34. Pesantren An-Nur

68 4 7
                                    

Sore hari dengan cuacanya yang hangat. Suara merdu lantunan sholawat para santri terdengar di sebuah pondok pesantren.
Gerbang pun terbuka dan sebuah mobil berwarna putih berhenti sempurna di area parkir pesantren An-Nur.

Semua pasang mata seketika tertuju pada seseorang yang tengah keluar dari mobil tersebut. Seseorang yang sangat mereka rindukan kehadirannya. Dialah Gus Arya dan istrinya, Nelie.

Semua santri putra yang berada di depan asrama pun segera menghampiri Arya dan menyalaminya.
Sedangkan santri putri hanya menyaksikan Arya dari kejauhan dengan beberapa dialog yang mereka bincangkan mengenai pasangan harmonis tersebut.

"Bukankah istri Gus Arya itu Ning Ulfa, ya?" tanya salah seorang santri Wati pada teman-temannya yang tengah berkumpul di depan asrama.

"Beliau sudah wafat tahun lalu! Jadi dia nikah lagi sama Ning Nelie, seperti yang pernah diucapkannya dulu!" jelas seorang santri Wati lainnya.

"Katanya pernikahan Gus Arya sama Ning Ulfa itu hanya delapan bulan, beliau wafat karena jatuh dari tangga, terus keguguran,"

"Terus si Nelie? Bukankah dia juga sudah menikah, ya, sama cowok yang katanya anak geng motor?"

"Pernikahan Ning Nelie juga hanya bertahan satu tahun ... Katanya, sih, si suaminya dan mertuanya galak, kebayang gak betapa tersiksanya Ning Nelie jika harus tetap bertahan!"

"Yang aku denger, mantan suaminya Ning Nelie itu doyan selingkuh, kan? Terus Ning Nelie dapat kiriman santet sehingga dia sakit-sakitan selama tinggal di rumah mantan suaminya!"

"Tapi, siapa yang ngirim santetnya? Jahat banget ... Astaghfirullah!"

"Aku denger, sih, dari keluarga si selingkuhan mantan suaminya, rumah orang tua aku, kan, satu RT sama Ning Nelie ... Jadi kita pasti denger tentang info terbaru dia!"

"Tapi hebat, ya mereka, Gus Arya sama Ning Nelie bisa dipertemukan kembali sehingga menjadi suami istri seperti harapan mereka beberapa tahun lalu!"

"Namun, keduanya sama-sama memiliki luka masalalu,"

"Iya, mereka sama-sama terluka oleh masalalunya ... Bedanya, Gus Arya di tinggal istrinya karena wafat, dan Ning Nelie ditinggal suaminya karena selingkuh!"

"Eh! ... Perhatiin tuh perut Ning Nelie ...  Kayak hamil, ya!"

"Eh, iya yaa ... Baru nyadar!"

"Aakkh! Jadi ikut seneng gue ... Gue pengen nikah juga, tapi gak mau sama cowok seperti mantan suami Ning Nelie, tapi maunya yang seperti suaminya yang sekarang!"

"Semoga kita di jauhkan dari suami yang berakhlak buruk!"

Semua santri Wati yang tengah berbincang di teras asrama pun menghampiri Nelie dan berniat untuk menyalaminya. Merekalah santri Wati yang selalu mengolok-olok Nelie, karena tingkahnya yang bar-bar sewaktu dia menuntut ilmu di pesantren An-Nur beberapa tahun lalu. Merekalah Tina, Zahra, Anna dan satu sahabat baik Nelie yang tak lain adalah Laisa.

"Assalamualaikum Ning Nelie!" ucap mereka serentak, dan kemudian menyalami Nelie dengan sopan.

"Wa'alaikumussallam warahmatullah! Apa kabar kalian?" tanya Nelie yang tak kalah sopan.

"Alhamdulillah baik, Ning! Ning sama Gus kemana aja, kok jarang banget ke sini?" tanya Laisa.

"Maa sya Allah! Ning dedenya udah berapa bulan?"

"Selamat, ya, Ning Nelie sama Gus Arya!"

"Kita jadi ikut seneng!"

Sementara Nelie hanya tersenyum ketika berbagai pertanyaan itu terlontar kepada dirinya. Semua teman julidnya nampak berubah drastis kepadanya yang semula selalu ribut karena hal sepele dan kini menjadi sopan seolah menghormati atasannya.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang