Chapter 14: Study Date

8.6K 718 142
                                    

"Mimpi indah, sayang."
.
.
.
.
.

"Masih aja ngeliatin foto lama itu?" tegur Ashel pada Azizi yang duduk bersandar pada sofa rumahnya.

Azizi memutar bola matanya malas kemudian mematikan handphone miliknya. Berganti sekarang menatap Ashel yang tengah menghidangkan kue kukis dan cokelat hangat di meja.

"Ga sopan." desis Azizi. Ashel berdecih pelan sambil menyeringai, "Bukan salahku, kamu yang dari tadi melamun sambil ngeliatin foto itu." balasnya.

Ashel mendudukkan dirinya tepat di depan Azizi. Ashel meraih satu kukis dan langsung melahapnya meski masih terasa sedikit hangat.

Hanya ada bunyi detik jarum jam di ruangan tersebut, sangat sunyi.

Sampai akhirnya Azizi bergerak dan meraih secangkir cokelat hangat buatan Ashel dan mulai menyeruputnya pelan-pelan.

"Kamu masih beneran gamau ngelupain dia? Itu udah satu tahun yang lalu, Zee." Ashel membuka suaranya ketika ia telah menelan habis kue tersebut di mulutnya.

Azizi menaikkan bola matanya menuju pada netra Ashel, "Kalau aku ga punya hati, mungkin aku mau." ketusnya.

"Gausah ikut campur lagi, mending kamu pikirin gimana cara ngatur Jastin. Aku liat-liat adek kamu itu mulai sibuk sama non-akademik." Azizi menambahkan.

Ashel menyandarkan punggungnya pada sofa kemudian menyeruput cokelat hangatnya, "Jangan repot-repot mikir, aku udah atur semuanya. Dan aku bisa pastikan Jastin masih bisa nurut sama aku."

"Baguslah." Azizi membalas seadanya.

Ashel mulai tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Tampak sekali Azizi terlihat masih memikirkan gadis yang ada di masa lalunya, Adela Fidena. "Mau aku bantu buat lupain dia?" tawar Ashel.

Azizi langsung mengangkat dagunya, matanya menyipit perlahan pertanda tak suka dengan ucapan Ashel, "Kamu jangan cari masalah sama Fisha. Lagipula kita udah putus," tolaknya. Ia tau maksud dari ucapan Ashel yang sebenarnya.

"Yaa, siapa tau mau. Lagian aku juga ga bakal nolak kalo kamu mau balikan sama aku."

Azizi mendengus dengan kasar kemudian memalingkan wajahnya, "Semoga kamu cepat dapat cowo." sindirnya.

"Ih baik banget deh pake didoain. Aku makin sayang sama kamu, Zee!" pekik Ashel girang. Azizi semakin jengah dengan kelakuan mantan pacarnya ini.

Ia berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan meninggalkan Ashel, namun baru setengah berjalan. Suara seorang gadis yang memekik sudah terlebih dahulu mengejutkan mereka.

Azizi menghentikan langkahnya saat melihat Kathrina yang berjalan dari arah anak tangga menuju tempatnya berdiri.

Situasi terasa sangat cepat, Azizi bahkan tak menduga bahwa Kathrina akan memukul wajahnya hingga Azizi terjatuh ke belakang.

Melihat hal itu Ashel langsung tersentak dan mencoba melerai keduanya. Ashel buru-buru menghampiri Azizi dan Kathrina.

Kathrina terus memukuli Azizi dengan posisi dirinya yang sudah berhasil menindih Azizi. "Lo ngambil obat tidur gue lagi, Zee?!"

Bugh!

"Kath! Udah, kamu apa-apaan sih?!" Ashel menarik paksa tubuh Kathrina dari tubuh Azizi.

"Kath, kamu ngomong apaan?!" bentak Azizi mencoba membela diri, kedua tangannya berusaha menepis juga menahan pukulan Kathrina. Dengan posisi ini sejujurnya Azizi juga agak kesulitan bergerak, Kathrina menguncinya.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang