan emosinya yang pecah.

Perempuan yang memasuki usia kepala empat itu mendekati tangga dengan langkah tegas. Suaranya terdengar penuh amarah dan kekecewaan.

Popo Anka's Patience [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang