Chapter 25: Best Feeling Ever

7.6K 667 129
                                    

"Ini rahasia kita berdua, jangan bilang siapa-siapa, ya?"
.
.
.
.
.





Mobil Azizi berhenti tepat di depan rumah Marsha.  Azizi melirik sekilas pada Marsha yang saat ini tersenyum sumringah ke arahnya.

"Turun." titah Azizi dengan nada yang kurang bersahabat. Marsha hanya terkekeh ringan kemudian mengemasi barang-barangnya.

Ketika tangan Marsha hendak membuka pintu, gerakannya tiba-tiba saja berhenti. "Oh, iya, Kak Zee," panggil Marsha. Kepalanya menoleh pada Azizi.

Sementara Azizi turut membalas tatapan tersebut dengan alis bertaut, dagunya sedikit terangkat memberi postur merespon atas panggilan tersebut.

"Lagu kesukaan kakak apa?"

"Kamu pilih keluar sendiri atau aku paksa?"

Marsha kembali terkekeh, ia menyukai respon apapun dari Azizi. Azizi menggemaskan baginya. "Bercanda, Kak."

Tubuh Azizi bersandar pada bangku kemudi kemudian membuang pandangan dari Marsha. "Jangan buang-buang waktu, aku punya banyak urusan."

"Urusan yang kamu maksud itu ngopi di caffe sambil melamun seharian, iya?"

Azizi membulatkan matanya. "Kamu ngikutin aku?!"

Marsha tersenyum kemudian menggeleng. "Nebak aja." "Jangan macem-macem sama aku, Marsha!"

Gadis yang menatapnya dengan senyuman kini mulai ikut menyandarkan tubuhnya. Azizi dibuat frustrasi jadinya. "Sha–"

"Kamu pelaku sabotase ujian kemarin, 'kan? Kak Zee?"

Ekspresi Azizi langsung berubah mendatar, ia melirik Marsha perlahan dengan tatapan dingin. "Kamu salah orang, cepat turun dari mobilku." ujarnya.

Marsha menggeleng cepat. "Aku nggak pernah salah."

"Kamu yang kemarin dengan sengaja ngelakuin sabotase jadwal dan materi ulangan harian, supaya banyak murid yang keliru dalam ngerjain ulangan itu. Iya kan?"

"Kamu sengaja ngeganti catatan materi dari tangan ke tangan, kamu ngelakuin itu sendirian."

"Sampai akhirnya, sesuai rencana kamu. Target-target kamu itu dapat hasil yang kurang memuaskan dari ulangan harian itu. Sementara kamu berkamuflase jadi murid biasa yang seakan-akan nggak tahu-menahu soal ini. Aku benar kan, Kak Zee?"

Tatapan Azizi semakin tajam pada Marsha. Gadis itu bahkan merasakan matanya berdenyut karena kesal.

"Kamu bilang kamu nggak merhatiin aku, Sha." balas Azizi.

"Aku harus tau apapun tentang kamu, Kak." jawab Marsha dengan santai. "Dan ternyata ... kamu cukup licik, ya, Kak Zee." kekeh Marsha.

"Waktu kamu bicara selesai, Sha." Azizi keluar dari mobilnya kemudian berjalan ke arah pintu Marsha.

Azizi membuka pintunya kemudian berniat menarik tangan Marsha, namun Marsha dengan cepat sudah mengeluarkan dirinya saat Azizi membukakan pintu mobil tersebut.

"Romantis banget, sampe repot-repot ngebukain pintu buat aku,"

Azizi semakin frustrasi. Ia mengeram sebal. Bagaimana bisa ia dipermainkan seperti ini oleh Marsha. Marsha sengaja membuat dirinya seolah-olah sedang melayaninya.

Keterlaluan.

Azizi mulai menarik tangan Marsha menjauh kemudian menutup pintu mobilnya dengan kasar. Gadis tomboy itu berniat kembali ke mobil namun suara Marsha menghentikannya.

"Kamu nggak takut informasi ini bocor ke guru?"

Alhasil langkah Azizi tertahan, dia mulai menoleh pada Marsha dan membalikkan tubuhnya. Azizi menghela napas panjang dengan berat.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang