20. Mengikhlaskan

147 12 13
                                    

----------------❤️

"Penyebab kamu tidak bisa berhenti memikirkan seseorang, kemungkinan karena dia juga tidak berhenti memikirkan mu."

❤️----------------

Bandara Soekarno Hatta

Di sore hari yang cerah, seorang pemuda tampan berbadan kekar nampak turun dari sebuah pesawat dengan membawa koper hitam berukuran sedang.

Pemuda tersebut mengenakan jubah putih dipadukan dengan jas hitam. Tak lupa kacamata hitam yang ia kenakan terlihat sangat sempurna di wajahnya.

Semua mata tertuju padanya, melihat seorang pemuda tampan berjalan di tengah keramaian bandara. Mereka mengira bahwa dia adalah pemuda berkebangsaan Arab.

Kira-kira siapakah dia?

Siapa lagi kalau bukan Gus Arya.
Beliau pulang dari Mesir, setelah tiga tahun menuntut ilmu di sana.

"Akan ku tepati janjiku, Nelie,"
gumamnya.

***

Sementara itu, satu tahun setelah pernikahannya dengan Devan. Nelie tak kunjung juga menemukan kebahagiaan di dalamnya. Yang ada hanyalah rasa sakit dan berbagai tekanan yang di alaminya.

Kerap kali Nelie selalu dimarahi Devan karena sifat manja dan kekanak-kanakannya.

"Sekarang kamu udah menjadi seorang istri, belajar beradaptasi! Belajar dewasa, jangan malu-maluin gue," ucap Devan

"Jangan jadi cewek penakut, belajar mandiri!" Lanjutnya.

"Aku selama ini gak pernah meminta apapun sama kamu! Terkecuali minta di temenin, minta waktunya buat aku, itu aja udh cukup," lirih Nelie dengan kepala yang tertunduk.

"Iyaa, maka dari itu jangan jadi cewek penakut!, apa masalahnya sendirian malam hari di rumah? Gak bakal juga tuh kamu di makan sama yang namanya hantu!" tegas Devan dan berjalan keluar meninggalkan Nelie sendirian di rumah.

Yang kala itu kedua orang tua Devan beserta adik-adiknya sedang pergi ke luar kota menjenguk eyangnya. Karena terbiasa di tinggal siang malam oleh Devan. Nelie berubah menjadi pribadi yang mandiri dan pemberani.

Tidak ada lagi inner child dan sikap manja di dirinya. Namun, bohong, nyatanya sedewasa apapun seorang wanita, pasti ia ingin di perlakukan seperti anak-anak yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Sekarang aku baru faham, mengapa harus mencari cinta yang setara! Karena manja mu akan di balas dengan kasih sayang, bukan di suruh untuk dewasa. Tulis Nelie di buku hariannya.

Buku harian berwarna merah dengan tebal sembilan ratus lembar itu, selalu di bawanya kemanapun ia pergi. Ia membelinya waktu berusia dua belas tahun. Buku dengan goresan tinta yang ditulis ketika suka dan duka, menyimpan seribu bahasa teka-teki yang hanya di mengerti diri sendiri.

Sebagian tintanya pudar terhapus oleh air mata yang berjatuhan dikala mencurahkan kisah yang telah dialaminya. ketika membuka kembali lembaran yang terdahulu, di lihatnya banyak nama "Arya" yang tertulis spesial di buku tersebut.

Nelie tersenyum dengan manik mata yang berkaca-kaca.

"Dialah orang yang membuatku ingin berubah menjadi lebih baik, hingga seperti sekarang ini. Ketakutan ku telah terjadi! Kala itu aku bingung tentang kehidupanku sendiri. Antara menunggu seseorang yang aku cintai melamar ku, dan menerima lamaran seseorang yang mencintaiku.

Tinta yang Permanen | Terbit√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang