XII : Not Two, For Chin & Chan Are One

879 171 4
                                    

Aspek terakhir dalam kebebasan manusia adalah menentukan sikap dalam keadaan sulit.❞

SM : Selamat Membaca :)

❖❖

Koridor gedung Contemporary Era School itu luas, dindingnya dilapisi dengan panel transparan yang memperlihatkan pemandangan futuristik dari kota yang gemerlap di luar sana. Kalau sudah sore, cahaya matahari akan menyelinap masuk lewat jendela-jendela tinggi, hingga tercipta bayangan misterius di lantai yang bersih.

Siswa-siswi berlalu-lalang dengan sibuknya tepat setelah jadwal pelajaran sudah berakhir, mereka masih mengenakan seragam sekolah yang dilengkapi aksen neon dan aksesoris teknologi. Beberapa dari mereka terlihat asyik dengan perangkat holografik di pergelangannya, sementara yang lain berjalan dengan langkah ceria, berbicara dan tertawa bersama.

Meskipun suasana sekolah modern ini penuh dengan teknologi canggih, ada juga sentuhan tradisional yang terlihat dalam desain interior. Pot tanaman yang menggantung di langit-langit, juga lukisan-lukisan besar yang dipajang di dinding. Dan di tengah-tengah semua itu, Yumiho menemukan sosok Havenstar yang bersandar di dinding dengan tangan terlipat, bahkan tidak sendiri, soalnya ada Jaevin dan Renaric juga.

Orang pertama yang mengetahui keberadaan Yumiho adalah Renaric, seakan Yumiho adalah umpan yang menggiurkan bagi setiap ikan. "Lo berdua bisa duluan." Meski Renaric yang pertama melihatnya, tapi Havenstar yang pertama memakannya. Ucapan tersebut tentu membuat Jaevin berkacak pinggang.

"Annyeonghaseyo," sapa Yumiho dengan nada begitu kecil.

"Gue antar dia pulang dulu." Lalu Havenstar menunjuk ke arahnya.

"Aigoo, anak versi haram gue sudah punya cewek. Gue jadikan ini sebagai laporan ke Daddy ya," ujar Jaevin sambil memberinya jari tengah.

"Dark banget, Vin! Papa gue udah meninggal," sahut Havenstar.

"Yang nyebut Papa Taeyong juga siapa? Maksud gue Daddy Jeeno."

"Si anj ...."

"Et! Jangan berucap kasar di depan cewek!" Jaevin mendaratkan jari telunjuknya di depan bibir Havenstar. "Dengar kata Mama, Nak ...."

"Ya!" Havenstar merengek sambil menangkis tangan sahabatnya itu. "Merinding banget gue ...."

"Jauh lebih merinding gue ketika lo bilang mau ngecupang leher gue!"

"Si kampret! Malah diseriusin!"

"Lagian sejak kapan lo dekat dengan cewek?"

"Sikap lo kenapa jadi kayak cewek yang udah gue selingkuhi?"

"Habis gue kaget banget ya, Cug! Enggak ada angin, enggak ada hujan, tiba-tiba mau ngantar cewek aja! Bisa dipercaya lo?"

Yumiho memang tidak pernah berekpektasi lebih mengenai kelakuan Havenstar, bahkan sejak pertama bertemu pun, pembawaan lelaki ini tidak jauh dari kata seorang badut. Havenstar mungkin tersenyum dan menunjukkan berbagai bentuk emosi di depan sahabatnya, tetapi di balik topeng, sahabat-sahabatnya bisa saja tidak mampu merasakan kesedihan, kegagalan, atau rasa sakit yang mendalam. Sepertinya Havenstar sudah sering dianggap sebagai sumber kebahagiaan orang lain, tetapi dia jarang diberikan kesempatan untuk mengekspresikan emosi atau perasaannya sendiri.

"Memang mau diantar sama Haven?" Karena terjebak dalam percecokkan Jaevin dan Havenstar, Yumiho sampai tidak sadar kalau Renaric ada di sebelahnya sekarang.

[1] NOT REAL EYES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang