Chapter 39: Di Ambang

5K 585 313
                                    

"Aku rasa kita harus mempertimbangkan hubungan kita, Fisha."
.
.
.
.
.


Mentari yang bersinar terik di jam istirahat kedua rasanya tetap tidak dapat menghentikan Freya dan kawan-kawannya belajar di ruangan terbuka dengan berbagai tumpukan buku di meja mereka yang dipinjam dari perpustakaan, dan beberapa di antaranya adalah milik Ara, yang sengaja dipinjam Freya–tanpa izin.

Beberapa camilan juga disediakan oleh Aldo tentunya. Lelaki ini sangat suka membawakan banyak camilan; susu, keripik, roti.

"Aku nggak ngerti bagian ini, ada yang bisa ajarin aku nggak?" cetus Zeeno, menggaruk sedikit kepalanya dengan ujung pulpen bagian tumpul. Menampilkan raut bingung yang murni dari wajahnya, menandakan lelaki itu memang sedang kesulitan dalam belajar.

Fiony berinisiatif pertama kali untuk menarik sedikit buku Zeeno ke arahnya kemudian mencondongkan kepalanya. "Yang mana?" Fiony bertanya demikian kendati Zeeno mulai mengulas senyumannya karena merasa senang.

Freya dan Aldo saling melirik dalam diam dan memperhatikan Zeeno dengan raut jijik. Aldo bahkan tertawa kecil saat melihat Freya menampilkan ekspresi seakan ingin muntah melihat kebersamaan sahabatnya ini.

Tapi dengan terciptanya momen tersebut, Zeeno menjadi senyap dan mulai fokus memperhatikan apa yang sedang Fiony jelaskan padanya. Meskipun kemungkinan besar yang dilakukan Zeeno sebenarnya adalah memperhatikan lekat wajah Fiony hampir tak berkedip.

Lelaki itu ternyata benar-benar menyukai Fiony.

Terkadang terbesit di dalam pikiran Freya, apa cinta itu benar-benar ada?

"Yaudah sih Freya, natapin mereka sinis amat, kaya gapernah suka sama orang aja," sindir Aldo yang langsung melepaskan tawanya dengan puas. Mendengar hal itu Fiony dan Zeeno lantas menatap ke arah Freya di mana memang benar bahwasanya gadis itu memasang raut sebal ketika pandangannya terpaku pada Fiony dan Zeeno.

Entahlah, mulanya ia mendukung Zeeno dan Fiony untuk menjadi pasangan hanya untuk beberapa lembar uang yang ditawarkan oleh Zeeno padanya. Tetapi setelah keduanya menjalin hubungan, Freya merasa kini waktunya mengobrol dengan Fiony menjadi tersita.

"Haish, apaan sih?" sungut Freya sebal, ia menumpu dagunya sembari melanjutkan catatan yang sempat terlewat beberapa paragraf dari buku biologi yang ia baca.

"Eh tapi bener kok, selama ini Freya emang gapernah suka sama siapapun," sahut Zeeno terkekeh.

"Mau dibilang salah tapi aku juga setuju sama kamu, Zeeno. Selama deket sama Freya aku gapernah denger dia bahas soal siapa pun yang dia suka," balas Fiony setuju. Rautnya tampak benar-benar mendukung opini Zeeno.

"Jangan-jangan ... Freya sukanya cewe," celetuk Aldo yang membuat tangan Freya mendadak berhenti menulis seketika. Tubuhnya menegang. Degup jantungnya seketika berpacu, panik.

"Iuwww, no way! Freya-ku nggak mungkin gitulah!" sentak Fiony merasa tak terima dengan candaan Aldo. Lelaki itu mendadak tertawa disusul dengan Zeeno.

Hati Freya merasa sedikit nyeri mendengarnya, perlahan ia menghela napasnya hati-hati, tak ingin menimbulkan gestur berlebihan dalam tindakannya.

"Kalian gajelas banget sumpah," dumel Freya. Kali ini nadanya sedikit bergetar.

Jemarinya mengeratkan pulpen yang sedang ia genggam kemudian melanjutkan tulisannya.

"Bercanda atuh, Frey. Nggak mungkinlah cewe secantik kamu sukanya yang cantik juga." kekeh Aldo.

Mendengar hal itu Fiony kembali menyahut. "Candaan kamu nggak lucu tau. Freya cocoknya tuh sama Marshal,"

Rahang Freya mengeras, ia tidak menerima hal itu. Membayangkan dirinya bersanding dengan Marshal, hal itu sama sekali tidak masuk pada dirinya. Freya tidak suka.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang