"Lo nggak bakal jadi kaya gue, gue bakal ngelindungin lo."
.
.
.
.
.
✧Freya mengusap tengkuknya kemudian tersenyum simpul. "Gimana, ya?" Gadis itu meringis pelan. Membayangkan perlakuan Kathrina padanya kala itu masih membuatnya ngeri.
Tangan Fisha bergerak menyentuh punggung tangan Freya lalu menggenggamnya. "Ngomong aja, kamu diapain sama Kathrin?"
Melihat tatapan Fisha yang lembut, Freya terpaku sebentar. Ia menunduk memperhatikan jemari Fisha yang mengusap tangannya. Terlalu nyaman, Freya tak tahan!
Gadis itu langsung menceritakan keseluruhan cerita tersebut pada Fisha tanpa ada sedikitpun yang ia tutupi. Semuanya dibeberkan dengan runut dan jelas. Fisha menyimak ceritanya tanpa tertinggal satu katapun.
Matanya yang terus memandang netra Freya terkadang lupa untuk berkedip. Saat mata Freya berkedip, barulah ia ikut tersugesti untuk mengedipkan matanya.
Tak sampai beberapa menit, Freya menyelesaikan ceritanya. Fisha menegakkan tubuhnya kemudian sedikit memicingkan matanya dan tersenyum. "Jadi gitu ..."
Gadis mungil itu berdiri kemudian berjalan mendekat pada Freya lalu mengusap leher Freya. "Kamu nggak apa-apa 'kan?"
Freya sedikit mendongak membiarkan jemari Fisha bermain di lehernya. Geli, namun ia tak masalah jika itu Fisha.
Fisha mengerutkan dahinya kala menyelipkan beberapa helai rambut Freya, ia tak menemukan bekas luka apapun. Gadisnya aman, syukurlah. Fisha menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan sekitarnya sepi.
Fisha tersenyum singkat, kemudian menarik kepala Freya agar sedikit mendongak. Fisha langsung menundukkan kepalanya lalu mengecup bibir Freya dengan gemas.
Kondisi Freya? Matanya membulat dengan kedua bibir yang terbuka. Kejadiannya sangat cepat. "Fisha, kita masih di sekol-"
"Lebih seru gini, tau."
"Fishaa!" pekik Freya. Gadis itu menutup wajahnya rapat-rapat dengan kedua tangan.
Gadis mungil dengan wajah tak berdosa itu langsung tertawa puas sambil memeluk tubuh Freya. "Kamu gemes banget, sih!"
• • •
"Lepasin, lepasin!"
Azizi dan Ashel seakan tuli terhadap Kathrina. Dengan wajah datar, tampak tak berjiwa sama sekali, keduanya menahan tangan Kathrina dan tak membiarkannya bergerak bebas.
Fisha masuk ke kamar dan mulai menyuruh Azizi serta Ashel mendudukkan Katharina di sebuah kursi. Keduanya menurut tanpa menunjukkan penolakan.
"Fisha, lepasin, Fisha!" bentak Kathrina. Fisha menaikkan telunjuknya di bibir, mengisyaratkan Kathrina agar diam.
Tubuh Kathrina diikat begitu saja pada kursi oleh Azizi dan Ashel. Simpul yang mereka gunakan sangat melemahkan kedua tangan Kathrina.
"Sialan, lepasin gue!"
"Kamu masih nggak nyadar sama kesalahan kamu sendiri, Kath?" tanya Ashel. Kathrina menatap Ashel penuh amarah kemudian kembali membentaknya. "Gue nggak ada salah!"
"Udah pinter bohong, ya?" Kali ini Fisha mengalihkan atensi ketiganya, khususnya Kathrina yang langsung panik. "Fisha, salah aku apa?" rengek Kathrina. Gadis itu memohon agar dilepaskan, ia tak tahan berada di kursi ini.
Ia tersiksa.
"Fisha, lepasin aku!"
Fisha sibuk memainkan kuku jari-jarinya sendiri kemudian menguap lebar. Menunjukkan ketidakantusiasan pada permohonan Kathrina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] - TAHAP REVISI 📝✍🏻 Cinta, prestasi, dan hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sek...