"Freya kamu harus tahu, ada yang nggak beres sama pacar kamu, Fisha."
.
.
.
.
.
✧Malam tiba, membungkus kota dalam kegelapan seperti biasanya, ditemani oleh terangnya lampu jalanan dan perumahan di sekitar membuat suasana pada malam itu tidak terasa menakutkan sama sekali. Ditambah suara deru mesin mobil yang berlalu lalang, sesekali terdengar suara beberapa orang yang mengobrol di sepanjang jalan.
Bulan purnama yang menggantung di langit juga membantu penerangan kala itu, di kediaman Zeeno dan Aldo, kebetulan sekali Muthe menyengajakan dirinya untuk mampir ke sana hanya untuk melepas rindu dengan kekasihnya yang terakhir ia jumpai sekitar tiga hari yang lalu.
Bincang-bincang hangat terjadi di ruang keluarga dengan ukuran sedang tersebut, seraya menikmati teh hangat dan biskuit buatan bunda si kembar, mereka sukses membuat malam menjadi berkesan setiap detiknya.
"Bunda, makasih ya, udah repot-repot nyiapin teh anget buat Mumu, padahal niatnya cuma mampir." Yang lebih tua mengangguk, menampilkan senyuman beserta keriput yang muncul dari wajahnya. Kendati tersenyum, wanita itu juga tertawa pelan.
"Sama-sama, Mumu," balasnya dengan senyuman ringan. Mungkin Muthe akan sedikit merindukan mendiang ibunya sekarang.
"Bunda ke dalem dulu, ya? Ada urusan," pamit sang bunda pada mereka bertiga; Zeeno, Aldo, dan Muthe di ruang keluarga. Anggukan pelan melesat dari kepala ketiganya, membiarkan wanita paruh baya itu berdiri dari single sofanya dan mulai berjalan ke arah ruangan lain.
Tinggal ketiga remaja berbeda gender yang menempati ruangan tersebut, mulanya hening karena sibuk menguyah, sebelum pada akhirnya mereka kembali memulai obrolan.
"Sebenarnya ada yang mau kamu sampaikan, iya?" tanya Aldo, melihat dari ekspresi sang kekasih, ia tahu betul apa yang ada di pikiran gadisnya.
Rasa-rasanya tidak mungkin Muthe mendatanginya sampai ke rumah jika hanya untuk melepas rindu, karena Aldo tahu bahwa cukup dengan panggilan suara maupun video sudah membuat gadis itu merasa tenang.
Zeeno merapatkan bokongnya ke arah Aldo, tampak penasaran dengan topik yang tiba-tiba mengalihkan atensinya dari sepiring biskuit di depan mata yang semula menggugah selera. Tetapi tangan kanannya masih setia memegang gagang cangkir dan terus menyeruput teh hangat yang manis tersebut.
Kepala Muthe mengangguk pelan seraya membenarkan tebakan Aldo, gadis itu ikut duduk merapat dan langsung membuka obrolan mereka. "Ini soal Fisha dan teman-temannya." Mulanya, Aldo dan Zeeno sama sama memberikan respons wajah yang mirip.
Alis keduanya menggantung juga munculnya kerutan di dahi yang bentuknya sama persis. Tak heran keduanya kerap dijuluki kembar.
Keterdiaman dari dua laki-laki tersebut menjadi pertanda tak tertulis bagi Muthe untuk segera melanjutkan ucapannya barusan. Tanpa berlama-lama lagi, Muthe kembali membuka suaranya.
"Omong-omong kalian udah cek score penilaian sementara di website sekolah kita?" Muthe bertanya, memastikan.
"Eit! Tunggu! Bukannya murid ngga bisa mengakses score sementara?" potong Zeeno cepat.
Muthe mendatarkan tatapannya dan lanjut menjawab, "Website-nya dibobol sama beberapa murid, dan hanya disebar di angkatan kita, itupun segelintir orang yang punya akses."
"Termasuk kamu?"
"Termasuk aku."
Aldo ber-oh-ria sembari menganggukkan kepalanya berulang kali, tangannya bergerak mengusap tengkuk. Ia merasa payah dalam mendapatkan informasi di luar situs legal. Maklum, dirinya anak baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Genç Kurgu[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...