Chapter 49: Kebenaran yang Terungkap

3.1K 454 78
                                    

"Kalian harus ke sini, Azizi dikejar dan dia dalam bahaya!"
.
.
.
.
.

Berdiri di balik dinding, Azizi telah memantau pintu ruangan CCTV yang diisi oleh pak Jordan di dalam sana selama kurang lebih lima belas menit.

Gadis itu menggenggam sebuah handphone yang sedang terhubung dalam sebuah panggilan yang sengaja ia bisukan. Seraya membuang pandangannya ke segala arah dan juga memainkan matanya, Azizi tak lupa untuk terus mengecek waktu yang berjalan di benda pipih tersebut.

Dahinya sedikit berkeringat dengan jantung yang terus berdetak tak karuan, entah mengapa udara mulai terasa pengap di sini.

Tidak memakan waktu yang cukup lama untuk dirinya berdiri di sana, matanya langsung menangkap pergerakan dari knop pintu ruangan CCTV. Azizi memundurkan langkahnya bersembunyi agar keberadaannya tidak disadari oleh pak Jordan yang sedang bertugas.

Begitu Azizi mendengar pintu ruangan tersebut sudah sepenuhnya terbuka, ia berlekas menaikkan handphone ke dekat mulutnya dan mematikan fitur bisukan panggilan tersebut.

Pelan-pelan ia berbisik pada benda di genggamannya.

"Target keluar, Kath. Kamu bisa dengar aku 'kan? Tolong siap-siap."

Pada lokasi berbeda, di mana Kathrina yang menerima panggilan dari Azizi tersebut memiringkan senyumannya kemudian bergegas melakukan tugasnya.

Kathrina mulanya menyimpan kembali handphonenya di saku, dengan buru-buru, gadis itu mengoyak sebuah bungkus putih kecil yang terlihat memang seperti bungkus obat-obatan. Dan dengan sengaja, ia taburkan ke dalam sebuah toples yang berisi kopi bubuk.

Ia juga memandang ke arah pintu dapur sekolah, Kathrina menggigit bibir bawahnya panik, ia bahkan mengguncang bungkus tersebut agar isinya cepat tumpah dan habis. Setelah itu, barulah dirinya menutup toples kopi kemudian mengocoknya sekuat tenaga agar tercampur merata.

Setelah mendengar suara derap langkah yang dapat ia pastikan milik pak Jordan, Kathrina segera berlari ke arah meja yang dekat dengan lemari besar lalu bersembunyi di sana.

Dirinya bergerak pelan, menyembulkan kepalanya dari balik lemari besar dan memerhatikan pergerakan pak Jordan. Seutas senyuman senang terbit ketika Kathrina mendapati pak Jordan pada akhirnya menyeduh kopi yang telah terkontaminasi dengan obat miliknya.

Mampus, mules-mules dah tu perut.

Dalam diam, Kathrina mencoba menahan kikikannya, ia merasa hal yang bakal terjadi kedepannya akan membuat dirinya tertawa lepas. Ini salah satu kenakalan yang paling ia cintai. Terlepas dari caranya pertama kali memperlakukan sang kekasih, Gita. Ini membuatnya kembali teringat momen pertama kali mereka berkenalan dengan cara tak ramah.

Kathrina sigap merunduk, hati-hati melangkah kecil berupaya menjangkau area ambang pintu untuk sesegera mungkin meloloskan diri dari sana.

Di tempat lain, Azizi tersenyum puas begitu melihat ruangan CCTV kosong tak berpenghuni. Ia melangkah mendekati ruangan tersebut. Namun sialnya, telinga Azizi malah menangkap suara derap langkah lain yang sukses membuatnya panik bukan main.

Alhasil, Azizi tanpa pikir panjang berlari karena merasa terancam. Lengannya yang semula menganyun kini berfokus menyalakan kembali fitur di handphonenya, dengan tegas Azizi memberi kabar, "Ada orang lain di sana, aku belum sempat masuk ke ruangan CCTV!"

Jika panggilan sebelumnya tersambung pada Kathrina, kali ini panggilan yang ia lakukan sedang terhubung pada sang adik. Flora Nafisha.

Tidak sendirian, bersama Ashel dan Jastin, gadis itu berada di tempat berbeda, memantau pergerakan Azizi dan Kathrina yang diharap terus memberikan mereka kabar terbaru tentang aksi mereka.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang