10. Circle

152 21 4
                                    

Kelas 12 IPS A, kelas yang sangat dikenal baik oleh semua guru. Kenapa? Selain murid-muridnya yang aktif, namun juga sangat menerapkan etika, terutama kepada guru. Namun, dibalik semua keunggulan itu, ada kesenjangan sosial di dalam kelas yang berisikan 39 murid tersebut.

Dari ke-39 murid tersebut, terpecah menjadi 3 circle. Mereka seperti minyak dan air, ya! Sulit di satukan.
Nelie yang awalnya dekat dengan circle bangku barisan belakang yang berisikan anak-anak introvert, kini ia pindah dan lebih merasakan kenyamanan dengan circle barunya yang membawa banyak perubahan di hidupnya.

Circle yang paling aktif dalam kegiatan belajar yakni circle Nelie yang sekarang, selain itu mereka juga sangat di andalkan dan di percaya oleh semua guru.

Lucunya, ketiga circle tersebut rupanya sudah di kenal di lingkungan sekolah. Tak sedikit dari mereka yang menjuluki circle Nelie sebagai circle becetif atau bebas, cerdas dan  aktif, yang artinya bebas berpendapat, berisikan anak-anak yang cerdas dan aktif dalam segala hal.

Circle yang kedua sering di juluki circle manis minimalis, yakni teman-teman pertama Nelie sewaktu memasuki sekolah, salah satunya adalah Caca Salsabila.

Dan yang terakhir circle ke tiga, circle ini netral, bisa saja bergabung dengan circle becetif, maupun circle manis minimalis.

Circle becetif ini pastinya ada Utari si paling cerdas, Fita si paling cantik, Salma si paling dewasa, Fara si paling bijaksana, Rara si paling humoris, tak lupa empat anak cowok yang jago matematika dan terakhir ada Nelie si anak yang sulit di tebak. Kadang nangis kejer, kadang tertawa brutal sehingga terdengar sampe kelas lantai tiga.

"Morning Guys! Ke kantin yuk!" seru Nelie pada teman-temannya yang baru saja memasuki kelas di pagi hari itu.

"Masih pagi Maryanti!" sahut Fita sembari duduk di bangkunya dan menaruh tas nya.

"Nelie Martalianty oy! Dasar cacing pita!" maki balik Nelie.

"Ya aku sih niru bestie kamu dulu, si Caca!" jawab Fita yang di iringi kekehan kecilnya.

Nelie cemberut dan menolehkan pandangannya ke arah belakang—bangku tempat duduk Caca. "Duh jadi kangen Caca yang dulu," gumamnya.

"Balik sana, satu circle lagi bareng mereka!" bisik Salma sembari tertawa kecil.

Lantas membuat Nelie kesal dan menatap mata Salma dengan sangat tajam. "LU AJA SANA!"

***

Semakin hari perselisihan antara ketiga circle tersebut semakin terlihat. Bahkan semua guru pun dapat mengenali dari cara Mereka belajar. Mereka paling tidak suka kalau diberikan kerja kelompok, apalagi kelompoknya yang di pilihkan oleh guru.

"Lho kenapa duduknya gak sesuai aturan? Ibu mau kelas ini rapi dan disiplin seperti dulu!" tegas ibu wali kelas kepada mereka.

"Kita nyamannya gini Bu!" sahut salah satu cewek seleb di kelas itu.

"Gak boleh ada geng-gengan di sekolah ini! Ibu gak suka!"

"Bukan geng Bu! Lebih tepatnya circle! Kami bergaul hanya dengan mereka yang se-frekuensi aja Bu, karena dengan begitu belajar pun jadi nyaman!" sahut seorang sekretaris.

"Kalian udah besar lho! Jangan ke kanak-Kanakan seperti itu, jangan membeda-bedakan antar teman!" jelas wali kelas pada mereka.

"Tuh Bu! Circle minimalis yang gak mau di ajak berdiskusi kalo lagi belajar kelompok ... apalagi di ajak berteman, emang ya, pada merasa bener sendiri!" ucap si cewek seleb yang tadi.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang