3. Terungkap

256 38 78
                                    


"Tetaplah menjadi baik. Rasa kecewa dan sakit hati tidak boleh membuatmu menjadi jahat. Lapangkan hati dan kesabaran untuk selalu menerima apa yang telah menimpa hidupmu!".

- Nelie Martalianty

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Pagi hari yang diselimuti kabut dengan udaranya yang sejuk. Sebuah pedesaan yang jauh dari polusi dan bisingnya kendaraan. Desa Lebak bambu, sebuah desa swakarya yang asri. Terletak di perbatasan antara bandung dan Cianjur.

Nelie dan Caca, dua gadis berkulit sawo matang itu tengah berjalan berdua menuju ke sekolah. yang di mana hari ini adalah dilaksanakannya ulangan Tengah semester.

Nelie nampak lemas dan kelopak matanya yang pucat, "Kamu semalam belajar gak ca?". Tanya Nelie.

"Cuma baca sedikit, males ah" jawab Caca.

"Aku ... boro-boro inget belajar, semalaman jagain mamah aku yang lagi sakit," ucapnya dengan suara lemas.

"Ibu kamu masih sakit nel?"

Terlihat dari manik matanya yang berkaca-kaca, setiap mengingat ibunya yang tengah sakit tersebut.

"Iya ca! makin hari makin parah, aku takut mamah bakal pergi selamanya, bulan depan 2021, aku takut tahun baru tanpa sosok mamah, 18 Maret nanti ulangtahun ku yang ke 16! Aku takut di hari ulang tahunku mamah udah gak ada."

Caca memeluk nelie dan menyemangatinya.
"Optimis Nelie! Percaya deh ibumu pasti sembuh, aku selalu doain ibu kamu,"

"Semalam aku mimpi aneh, mamah aku bikin rumah baru, dalam mimpiku aku bertanya, mamah kenapa bikin rumah di sini? Tanyaku, dan mamah menjawab dengan suara lembutnya sudah harus seperti ini nak. Mimpi tersebut seolah memberi tahuku bahwa mamah akan cepat pergi ... untuk selamanya," ujar Nelie.

"Jangan sedih, kamu harus kuat ... aku akan selalu ada buat kamu," ucap Caca yang sedari tadi masih memeluk Nelie.

"Aku takut sepulang sekolah mamah udah gak ada ... semalam mamah udah ngomong yang enggak-enggak. Dia udah bikin wasiat, bahwa rumah yang sekarang di tinggali adalah hak aku, mamah udah nitipin aku ke bapak supaya bapak memanjakan aku sebagaimana mamah memperlakukanku. Aku gak tau harus ngomong apa, waktu itu aku benar-benar hancur!"

kini Nelie tak bisa menahan air matanya, dan berusaha kuat untuk menerima semuanya bila suatu hal buruk terjadi padanya.


***

Sementara di rumah, keadaan Bu elisa semakin mengkhawatirkan, perasaannya sudah tak karuan. Ia sudah pasrah kalo memang ia harus pergi sekarang. Di rumah hanya ada Nayla dan suaminya, roman. Sedangkan pak Ameer pergi ke kebun untuk panen sayuran.

"Saya jadi semakin yakin kalo ini penyakit kiriman!" Roman menatap ibu mertuanya yang terbaring tersebut.

"M-mamah udah gak ada harapan sembuh. semua terasa sakit," ucap Elisa terbata-bata.

"Saya punya kenalan, seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit kiriman. Namanya Abah Anom, bagaimana kalo kita datang ke rumahnya! Apa mamah masih kuat kalo kita berangkat sekarang?"

Bu Elisa menganggukkan kepalanya seraya berkata.
"Insya Allah kuat nak!"

Roman berangkat menggunakan sepeda motor dengan Bu Elisa yang ia bonceng di belakangnya. Jarak rumah bah Anom lumayan jauh namun semua demi kesembuhan ibu mertuanya tersebut.

Dan Bu Elisa yang nampak memaksakan diri untuk berangkat bersama roman, walau sekujur tubuhnya terasa sakit bagaikan di tusuk-tusuk pisau. Berharap dengan berobatnya tersebut, ia dapat sembuh seperti sedia kala.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang