37. Tempat yang Tenang

70 4 0
                                    

Tiga bulan pasca melahirkan. Nelie nampak terlihat suntuk karena selama tiga bulan terakhir, ia tidak pernah keluar walau hanya sebatas menghirup udara segar.
Arya yang melihat istrinya selalu murung tentu tak tinggal diam, dia akan berusaha untuk selalu membuat Nelie tersenyum.

"Kenapa bibirnya mengerucut gitu, hm?" goda Arya sembari menekan-nekan bibir Nelie yang tengah mengerucut sebal.

"Nelie cuma bosen, capek, pengennya ke tempat yang tenang!"

Arya mengernyitkan dahinya dan kembali bertanya, "tempat yang tenang? Tempat yang tenangnya seperti apa dulu ... Kan, A'a jadi mikirnya aneh!"

Nelie membuang nafas gusar dan membayangkan beberapa tempat yang sangat ingin ia kunjungi saat ini.
"Danau, laut, kebun teh, pegunungan, akhh ... Bingung pengen kemana!"

"Pengen jalan-jalan, hm?" tanya Arya yang dengan cepat Nelie menganggukkan kepalanya, betapa semangatnya dia ketika Arya menawarkannya untuk jalan-jalan.

"Biar Aretha sama umma dulu!"

"Tapi Nelie pengen bawa Aretha. Nanti kita foto bareng, kita kan belum punya foto bertiga!"

"Enggak sayang! Aretha masih terlalu kecil untuk di bawa jalan-jalan jauh, kan bisa lain waktu kita jalan-jalan lagi dan bawa Aretha!"
Nelie pun mengangguk singkat tanda menyetujui pendapat suaminya.

***

"Kita pamit dulu, ya, Umma, Abah!" ucap Arya seraya menyalami Ahmad dan Sarah.

"Nelie pamit dulu, ya, Umma, Bah! Nelie titip Aretha sama Umma, ya ... Tolong jaga Aretha dengan baik!"

"Jangan khawatir, nak, umma bisa menjaga Aretha. Bersenang-senanglah, nikmatilah waktu berdua dengan kebahagiaan," ucap Sarah.

"Kalo gitu kita pamit dulu ya ma, bah ... Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussallam warahmatullah!" jawab umma dan Abah dengan serentak.

Sepasang suami istri tersebut memasuki mobilnya dan mereka pun berangkat, keluar dari lingkungan pesantren. Sementara Ahmad dan Sarah masih berdiri di halaman, menyaksikan Arya dan Nelie yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Pengennya jalan-jalan kemana, hm?" tanya Arya.

"Nelie pengen ke tempat yang tenang, sangat tenang!" jawab Nelie dengan tatapannya yang kosong tidak seperti biasanya yang selalu ceria ketika jalan-jalan keluar.

"Danau?"

"Kemanapun tempatnya, asal ada A'a di samping aku!" ucap pelan Nelie dengan senyuman yang begitu manis terpancar di kedua sudut bibirnya.

"A'a pengennya ke pantai, duduk di atas karang sambil menatap indahnya senja!"

"A'a juga suka senja?" tanya Nelie.

"Tentu sayang! A'a sangat suka senja!" jawabnya yang sesekali melirik ke arah Nelie yang tengah duduk di sampingnya.

"Tapi senja membuatku teringat akan semua rasa sakit ... Senja memanglah indah, namun hanya sebentar. Dan setelah itu awan pun berubah menjadi kelabu yang akhirnya meninggalkan kegelapan dan dinginnya malam," ucap Nelie yang sedari tadi pandangannya terus menatap ke arah wajah teduh suaminya dengan tatapan yang sendu.

"A'a jangan jadi senja ya! Datang membawa keindahan dan pergi meninggalkan kegelapan!" Lanjutnya dengan ekspresi yang sama.

"Dan kamu jangan seperti bulan, sedangkan aku matahari. Sangat mustahil untuk keduanya bisa bertemu setiap hari," ucap Arya.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang