Chapter 36: Pressure

4.8K 552 115
                                    

"Jangan usaha sebaik yang kamu bisa, mama pengen kamu jadi yang terbaik. Ingat itu."
.
.
.
.
.

Koridor rumah sakit tempat mereka menunggu kabar dari kondisi Azizi yang terbaring lemah di salah satu ruangan menjadi senyap akibat kedatangan Fisha dan antek-anteknya beserta Adel yang juga menunggu di sana.

Mendapat kabar bahwa sang kakak sedang berada di rumah sakit, Fisha jelas panik dan langsung menyusul beserta antek-anteknya.

Ia meminta izin pada Freya untuk pergi karena memiliki urusan. Sayang sekali rencananya untuk membuat Freya lelah malam ini tertunda.

Setibanya mereka di lokasi, Fisha langsung memekik kepada Ashel dan mencengkram kerahnya, bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada kakak kesayangannya.

"Azizi kenapa?!" Ashel terhentak, kedua tangannya langsung meraih kedua lengan Fisha. "A-aku ga tau! Tanya sama dia!" balas Ashel matanya memandang Adel yang duduk di seberang mereka.

Melihat itu Fisha melepaskan cengkramannya dengan pandangan yang terkunci pada Adel.

Kathrina, Ashel, dan juga Jastin kini melempar tatapan pada Adel. Keempatnya mulai mendekat pada Adel dan berdiri di hadapannya.

"Bagus, lihat siapa yang ada di sini." lontar Kathrina sambil berdecih. Matanya sempat memutar sekali merasa jengah. Kedua tangannya juga disilangkan dengan kepala yang meneleng.

"Kenapa? Bisa jelasin kamu abis apain kak Zee? Heh?" sentak Fisha kesal, ia menggebu-gebu.

Gadis itu mendekat pada Adel dan menarik kerahnya hingga Adel terpaksa berdiri dan membalas tatapan garang Fisha. "Kamu apain kakak aku? Hah?!"

"Bukannya pacar?" sindir Adel.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Adel, hal itu membuat Ashel, Jastin, dan Kathrina mendadak bungkam. Adel telah memancing emosi Fisha di tingkat berbahaya.

Adel mencoba menetralkan napasnya sembari mengusap pipinya yang terkena tamparan dari Fisha. "Maaf, tapi aku masih punya dendam sama kakak kamu. Aku
... masih sayang sama kamu Fisha, tapi ini yang ternyata kalian lakuin sama aku?" lirih Adel pelan, ia menurunkan tangannya, bahunya ikut merosot serta netranya memancarkan sorot kecewa pada Fisha.

Fisha mundur beberapa langkah dan mengusap dahinya. Ia merasa kacau. Namun, dengan emosi yang belum kunjung stabil, tentu Fisha merasa bahwa Adel di sini merupakan pelaku atas apa yang terjadi pada Azizi.

Dia dirundung rasa takut akan kondisi sang kakak yang sampai saat ini belum ia ketahui.

"Adel bodoh." cerca Fisha geram.

"Emang ngga heran selama ini kamu mudah banget kami pengaruhi, Del. Ternyata kamu emang udah bodoh dari sananya. Kami ngga perlu repot buat ngurus kamu," tambah Ashel sinis, ia masih membenci Adel karena telah berani menyakiti Azizi selaku teman tidurnya.

Kepala Adel mengarah pada Ashel kini dengan dahi yang menunjukkan guratan yang menandakan kebingungan. "Apa maksud kamu?"

"Aku kira setelah kami pergi, kamu udah tau semuanya," Jastin menanggapi reaksi kebingungan dari Adel dengan ekspresi jengkel. "Kamu gatau? Kalau selama ini Fisha udah ngejebak kamu?"

"Apa?!" sentaknya. "Apa-apaan maksud kalian?"

"Secara logika, mana ada orang yang selingkuh dengan kakaknya sendiri, Adel. Kamu coba pikir-pikir, Azizi udah hidup berapa lama dengan Fisha?" tutur Kathrina menimpali, ia menurunkan kedua tangannya lalu berjalan mendekat pada Adel. "Kamu memang mudah dibodohi."

"Jangan bertele-tele, apa yang mau kalian sampaikan sebenarnya?!" bentak Adel.

Beberapa suster bahkan pasien rumah sakit tak sengaja menangkap suara nyaring tersebut. Mereka menatap Adel kemudian melanjutkan kegiatan mereka.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang