"Aku hanya bisa mengagumimu.
Karena memilikimu adalah hal yang mustahil dihidupku."-Nelie Martalianty -
•┈┈••○❁💮❁○••┈┈•
Sore hari yang sangat menyibukkan. Banyak sekali pelanggan yang berdatangan ke restoran seafood station, yakni tempat Nelie bekerja saat ini.
Nelie yang sedari tadi sibuk menghidangkan pesanan makanan di atas meja-meja. Dan salah satu di antara mereka ada Devan dan ayu tengah menunggu pesanan mereka di kursi paling pojok.
Nelie memegang baki berisi dua porsi makanan dan dua jus jeruk. Berdiri menatap tajam ke arah mantan suaminya itu. Merasa ragu untuk mendekati mereka setelah berusaha keras untuk melupakan wajah mantan suaminya itu.
"La! Kamu aja yang anterin makanan ini ke orang itu!" bisik Nelie pada rekan kerjanya yang bernama Lany.
"Halah Nel ... Kita lagi sibuk-sibuknya ini, dan kamu hidangin makanan aja gak mau? Niat kamu kerja atau apa sih!" ucap pelan Lany.
"Ok fine!" Nelie membuang nafas panjang dan berjalan ke arah Devan dan Ayu yang tengah duduk. Menghidangkan pesanan makanan mereka di atas meja.
Devan yang saat itu tengah berbincang dengan ayu, seketika terkaget melihat mantan istrinya datang menghidangkan makanannya.
"Nelie!" gumamnya, menatapi wajah Nelie dengan mata yang membulat.
"Ini minumannya mba, om!". Ucap Nelie dengan sikap profesional, seolah tak mengenali mereka.
"Nelie! Ka--kamu kerja di sini?" tanya Devan seolah tak percaya melihat mantan istrinya bekerja di restoran tersebut.
Ayu tak mau membiarkan mereka berinteraksi, dan mengalihkan pembicaraan.
"Please ya Nel ... Jangan panggil gue mba ya! Gue masih kelas dua SMA!" cibir Ayu dengan wajah sinisnya.Terbitlah senyuman manis di wajah Nelie dan menatap datar ke arah sang pelakor itu. "Lantas, mengapa anak yang bahkan masih kelas dua SMA pacaran sama om-om 90-an? Dan hebatnya lagi ... Pacarnya ini hasil merebut dari istrinya dulu! Saya salut sama kamu, masih SMA aja udah berprestasi dalam menghancurkan rumah tangga orang lain!"
"Jaga mulut kamu cewek kampung!" maki Ayu.
"Gue? Iya tau ... Gue emang cewek kampung, tapi gue memiliki etika dan moral! Hati nurani gue masih berfungsi dengan baik, otak gue juga waras ... Gas seperti Lo! Wanita murahan!"
"Gila ya kamu!" cibir Ayu yang mulai kalah dalam omongannya.
"Disini yang gila siapa? Apalagi gila suami orang!" timpal Nelie.
Devan hanya bisa tertunduk tak berucap apapun kepada keduanya.
"Udah, ya, mba pelakor! Gue gak ada waktu buat basa-basi sama para kayu neraka, dan kamu Devan! Selamat berbahagia dengan cewek murahan ini!" ucap Nelie kemudian melenggang pergi meninggalkan mereka.
Devan kemudian menatap Nelie yang berjalan menjauh dari mereka. Tersirat di hatinya, rasa rindu terhadap mantan istrinya itu.
'Kenapa gue udah menyia-nyiakan perempuan baik seperti Nelie, perempuan yang sabar menghadapi sikap gue, perempuan ahli ibadah. Dia semakin cantik dan teduh. Bisa-bisanya gue membuang berlian demi butiran kerikil,' batin Devan dalam lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta yang Permanen | Terbit√
Документальная проза⚠️Typo berserakan ⚠️Cara kepenulisan masih acak-acakan. ⚠️Cerita belibet dengan alur membingungkan. ✅Lebih baik baca langsung dari bukunya yang sudah terbit, dan pastinya sudah direvisi. 'Tinta yang Permanen' _________________________________ Ada y...