7. Mantanku, kakak iparku

182 30 46
                                    

Semenjak gus Arya menyatakan bahwa Nelie akan dijadikan istrinya setelah Nelie lulus SMA. kehidupan Nelie yang awalnya penuh dengan tekanan karena terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, Kini berganti dengan rasa bahagia yang tidak dapat di ungkapkan melalui kata-kata.

Namun, sesekali Nelie selalu merasa bahwa dirinya tidak pantas dimiliki siapapun. Apalagi untuk memiliki Gus Arya yang sangat sempurna di matanya.

Kisah cinta tanpa berinteraksi ataupun bertemu dengan jarak dekat. Nelie hanya bisa mendengar suaranya yang tengah mengumandangkan adzan dan melihatnya dari kejauhan dalam satu pesantren.

Semua itu dilakukannya sesuai perintah Arya sendiri. Kita masih bukan mahram, haram bagi kita untuk bertatap muka, berpegangan tangan, dan berinteraksi yang tidak perlu. kalo kita berjodoh, takdir pasti menyatukan kita dengan cara yang baik.

Nelie memanfaatkan waktu 2 tahun ini untuk memperbaiki diri. Nelie kini banyak berubah, dari yang awalnya celana ketat, sekarang menjadi gamis longgar, dulu sering bicara kasar dan sekarang ia sangat menjaga lisannya.

Karena jodoh adalah cerminan diri. aku memperbaiki diri karena Allah, aku hanya perencana, namun Allah lah yang maha menentukan. Tulis Nelie di buku hariannya.

***

Kurang lebih satu bulan, Gus Arya tidak menampakkan dirinya di pesantren setelah izin untuk pulang hanya sekedar mengambil pakaian. Lingkungan pesantren rasanya hampa tanpa kehadiran Arya, seperti halnya jantung yang tidak berdetak lagi.

Arya, sosok pemuda yang di besarkan oleh kiyai Ahmad beserta umma sarah-istrinya, menjadi sosok penerus yang berperan penting dalam pesantren yang di dirikan Ayah angkatnya itu.

kiyai Ahmad mendapat kabar dari pihak keluarga kandung Arya, bahwa Arya selama ini tengah di rawat di rumah sakit.

"Saya khawatir sama keadaan Arya, saya harus menjenguknya ke rumah sakit!"  ucap kiyai kepada semua muridnya seusai melaksanakan kajian bersama.

"Saya ikut guru!" celetuk Nelie seraya mengacungkan tangannya.

"Huuuuuhh!" sontak semua santri yang berada di sana menyoraki Nelie.

Mendengar sorakan mereka, Nisa tak tinggal diam, dan membela keponakannya.
"Ya wajar dong ukhti, akhi, Nelie kan calon istrinya Gus Arya! Jadi gak masalah kalo dia ikut jenguk calon suaminya!"

Seketika hening, semuanya terdiam.

"Sudah ... sudah ... yang ikut sama saya 10 orang saja, lima laki-laki dan lima lagi perempuan" tegas kiyai Ahmad.

"Saya ikut guru!" ucap Nelie sekali lagi dengan netra yang berkaca-kaca.

"Iyaa ukhti, calon istrinya Arya ...." jawab kiyai dengan senyuman yang menghiasi pipinya. Membuat semua pasang mata membola, dan tidak ada yang berani menyoraki Nelie setelah itu.

Tak lama kemudian 10 orang tersebut berangkat ke rumah sakit. Lima laki-laki mengendarai motor, sedangkan lima perempuan menaiki mobil bersama kiyai dan umma.

***

Setibanya di rumah sakit, mereka mendapati Gus Arya yang terbaring lemas dengan infusan di tangannya.

"Assalamu'alaikum!" ucap salam mereka kepada Arya dan Alan—ayahnya yang tengah duduk di samping Arya yang terbaring lemas.

"Wa'alaikumussallam!" jawab Arya dan Alan. Arya bangkit meraih tangan guru sekaligus ayah angkatnya serta menciumnya dengan takzim.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang