"Dede cebongnya mirip banget sama ayahnya!" ucap Nelie seraya memainkan pipi gemoy buah hatinya.
"Katanya sih, anak perempuan pertama emang selalu mirip ayahnya, untung ayah nya ganteng ya, haha!" ucap Arya diiringi tawa sombongnya.
"Disaat para kaum hawa berusaha tidak insecure, lah ini malah berkoar-koar dengan rasa pede setinggi Jupiter," maki Nelie.
"Tapi A'a emang ganteng, kan, hm?" goda Arya sembari menaik turunkan alisnya.
"Iyaa ... Ayahnya cebong ganteng banget!" ucap Nelie, malas.
"Masa bayi secantik ini namanya cebong, hm!"
"Aku belum mikirin nama buat Dede cebong!"
"Biar Ayah yang kasih namanya yaa, sekarang nama Dede cebongnya diganti menjadi Surti Maryanti," ucap Arya tanpa dosa.
Nelie dengan cepat menggelengkan kepalanya, yang dengan jelas dirinya sama sekali tidak setuju terhadap nama yang diberikan Arya.
"Gak! Nama kedua orangtuanya juga cukup keren, kenapa nama anaknya ngambil dari tahun 80-an!""Maryanti kan nama panggilan kamu kalo lagi berantem sama temen-temen, kan?" Arya semakin sulit dalam menahan tawanya
Ketika melihat raut wajah istrinya penuh dengan amarah yang tidak bisa di keluarkan nya."Ok, ok! Ayah cuma bercanda ya dee! Ayah pastikan nama kamu cantik seperti keanggunan mamah mu!".
Arya menjeda ucapannya sejenak,
"Aretha Nelya Maryazia ... Gimana Dede sama mamah suka gak sama nama yang ayah berikan, hm?""Maa sya Allah! Nah ... yang ini baru Nelie setuju, karena ada Nelya nya juga alias Nelie dan Arya, haha!"
"Untungnya Nelie udah tepat waktu menyelesaikan hafalan Al-Qur'an 30 juz, jadi sekarang tinggal fokus urus Dede bayi!" ucap Nelie yang kemudian Arya memberikan kecupan pada kedua pipi serta bibir Nelie, betapa bangganya Arya terhadap istrinya yang sudah ia didik semaksimal mungkin dan semuanya berbuahkan hasil yang manis.
***
"Assalamualaikum! Maa sya Allah cucu kita lucu banget!" ucap heboh seseorang yang tiba-tiba membuka pintu kamar Arya tanpa mengetuknya.
Mereka tak lain adalah kedua orang tua Arya beserta kedua orang tua Nelie."Tunda dulu adegan mesranya!"
"Bicaranya pelan-pelan dong jeng! Tuh, kan, cucu kita jadi bangun,"
Bisingnya kendaraan akan kalah kalo Elisa dan Fatma dipertemukan di tempat yang sama. Keduanya sama-sama heboh dengan suara melengking khasnya.
"Lihat deh jeng! Kira-kira mirip siapa cucu kita ini?" tanya Fatma pada Elisa yang kini membawa Aretha dalam pangkuannya.
"Tentunya mirip saya, cantik, anggun, berwibawa," jawab Elisa sembari terkekeh kecil.
"Gak dong jeng, lihat lagi deh ... Bayinya mirip saya persis ini mah, lihat deh dari hidungnya ... Mancung banget, kamu kan pesek jeng!"
"Biarpun saya pesek, tapi lihat deh bibir bayinya, mirip bibir saya! Kecil mungil," ucap Elisa tak mau kalah dari besannya terseut.
Sementara Arya dan Nelie saling menatap heran terhadap tingkah orang tuanya yang seperti dua orang sahabat masa kecil.
"Mirip kamu sama Andi kalo lagi di pertemukan di tempat yang sama," bisik Arya yang diiringi kekehan kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta yang Permanen | Terbit√
Non-Fiction⚠️Typo berserakan ⚠️Cara kepenulisan masih acak-acakan. ⚠️Cerita belibet dengan alur membingungkan. ✅Lebih baik baca langsung dari bukunya yang sudah terbit, dan pastinya sudah direvisi. 'Tinta yang Permanen' _________________________________ Ada y...