"Makasih udah hadir, ..."
.
.
.
.
.
✧Fisha, Jastin, juga Ashel sudah tiba di area sekolah dan bergegas mencari keberadaan Azizi. Tapi pertama-tama, mereka mencari Kathrina, si pemberi informasi kepada mereka tentang keadaan Azizi beberapa menit yang lalu. Mereka masuk ke area sekolah dengan bersembunyi di tempat-tempat yang sekiranya tidak terjangkau mata penjaga sekolah.
Terlihat dari suasana sekolah, cukup ramai karena ada tenaga medis yang sedang memasukkan seseorang ke dalam ambulans. Mata Ashel tak sengaja memandangi kejadian tersebut.
Hingga sedetik kemudian, dirinya terhenyak kaget. "Itu bukannya pak Jordan?!" Tunjuk Ashel pada arah ambulans.
Selagi mendengar Ashel berujar, mata Fisha tergerak ke arah yang dituju Ashel. Ternyata benar, sosok itu merupakan pak Jordan, target yang harus mereka kelabui sebelumnya.
"Kenapa dia sampai berakhir dibawa ambulans? Bentar, apa ini karena obat Kathrina?" tebak Jastin. Ashel menutup mulutnya terkejut. "Nggak mungkin, ini bahaya banget. Kathrina nyaris ngebunuh orang!"
"Gila!" desis Fisha sambil merinding. Ia tidak menyangka bahwa efek obat yang Kathrina berikan pada pak Jordan akan se-berpengaruh itu. Memang benar, hal ini dapat mengancam reputasi Kathrina di sekolah bila ada pihak yang tahu tentang ini.
"Dia ceroboh," cibir Jastin kesal.
Ctek!
"Anjay kebukaaa! Makasih kak Zeeno udah ngajarin ilmu baik setengah sesat begini, sayang kak Zeeno." Selesai bercakap seorang diri, Aldo berniat memutar knop pintunya, namun sebelum itu Aldo berbalik badan dan kembali menghampiri monitor CCTV.
Dengan napas yang berat, ia mengepalkan tangannya kemudian segera menghapus rekaman hari ini demi menghilangkan jejak mereka.
"Maaf, pak Jordan," rintih Aldo merasa bersalah.
Setelah rekaman tersebut berhasil Aldo hapus, lelaki itu langsung berlari keluar. Mencari Muthe dengan niatan membantu Freya kelak.
Baru hendak melangkah, Aldo sudah dikejutkan dengan suara teriakan yang menyerukan namanya. Dari depan sana, Aldo berupaya menyipit agar dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang memanggil.
"Aldo!"
Rupanya itu Muthe, kekasihnya.
Setelah keduanya berdekatan, Aldo jelas menceritakan apa yang terjadi pada Freya secara detail. Muthe tampak mendengarkan dengan saksama agar dia dapat menyimpulkan masalahnya. Tetapi, perkataan Aldo di akhir malah membuat Muthe memiliki keraguan.
"Aku nggak tau apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Tapi yang pasti, Freya kelihatan marah banget sampai-sampai ngejar dia." Begitulah penjelasan yang Aldo beberkan pada Muthe, sejenak berpikir Muthe langsung mengusulkan pergerakan baru. "Kita harus bantu Freya, sekarang!"
"Ayo cepat, di mana terakhir kali kamu lihat Freya sama orang itu lari?" tanya Muthe. Aldo langsung menarik tangan Muthe dan menunjuk ke arah yang ia tahu. "Ke sana! Aku lihat dari CCTV mereka lari ke sana. Ayo, Mu!"
Freya berhenti di sebuah gudang yang dia ketahui sempat dimasuki oleh sosok tersebut. Dirinya mengatur napas beberapa jenak sebelum akhirnya melanjutkan langkah dengan pelan. Ia yakin betul, sosok tersebut bersembunyi di sini.
Freya hanya perlu mencarinya dan meminta kejelasan atas apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam ruangan ini hanya terdengar suara deru napas Freya yang memburu bukan main. Keringat dirinya bercucuran di area dahi bahkan sudah ada yang menetes ke lantai. Freya tak menggubris hal tersebut, sebab tujuan utamanya ada di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...