18. Jangan Ambil Bahagiaku!

168 17 27
                                    


ּ ֺ ⟡ ֺ ּ°°°°°°°°°°°°°°°°°°°ּ ֺ ⟡ ֺ ּ

Mereka mengatakan :

Carilah tempat dimana kekurangan mu dapat diterima, jangan mencari tempat dimana kamu harus terpaksa untuk menjadi sempurna.

ּ ֺ ⟡ ֺ ּ°°°°°°°°°°°°°°°°°°°ּ ֺ ⟡ ֺ ּ

Di sore itu, Nelie duduk di depan cermin yang berada di kamar suaminya. Lagi dan lagi menatapi dirinya dengan manik mata yang berkaca-kaca.

"Aku jelek! Aku pantas menerima semua rasa sakit ini ... Tapi aku juga punya hati! Aku juga pantas bahagia. Namun, kenapa takdir begitu kejam padaku," gumamnya dengan air mata yang tak hentinya berjatuhan.

Dibenci suami dan mertua membuatnya sepintas ingin mengakhiri rumah tangganya. Diperlakukan tidak layak hingga di fitnah sudah mereka lakukan berkali-kali terhadap nelie agar Nelie seolah-olah terlihat salah di mata semua orang.

Banyak yang bertanya tentang keadaan rumah tangga Nelie dan Devan yang berbeda dengan rumah tangga pada umumnya.

"Pengantin baru itu, harusnya sekarang lagi asyik-asyiknya bahagia, menikmati waktu berdua, kesana kemari berdua. Namun, lihat Nelie dan Devan! Nelie yang kesana kemari sendirian sedangkan Devan sibuk nongkrong dengan teman-temannya," ucap mereka.

Nelie bahkan tidak diberi nafkah, pasti mati kelaparan bila ia tidak ditransfer dari orang tuanya di desa, padahal sekarang sudah bukan tanggung jawab orangtuanya lagi.

Nelie memanglah istri yang sangat sabar. Devan pengangguran pun tidak dituntut untuk bekerja. Namun, kesabaran dan kebaikan Nelie justru dibalas dengan keji oleh Devan dan keluarganya.

Devan dengan teganya bermain di belakang Nelie. Ia tidak kapok-kapoknya berduaan dengan gadis calon lacur yang bernama Ayu itu.

Bahkan Ayu pun tidak ada rasa malu mendekati Devan di hadapan istrinya sendiri. Bermodalkan pelet yang ia gunakan.

Setiap malam Nelie selalu menangis sampai ia tertidur lelap. Kenapa semua penderitaan ini terjadi padanya. Dan tak menyangka seorang Devan yang baik tutur katanya dan beretika tidak sebaik yang di bayangkan bahkan tidak memiliki hati nurani.

"Sebenarnya Devan sangat beruntung sekali memiliki Nelie yang sangat sabar. Devan pengangguran pun tidak Nelie tuntut untuk bekerja, mau cari wanita mana pun tidak akan ada yang sesabar Nelie. Devan nya aja yang kurang bersyukur," ucap mereka.

Setiap malam Minggu Devan pasti pulang jam 1 malam karena tak salah lagi pasti berduaan dengan si ayu. Tak sedikit dari tetangganya yang selalu mendapati mereka berduaan di warung kopi.

Di pagi harinya, Bu Jaha alias ibunya si Ayu datang ke rumah Bu Fina. tatapan matanya begitu sadis ketika melihat Nelie yang sibuk menjemur pakaian.

"Bu Fina!" teriak Jaha seraya memasuki rumah Fina.

"Tumben pagi-pagi kesini, ada apa?" tanya Fina yang sedari tadi duduk di ruang tamu.

"Mau minta beras! Punya menantu orang kampung kan banyak berasnya!" ucapnya dengan lantang.

Mereka pun berbincang-bincang dan berbisik-bisik yang mencurigakan. Sehingga membuat Nelie semakin yakin bahwa hubungan suaminya dengan ayu yang seolah telah mereka rencanakan.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang