"Jauhin Fisha, kalau kamu mau selamat."
.
.
.
.
.
✧Makan siang kali ini Freya sama sekali tak bisa menenangkan dirinya sama sekali. Berkali-kali Freya membujuk ketiga temannya itu untuk makan di kelas saja. Namun, Fiony menolak dengan alasan ingin memperhatikan Jastin yang kebetulan juga sedang makan di sana.
Namun hal inilah yang justru membuat Freya tak tahan, karena sedari tadi mata Azizi selalu melirik Freya dengan lekat. Bak merasa memiliki kesalahan yang besar pada Azizi sebab dirinya sempat mengintip aksi perundungan Kathrina sebelumnya, Freya dirundung rasa tak nyaman.
Tatapan Azizi tampak seperti ingin mencabik-cabiknya dengan ganas. Bahkan yang lebih parahnya, seperti ingin membunuh Freya di tempat itu langsung.
Sedari tadi pun Freya hanya mengaduk-aduk kuah bakso yang sudah bercampur dengan saos dan juga sambal itu dalam waktu yang cukup lama. Zeeno memperhatikan gerak-gerik Freya yang tampak tegang tersebut dengan wajah keheranan.
Dirinya ingin bertanya, namun Zeeno sengaja mengurungkan niatnya. Alhasil Zeeno beralih memperhatikan sekitar, ia cukup peka bahwa Freya saat ini terlihat tidak nyaman karena sesuatu.
Namun, Zeeno belum tau apa yang membuat temannya itu tak nyaman. Di situlah ia menyadari bahwa ada seseorang yang menatap Freya dengan lekat. Netra Zeeno bergantian menatap wajah Freya dan wajah Azizi.
Kini dapat disimpulkan bahwa Freya merasa tak nyaman dengan pandangan Azizi.
"Ekhm, kuah bakso kamu dingin tuh, Fre." tegur Fiony. Freya tersentak, bahkan dirinya sempat mengusap dadanya karena terkejut.
"Fio ... bikin kaget aja, kamu." balas Freya menetralkan napasnya. Beberapa saat setelahnya Freya mengulum bibir, "Fio kamu masih lapar nggak? Aku tiba-tiba kenyang, nih. Kamu mau abisin bakso aku?" tawarnya pada Fiony.
"Udah makan aja, Fre. Aku tau kamu udah nahan laper dari jam kedua tadi." kini Aldo yang menimpali ucapannya sehingga membuat Freya meneguk ludahnya kasar.
Dari kejauhan muncul sosok Fisha yang kini sudah berada di belakang Freya. Zeeno dan Aldo saling tukar pandang dengan gadis itu, namun Fisha hanya meresponnya dengan senyuman.
Perlahan, Fisha mengusap kedua bahu Freya sambil mendekat pada telinga kanan Freya, "Siang, Freya!" sapanya dengan wajah gembira.
Tak hanya Freya, sekarang Fiony juga dibuat terkejut atas kehadirannya.
"Fisha! Aku kaget!"
"Dua kali," timpal Fiony tertawa singkat.
Fisha ikut tertawa mengiringi Fiony, komuk Freya yang sudah tak bisa dikontrol itu akan berhasil membuat siapapun tertawa.
"Aku boleh duduk sama kalian?" tanya Fisha.
"Silakan!" ujar mereka berbarengan, hal itu membuat Fisha semakin melebarkan senyumannya, gadis itu mulai memilih space yang dekat dengan Freya.
"Makasih banyak!" balasnya.
Zeeno kembali memperhatikan Azizi yang kini sudah fokus dengan makanannya, bahkan gadis itu terlihat mengobrol dengan Ashel, sehingga Zeeno merasa sedikit tenang. Setidaknya Freya teralihkan.
Mungkin nanti Zeeno akan bertanya mengenai hal ini pada Freya langsung secara pribadi. Mengantisipasi bahwa temannya baik-baik saja.
Beberapa saat kemudian setelah bergabungnya Fisha di tempat mereka, merekapun memulai obrolan santai, sesekali bercanda gurau sehingga ledakan tawa tak luput dari perbincangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...