Chapter 16: Hati Es

8.3K 742 124
                                    

"Azizi ini sebenernya terbuat dari apa sih?!"
.
.
.
.
.





"Tolong anggap obrolan kita malam ini sama sekali gak pernah terjadi."

"Jangan melamun waktu lagi makan, Freya." tegur sang ayah pada anak tengahnya itu. Pria itu sempat mendelik pada anaknya yang tampak tak fokus saat makan.

Terlihat dari Freya yang hanya mengaduk makanannya hingga dingin. Hal itu jelas saja mengundang tatapan aneh dari seluruh anggota keluarganya.

"Maaf, Yah," tutur Freya dengan nada halus. "Lagi banyak pikiran, hm?" Ara, si sulung mulai bertanya kala makanannya sudah habis tertelan. Gadis itu menyambar segelas air dan langsung menegaknya buru-buru, pasalnya ia sempat tersedak.

Freya mengulum bibirnya kemudian mengangguk pelan. "Mungkin."

"Kenapa nieh?" celetuk Yori yang memajukan kepalanya.

"Kepo!" tandas Freya langsung melahap makanannya tanpa menunggu lagi. Ia harus sesegera mungkin menyelesaikan makanannya.

Singkat cerita Freya telah menyelesaikan makan malamnya sendiri. Entah karena merasa gerah, Freya menyempatkan dirinya untuk mandi sebelum masuk jam 9 malam.

Takut masuk angin, seperti kemarin katanya.

Ia mulai memasuki kamar kemudian menguncinya, ketika memasuki kamar mandi, Freya mulai melepas seluruh pakaiannya dan menutup tubuhnya dengan handuk.

Namun saat ia tiba di wastafel kamar mandi, ia terkejut. Freya menatap lamat pantulan cermin yang menunjukkan sesuatu pada dirinya.

"Kok merah-merah?" Freya mengusap pelan area dadanya. Merasa aneh Freya pun melepaskan handuknya dan memperhatikan seluruh tubuhnya. "Hah? Di perut juga?"

Freya terlalu lelah untuk berpikir darimana asalnya bercak-bercak merah kebiruan yang ada di tubuhnya. Pikirannya terlalu fokus dengan Azizi sehingga tak terlalu mempermasalahkan bercak di tubuhnya itu.

"Aku juga alergi kayanya, ah. Kak Ara punya obat alergi, kok." monolognya pada diri sendiri.

Tiba di dalam, Freya mulai membasuh tubuhnya dengan air. Sedikit demi sedikit, karena saat malam airnya akan menjadi terasa dua kali lipat lebih dingin daripada pagi hari.

Freya lanjut dengan menyabuni tubuhnya dan mulai menyentuh bercak-bercak kemerahan di dada dan juga perutnya.

"Kok rasanya nggak gatal? Nggak perih juga," gumamnya.

Alisnya mulai menyatu, ia merasa ada yang tak beres namun ia tak ingin terlalu memikirkannya.

Jujur saja, malam ini Freya benar-benar pusing. Apalagi besok ia harus menghadapi ulangan harian. Freya harus belajar sedikit lebih lama sebelum tidur, dan mungkin akan bangun pagi-pagi untuk membaca ulang materi yang dipelajarinya.

Dengan cepat ia segera menyelesaikan mandinya dan mulai berganti pakaian. Setelah itu ia memulai aktivitas belajar untuk persiapan besok. Ia harus lebih ekstra malam ini.

Tak lupa ia mengaktifkan mode jangan ganggu pada ponselnya dan mulai membuka laptop, beruntung semua materi yang lebih lengkap ia letakkan dalam catatan di laptop.

Freya selalu punya segala macam antisipasi jika di suatu kondisi buku catatannya hilang. Pernahkah kalian terpikir untuk bekerja dua kali seperti Freya? Kurasa tidak.

Seperti biasa, malam itu akhirnya Freya habiskan untuk belajar hingga jam 11 malam tiba, ia memutuskan untuk pergi tidur. Ia berniat untuk bangun jam 4 dan lanjut belajar kembali sebelum bersiap ke sekolah.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang