"Setelah semua ini, apa kamu masih bisa nerima aku, Fio?"
.
.
.
.
.
✧Pancaran surya di jam pagi, tepatnya pada pukul setengah delapan, Freya terlihat sibuk menyeret kopernya ke luar rumah.
Di depan, sudah berdiri Zeeno, Aldo, dan juga Fiony menunggu dirinya. Di belakang Freya, Ara ikut membantu membawakan beberapa barang adiknya.
"Aduh, padahal cuma nginep dua hari doang, kenapa kaya mau pindah rumah sih, Freya?" cerocos Ara, merasa jengkel dengan semua ulah Freya dari semalam.
Adik tengahnya itu membuat dirinya harus begadang, membantu menyiapkan barang-barang Freya yang mayoritas tak penting untuk dibawa. Tetapi, Freya tetap bersikukuh dengan tentangan Ara. Berkata bahwa ia membutuhkan barang-barang tersebut.
"Apasih, ini tuh penting, Kak!" Freya mendelik kesal sembari tangan kanannya bergerak menarik koper miliknya.
"Buset, Frey. Bener sih kata kak Ara, banyak banget tu barang, pindahan?" Aldo berujar kendati kedua tangannya merosot dan berjalan menghampiri Freya, mengambil alih barang tersebut dan memasukkannya ke mobil.
Di sisi lain, Zeeno tampak sibuk mengecek maps lokasi tujuan mereka. Berbeda dengan Fiony yang kini teralihkan dengan gantungan kunci dengan motif ayam yang baru saja Ara tunjukkan padanya.
"Mending kita buru-buru deh, bisa macet kalo kesiangan," protes Freya mengalihkan pembahasan yang kini sedang menjadi pembicaraan utama.
"Zeeno, udah hapal belum jalurnya?" Fiony menepuk pundak sang kekasih, di mana ia sukses membuat atensi Zeeno terebut. Zeeno mendorong kacamatanya dan berkedip beberapa saat. "Oh, ini, apa ... aku udah dapet jalur cepatnya, coba kamu cek."
Ponsel Zeeno diberikan kepada Fiony dan kini telah beralih tangan. Fiony memperhatikan maps tersebut dengan teliti. Tak lama setelahnya ia mengangguk dan mulai menjawab, "Iya, bisa kok lewat jalur sini," paparnya.
Sang kekasih mengangguk kemudian mengambil kembali ponselnya.
"Kak, ini cuma dua hari, lagian deket kok. Ga sampe keluar kota," beber Freya, tampak dari raut wajah si sulung ia sedikit khawatir pada Freya. Sejujurnya Freya tidak pernah terlalu sering bermain di luar seperti ini.
Bagi Ara, spot terjauh tempat bermain Freya hanyalah di rumah Fiony saja. Selebihnya, Ara yakin Freya tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat asing. Untuk kali ini ia membiarkan adiknya pergi berlibur setelah sekian lama Freya terkurung di rumah dan hanya melakukan hal-hal basic seperti belajar, mengurus pekerjaan rumah, dan kembali belajar.
Freya patut mendapatkan waktu untuk melakukan refreshing.
"Ayah sama bunda juga udah kasi aku izin, kan?" Freya masih mencoba meyakinkan sang kakak.
"Asal sama Fiony, boleh."
Mau tak mau Ara mengulum bibirnya kemudian mengangguk, ia menempatkan telapak tangan kanannya di atas kepala Freya kemudian mengusapnya dengan lembut. "Yaudah, iya." Freya tersenyum lega mendengarnya.
"Kalian hati-hati di jalan. Ngga usah nakal-nakal kalau lagi di sana. Dan kakak pesan, Zeeno sama Aldo tolong jagain Fiony sama Freya, ya?"
Pesan tersebut mendapat respon anggukan serta senyuman ramah dari anak kembar di hadapan Ara.
Setelah menghabiskan waktu beberapa menit untuk berbincang, akhirnya mereka langsung memulai perjalanan.
Musik yang diputar oleh Aldo di dalam mobil tersebut membuat suasana perjalanan mereka jauh lebih menyenangkan. Keempat remaja itu menghabiskan waktu sambil bernyanyi dan berbincang untuk memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...