"Nama kamu siapa?"
.
.
.
.
.
✧"Kak Frey!"
"Apalagi Yori, akh!" Freya membalikkan tubuhnya yang semula duduk selonjoran di sofa kini duduk bersandar sambil melempar tatapan penuh tanda tanya pada Yori yang berlari ke ruang keluarga dengan pakaian yang sudah rapi.
Ara menatap adiknya dari atas hingga bawah dengan ekspresi yang sama persis dengan Freya. "Heh, mau kemana malem-malem begini?" tanya Ara dengan logat sunda, mengundang tawa dari Freya dan Yori.
"Aku cuma mau ke toko sebentar, deket kok." ujar Yori membeberkan maksudnya. "Tadi pas beli jajan sama kak Freya, lupa buat beli susu."
Ara bergerak turun dari sofa. "Kakak antar,"
"Eits!"
Gerakan Ara terhenti, Freya dan Ara kompak kembali menatap Yori lekat. "Kenapa?" tanya keduanya. Duh kedua kakaknya ini memang mirip secara tindakan.
"Aku bisa pergi sendiri. Aku udah besar," ungkap Yori. Dalan arti, ia menolak diantarkan kedua kakaknya ke toko.
"Gausah macem-macem deh, udah malem ini, Yori." tegur Freya sembari melepaskan kacamatanya. Gadis itu meraih cangkir di meja kemudian menyeruputnya, itu teh hangat.
"Kan deket, Kak." tolak Yori, kukuh dengan pendiriannya.
"Terserah kamu, deh," ujar Freya dan Ara, bersamaan lagi. Astaga.
Tapi setidaknya mendengar itu Yori menjadi gembira, ia keluar dari rumah dan melangkahkan kaki kecilnya ke toko terdekat.
Kembali pada Freya dan Ara yang mulai teralihkan dengan Chika yang baru saja keluar dari toilet dan menghampiri mereka.
"Ahh, lega," Chika mendudukkan dirinya di sebelah Ara kemudian meraih ponselnya.
"Lama banget buset," Ara meledek Chika yang hanya memberikan dirinya cengiran kuda.
Freya lanjut merebahkan tubuhnya di sofa panjang sambil membaca buku novel fantasi. Berbeda dengan Chika dan Ara yang mulai bergosip selayaknya dua orang gadis pada umumnya.
Malam ini Chika sengaja datang menginap karena kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota. Ara, menawarkan Chika untuk menginap di rumahnya dan Chika langsung menyetujui.
Sesekali Freya melirik dan menyimak obrolan mereka yang membahas segala macam cerita. Mulai dari stan K-Pop, bias mereka, lagu kesukaan, film, gosip K-Pop, sampai mereka mulai membahas pasangan mereka masing-masing.
Freya terus mendengarkan tanpa berniat menyela ataupun bergabung di percakapan tersebut, ia fokus pada novelnya meski sesekali menangkap pembahasan kakaknya.
"Eh, Ra. Aku balikan sama Aram tau," Sepertinya awal pembukaan cerita ini merupakan di mana mereka akan membahas pasangan.
Ara melahap beberapa keripiknya kemudian bersandar sambil mendengarkan Chika. "Awas nanti putus lagi, Aram keliatan labilan juga," ledek Ara tanpa wajah berdosa. Chika hanya terkekeh menanggapinya.
"Kamu sendiri, masih tahan sama Zhiko?"
"Minesnya kecanduan game, nggak masalah buat aku. Asal bisa ngajarin aku matematika, ya Zhiko fine fine aja buat aku," beber Ara. Chika kembali tersenyum sambil menepuk paha Ara.
"Ih kamu mah kalo pacaran kaya simbiosis mutualisme anjir," ujar Chika. Ara hanya tersenyum miring menanggapinya sambil terus asyik mengunyah keripik di mulutnya.
"Biarin atuh, biar ada manfaatnya. Nggak dapet yang manis-manis doang," sindir Ara pada Chika. Otomatis sahabatnya itu mengerucutkan bibir. "Jahat, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...