Semua orang adalah manusia paling menyedihkan yang berpura-pura untuk tegar.
SM : Selamat Membaca :)
❖❖
Dalam senja yang melankolis, cahaya kuning keemasan menyusup melalui jendela kamarnya yang sederhana. Yumiho merasa santai; tenang sekali bersama secangkir teh hijaunya. Namun ketenangan itu terputus oleh getaran halus di sensor pintu rumah, seperti bisikan teknologi canggih yang memberikan peringkat bahwa, ada tamu —lagi.
Dengan langkah hati-hati, ia mendekati pintu dan membukanya untuk menghadapi pemandangan yang mengejutkan, yaitu Havenstar. Laki-laki tersebut sangat berantakkan, pokoknya babak belur.
"Lo kenapa, Haven?!" Gadis itu terperangah, mata cokelatnya memancarkan kebingungan yang mendalam, coba-coba memahami luka yang terpampang di tubuh Havenstar.
"Gue ...."
"Jamkkanman." Yumiho berlari ke dalam tanpa mengucapkan apa pun, sedangkan Havenstar hanya bisa pasrah karena sampai detik ini cara gadis itu menyambut tamu masih sangat jelek. Dia duduk di tepi pelataran rumah dan menahan tubuhnya dengan kedua tangan sebagai penyangga di lantai.
Tak lama setelah itu, Yumiho kembali lagi. Kali ini bersama kotak obat yang sudah pernah Havenstar lihat sebelumnya. Jadi yang sangat menarik bukan benda itu lagi, akan tetapi wajah Yumiho yang tergambar penuh dengan ekspresi kekhawatiran, alisnya sedikit mengerut dan bibir yang bergetar. Aura menyedihkan terpantul di matanya yang berkaca-kaca, menyiratkan rasa simpati yang mendalam terhadap penderitaan yang dialami oleh tamunya.
Havenstar memperhatikan setiap inci tersebut kala wajah Yumiho berada tepat di depannya, dan yang gadis itu tahu hanyalah luka-luka di wajah Havenstar. Dia membersihkan darah yang mulai mengering di sudut bibir kiri dan juga pelipis kanannya.
"Ketampanan gue enggak hilang meski luka kayak gini, 'kan?" Tiba-tiba rilis pertanyaan konyol dari Havenstar.
Yumiho diam sebentar, memberikannya raut kekesalan. "Perasaan tadi di sekolah pingsan, sekarang datang-datang babak belur," ujarnya.
Havenstar menahan tawa seiring gadis di depannya sedang memberikan obat. "Tapi tadi kondisi gue bukan kayak orang yang mau mati, 'kan?" tanyanya lagi.
"Kata siapa? Lo benar-benar pingsan, Hav. Gue tanya Renaric juga enggak dijawab, dan sekarang, meski gue tanya pun kayaknya lo enggak mau jawab juga 'kan gara-gara apa?"
"Lo belum tanya."
"Emang bakal dijawab?"
"Ya coba tanya dulu."
"Lo kenapa?"
"Naksir sama lo."
"Ya!" Yumiho mendorong bagian pelipis kanan Havenstar yang sedang dia cap menggunakan kapas dan obat merah, sedangkan sang empunya tergelak puas. "Intinya, jangan sakit, jangan terluka, dan jaga diri baik-baik." Kemudian dia menempelkan penutup luka yang dihiasi gambar kecil matahari yang tersenyum.
Havenstar hanya mengangguk dan terus memperhatikan pergerakkan gadisnya yang duduk di sebelah. Lalu Yumiho mengangkat bagian tangan Havenstar yang terdapat luka di sekitar bawah sikut. Sebenarnya itu bukan bagian terparah, soalnya masih ada luka-luka kecil yang lain seperti di lengan, punggung tangan, jari-jarinya, dan juga telapak tangan.
Gadis itu terdiam cukup lama untuk menatapi luka tersebut.
"Padahal lo tau kalau gue bakal sembuh malam nanti, tapi kenapa reaksi lo tetap aja kayak orang yang baru pertama kali lihat gue terluka? Lo ingat yang paling parah, 'kan? Ketika badan gue ketusuk besi dan nyangkut di pohon itu." Havenstar menunjuk pohon yang dia maksud menggunakan tangan kiri, soalnya yang bagian kanan benar-benar tengah dipegang oleh Yumiho dengan begitu kuat. "Wah, kalau lo enggak ada, mungkin gu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfiction[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...
![[1] NOT REAL EYES ✓](https://img.wattpad.com/cover/363015479-64-k499097.jpg)