Chapter 30: Rasa Bersalah

7.4K 648 173
                                    

"Manusia brengsek bakal tetap brengsek."
.
.
.
.
.

Beberapa minggu berlalu hampir berganti bulan kini para siswa dan siswi Vandara bersiap untuk menghadapi ujian tengah semester, kali ini aktivitas mereka tidak jauh dari belajar dan terus belajar. Sudah menjadi tradisi di mana setiap mendekati hari ujian, perpustakaan selalu penuh.

Pemandangan yang tak biasa akan mulai terlihat di mana seluruh siswa dan siswi pada jam istirahat akan lebih memilih menghabiskan waktu mereka untuk belajar di perpustakaan, di kantin, bahkan di gedung olahraga dan taman.

Sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya di mana murid-murid akan belajar secara individual di rumah.

Beberapa di antara mereka bahkan sampai menginap di rumah teman masing-masing untuk belajar bersama.

Salah satunya adalah Freya dan Fisha, serta Fiony.

Sudah hampir 3 jam mereka menghabiskan waktu untuk belajar bersama dan mengerjakan tugas yang sempat menumpuk beberapa hari lalu.

Tampak Freya sedang menyajikan jus mangga ketiga kalinya. Camilan mereka bahkan semakin menipis dan Yori adalah tumbal bagi Freya yang bisa disuruh untuk membeli camilan lebih banyak lagi.

"Tugas yang biologi udah kelar tinggal pelajari materi yang di bab pertengahan aja, ngga banyak itu," tutur Fiony, bukunya ditutup. Gadis itu meraih salah satu buku paket bertajuk matematika dan membukanya sembari memperhatikan halaman.

"Emang biologi materinya apa?"

"Eh, aku ada catatannya, sebentar. Gausah repot-repot belajar di paket, aku udah ngerangkum, kok." sahut Fisha, tangan kecilnya mulai berkelana di dalam tas untuk mencari buku yang ia maksud.

Setelah mendapatkan buku tulis tersebut, Fisha menyerahkannya pada Freya yang sebelumnya bertanya akan materi dari mata pelajaran biologi tersebut.

"Tapi ... hari Senin 'kan ulangan matematika dulu," Freya menghela napasnya berat, memikirkan deretan angka dan setiap materi matematika di kepalanya saja sudah membuatnya tersiksa. Walaupun sebenarnya Freya jarang sekali mendapat nilai buruk dalam pelajaran matematika.

"Ah, udahlah, Frey. Lagian matematika itu gampang kalo udah kamu yang ngerjain." Fiony ikut mendengus setelahnya, ia menganggap Freya terlalu melebih-lebihkan masalahnya. Padahal di mata Fiony, matematika tetap akan takluk jika berhadapan dengan Freya.

Nyatanya tidak seperti itu, bermodalkan kertas buram yang diisi dengan rumus seingatnya saja Freya tetap membutuhkan waktu untuk mendapatkan jawaban dari persoalan yang tertera di kertas ulangan.

Freya bisa mengerjakan soal matematika, hanya saja ia benci momen di mana ia harus menghitung dan mempertaruhkan waktunya untuk mencari hasil dari soal-soal tersebut yang terkadang memang membuang-buang waktu.

Bayangkan saja, dalam persoalan variabel di mana ia diperintahkan untuk mencari jumlah X. Sementara rumus yang dipakai untuk mencari X itu bisa menghabiskan setengah halaman dari buku tulisnya.

Kek, lu bayangin aja anjir, gue nulis rumus panjang kali lebar buat nyari X yang hasilnya cuma angka 2. ANGKA DUA!

Sekiranya isi hati Freya juga tak bisa berbohong kalau ia cukup tersiksa dengan matematika.

Lama sekali remaja-remaja itu berkutat dengan segala macam tugas-tugas mereka, Fiony akhirnya jadi yang pertama menyelesaikan tugas dan mulai merebahkan diri di atas kasur Freya. Berbeda dengan Freya dan Fisha yang terlihat masih fokus mengerjakan tugas lain.

Fiony meraih benda pipih miliknya di nakas kemudian memainkannya sebentar.

"Istirahat aja kali, kalian udah lama nugas, tau." Fiony berujar demikian kala memperhatikan Freya dan Fisha.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang