❝ Ketika kamu membeberkan rahasia kepada air laut, kamu tidak bisa menyalahkannya jika air membuka rahasia itu kepada ikan-ikan yang ada di sana. ❞
SM : Selamat Membaca:)
❖❖
"Lee Daechan." Panggilan tersebut menghentikan pergerakan Davenstar yang tengah mencari sesuatu di lemari baju dalam kamarnya.
"Iya, Ma?"
"Mama mau ngomong, Nak." Wanita berambut merah tua itu berjalan ke arah kasur anaknya, lalu Davenstar menyusul dan duduk di bagian kursi belajar yang letaknya bersebelahan dengan kasur.
"Berdua aja?" Pertanyaan Davenstar dijawab dengan anggukan kepala. "Haechan gimana?" tanyanya lagi.
"Ini rahasia."
Bagaimana Havenstar tidak merasa iri jikalau Mama sering memperlakukan Davenstar seperti : (1) ketika hal mendesak, dia akan mengacuhkan Havenstar yang bergerak sembronoan dan ceroboh; (2) ketika memastikan sesuatu, dia mengabaikan Havenstar karena anak itu hobinya bercanda; (3) ketika ada rahasia, dia tidak menjadikan telinga Havenstar sebagai pendengar.
Havenstar hanya diandalkan saat tanggal dua puluh lima saja, itupun demi mengetahui kekuatan Davenstar. Meski kembarannya tak pernah mengungkit hal itu, justru Davenstar bisa merasakan bahwa yang paling sakit di sini adalah Havenstar.
Seperti yang akan terjadi sekarang, Davenstar pasti akan selalu merasa bersalah pada kembarannya karena selalu dijadikan sebagai orang kepercayaan Mama. Tiba-tiba dia setuju dengan ucapan Havenstar yang pernah terucap seperti, "Meski kiamat sekalipun, pasti tetap Haechan yang disalahkan, Haechan yang diabaikan, Haechan yang meninggal duluan."
Tapi di sisi lain, dia juga tidak punya keberanian untuk menolak permintaan ibunya. Setiap kali ibunya meminta sesuatu, ia merasa tertekan untuk menuruti tanpa mempertimbangkan perasaannya sendiri atau keinginan Havenstar.
Dia sering merasa terkungkung oleh ekspektasi dan harapan Mama, yang membuatnya sulit untuk mengekspresikan diri atau menetapkan batas-batas yang sehat dalam hubungannya dengan Mama. Meskipun dia menyadari harus berani untuk mengambil langkah dan mengekspresikan perasaannya, dia takut akan konsekuensi dari menentang Mama, hal itu bisa membuatnya terjebak dalam kebuntuan emosional yang membuatnya merasa semakin terisolasi.
Namun, dalam kebuntuan ini, Davenstar juga merasakan kegelisahan yang tumbuh di dalam dirinya, keinginan yang semakin kuat untuk menemukan kedamaian dan kebebasan dalam hidupnya, meskipun hal itu berarti harus menghadapi ketegangan dengan Mama. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana ia akan menemukan keberanian untuk memilih kebebasan dan autentisitasnya sendiri, bahkan jika itu berarti harus menentang Mama dan mempertaruhkan hubungan mereka.
"Ada yang mau Mama kasih tau ke kamu, siapa tahu, kamu bisa bantu Mama buat menyelesaikan permasalahan yang Mama simpan selama bertahun-tahun ini, Daechan." Wajah sang ibu terlihat begitu mengharapkan kerja sama darinya, Davenstar pun mengangguk.
"Tahun 2112, papa meninggal dibunuh oleh rekan kerjanya sendiri yang bernama Kang Daniel. Secara sadar, Mama sendiri yang lihat kejadian itu. Dan sebenarnya, Papa bisa selamat kalau segera dibawa ke rumah sakit, tapi waktu itu Mama terlalu panik, ditambah Papa kamu bilang untuk segera menyembunyikan kalian dari Kang Daniel itu." Cerita ini tak asing, soalnya Havenstar dan Davenstar juga tahu kronologinya.
Maka dari itu salah satu di antara duanya bingung, bagian cerita mana yang disimpan oleh ibunya ini?
"Tim forensik dan tim kepolisian Mama bergerak untuk melacak sidik jari di baju dan badan papa kamu, dan hasil yang sebenarnya bukan cuma menunjukkan sidik jari punya Kang Daniel aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfiction[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...
![[1] NOT REAL EYES ✓](https://img.wattpad.com/cover/363015479-64-k499097.jpg)