X : Not Human

877 174 4
                                    

❝ Bentuk sakit jiwa yang paling berbahaya adalah jatuh cinta. ❞

SM : Selamat Membaca :)

❖❖

Jaevin tidak main-main soal niatnya yang mau mencari anjing untuk melacak keberadaan Havenstar. Dan alasan kenapa sampai sekarang dia belum mendapatkannya adalah, Jaevin ingin anjing besar berbulu tebal yang dia temukan sendiri tanpa harus membeli dulu.

Padahal, Jaevin mampu membeli sepuluh ekor anjing dalam satu malam. Namun dia justru memilih untuk berjuang mendapatkan satu anjing di atas jerih payahnya sendiri meski harus memakan waktu melebihi sepuluh bulan sekali pun.

Mama Haven
|Jaevin Na
|Haven sama kamu, Nak?

Hal-hal yang memicu Jaevin jadi begini karena tiap malam Mama Havenstar selalu bertanya tentang anaknya. Pun biasanya Havenstar akan selalu menjawab pesannya kalau Jaevin meneruskan pesan dari wanita tersebut, sayangnya kiriman pesan untuk malam ini tidak ada yang dibaca. Makanya, ketimbang jadi ahli pembohong yang dosa-dosannya kian menggunung demi membantu Havenstar yang mencurigakan, Jaevin mencoba untuk melacak keberadaan Havenstar.

Alat bantu yang mendukung proses pencariannya hanyalah iPad kaca dengan kecanggihan sistem operasi dan perangkat lunak tambahan hasil modifikasinya sendiri. Bertahun-tahun Jaevin terlena dalam kemampuan hack dan manipulasi sistem data, tentunya bersifat rahasia. Sehingga melacak Havenstar —hanya dengan informasi nomor ponsel —tak seberapa sulitnya bagi Jaevin.

"Lu ngapain main ke hutan, Hav? Nantangin beruk makan kimchi basi? Aigoo." Jaevin geleng-geleng kepala selama mobil futuristik yang mengajaknya terbang sekarang tengah berada di atas pepohonan besar dan lebat.

"Apa gue salah lacak?" Kemudian Jaevin agak ragu melakukan pendaratan karena titik sampainya jatuh pada gedung tua yang gelap. "Mwo?" Meski sempat mau kabur, dia melihat mobil putih milik Havenstar terpakir di sekitar gedung itu.

Alhasil Jaevin mendarat.

"Bjir! Ngapain ntu anak main ke sini? Gila memang," katanya.

Sebelum keluar dari mobil, dia mencoba untuk mengirimi Havenstar pesan lagi.

Jaevin Na
|Anakku!
|Ketahuan ya lo, Cug!
|Ngapain lo main dalam hutan?
|Nikah sama Beruk lo?
|Gue menemukan mobil lo, ya.
|Havenstar!
|!!!!

Dia membiarkan pesan itu selama lima menit. Seharusnya tidak perlu sampai bermenit-menit kalau seandainya nomor Havenstar bisa ditelpon. Masalahnya kalau sudah malam, Havenstar pakai mode bisu, siapa pun tidak bisa menghubunginya kecuali Jaevin mampu mempelajari teknologi lebih dalam lagi.

"Jamkkan  ... ribut amat di dalam." Awalnya dia tidak menyadari hal ini, tapi semakin lama berada dalam ruang lingkup sepi, semakin terasa adanya sebuah pertunjukkan di dalam gedung sana.

Itu seperti perpaduan suara tembakkan, reruntuhan dinding, tubrukkan antar benda berat, dan juga penampakan manusia yang lari tergesa-gesa dari lorong pintu masuk. "Haven?!" Karena orang itu larinya ke arah mobil di dekat mendarat, Jaevin yakin dialah sahabatnya.

"Woi, Haven! Bisa-bisanya lo enggak buka pesan gue?" Jaevin pun keluar dari mobilnya guna menyambut kedatangan orang tersebut. Sayangnya respon yang Jaevin dapat terlihat kurang bagus, orang tersebut runtuh di atas tanah dengan kotak kaca berisi 4 batu warna biru di hadapannya.

"Hav?" Saat Jaevin berjongkok di depannya, dia bisa melihat mimik sang sahabat dengan jelas setelah topeng wajahnya dibuka.

Dia menangis.

[1] NOT REAL EYES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang