35. Sebuah Janji

70 4 2
                                    

❝ sebesar apapun masalahnya,
Sesulit apapun jalannya, dan sedahsyat apapun cobaannya,
saya tidak akan pernah sekalipun berfikir Untuk
meninggalkan istri saya.❞

-Arya Rafandra

─────⊹⊱✫⊰⊹──────

Sehabis membimbing para santri dalam mengkaji kitab, Arya kembali ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di sebelah Nelie yang tengah duduk dengan sebuah bantal yang menjadi sandarannya.

"Makin hari makin gede Dede kecebongnya!" gumam Nelie seraya mengelus lembut perutnya yang kini sudah nampak membesar.

Arya segera mendekatkan pipinya pada calon buah hati yang berada di dalam sana. Sebuah kecupan pun mendarat di atas perut Nelie.
"Sehat-sehat, yaa, jagoan Ayah!"

"Eh, Dede cebongnya nendang!"

"Jangan keras-keras menendangnya ya, de, kasian mamah!" bisik Arya yang seolah berbicara dengan calon buah hatinya.

"Iya Ayah!" jawab Nelie dengan menirukan suara anak kecil.

"Sayang! Menurutmu Dede cebong ini cewek atau cowok?" tanya Nelie.

"Baik cewek atau cowok, asalkan sehat, tumbuh menjadi anak Sholeh sholehah, berbakti sama orang tua dan tentunya berguna bagi bangsa dan agama!" jawab Arya.

"Kata dokter juga bayinya sehat, tapi aku gak mau USG, gak papa biar menjadi surprise pas dedenya lahir nanti!"

"Bismillah sayang! Tinggal menghitung hari!"

"Nelie takut ... Nelie takut gak bisa bertahan!" lirih Nelie seraya menatap sendu suaminya.

"Stttt ... Jangan bicara seperti itu sayang! Serahkan semuanya kepada Allah, dan insyaallah semuanya akan baik-baik saja!" ucap Arya menenangkan kembali Nelie dan mulai membawanya ke dalam sebuah pelukan.
"Apa Nelie bisa? Nelie gak yakin kalo Nelie kuat!" rintihnya.

"A'a yakin kamu kuat, kamu pasti bisa melewati semuanya!" lanjut Arya yang kali ini memendarkan pelukan hanya untuk menatap wajah Nelie.
"A'a akan selalu ada di samping kamu sayang!"

***

Sore hari selepas mengisi sebuah kajian, Arya bersiap keluar dari aula dan berniat untuk menemui istrinya yang tengah beristirahat di kamar. Hanya untuk memastikan kalau semuanya baik-baik saja yang mana minggu-minggu sekarang adalah perkiraan Nelie untuk melahirkan.

"Gus! Tunggu!" Seseorang memanggilnya dari belakang, Arya segera menoleh ke arah si pemilik suara tersebut.

"Iya, Tina? Ada apa?" tanya Arya.

"Itu Gus! Ada banyak pertanyaan yang mau saya tanyakan sama Gus, tadinya mau bertanya di kelas ... Tapi malu sama para senior!"

"Ini bukan waktunya sesi tanya jawab, besok aja kamu bertanya nya di kelas Madin!" ucap Arya dengan tegas. Kemudian Arya melanjutkan langkahnya dan mengabaikan Tina.

"Tapi Gus! Tunggu!" Tina segera mengejar Arya sehingga keduanya berjalan dengan jarak yang dekat.

"Gak baik bagi lawan jenis yang bukan mahram berjalan berduaan seperti ini!" tegas Arya yang kemudian mengencangkan langkahnya, namun tetap saja Tina mengejarnya dengan melontarkan berbagai pertanyaannya.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang