❝ Teman adalah hunian jiwa tunggal yang berada di dalam dua tubuh. ❞
SM: Selamat Membaca
❖❖
Bagi Jaevin, hal yang lebih menyeramkan ketimbang membaca sebuah kode biner adalah ketika Renaric merajuk berkepanjangan. Bahkan Jeeno yang sedang terbaring di kasur tidurnya saja langsung kebingungan melihat logat tubuh Renaric seperti anak kecil yang tidak diberi uang jajan.
Kini lelaki itu cuma duduk bersila di lantai menghadapi dinding berlapiskan kaca, tidak ada yang berani mengganggunya, termasuk kerandoman Jaevin sekalipun. Kecuali jika ada Havenstar di sini, orang itu tingkat keberaniannya memang di atas rata-rata, juga tidak jarang kalau Havenstar harus menderita ketika dicekik, dibogem, dijambak, dan ditendang oleh Renaric di sela caci makinya.
Namun jika tidak ada Havenstar, maka biasanya memang didiamkan begitu sebelum ke sesi amukan yang berkedok ceramah. Karena ada Davenstar di sini, mungkin di tengah obrolan mereka akan menyinggung perilaku Renaric sedikit, jadi Jaevin hanya ingin fokus menanyakan keadaan Jeeno.
"Babak belur banget lo, Jee? Habis berantem melawan gorila lo?" tanya Jaevin.
Andai sahabatnya tahu kalau yang dia lawan malam itu punya kekuatan melebihi gorila, mungkin dia akan berpikir kalau Jeeno manusia super yang masih bisa bertahan hidup setelah terpelanting dengan begitu dahsyat menembus dinding tua berbahan beton. Tangan kanannya sendiri yang menjadi penyangga dari hantaman-hantaman mematikan yang ditabrak tubuh belakangnya, Jeeno juga masih bisa merasakan adrenaline memenuhi tubuhnya.
Malam itu, setelah bersusah payah bangkit dan kembali ke dalam gedung. Jeeno menatap lawannya dengan mata yang masih penuh determinasi. Dia tahu dia tidak bisa menyerah, apalagi melihat Havenstar bersusah payah membuang tenaga untuk meladeni musuh yang aneh itu. Saat pandangan mereka bertemu, api semangat dalam dirinya berkobar lebih kuat. Meskipun terluka parah, dia masih siap untuk bertarung sampai akhir, tidak peduli seberapa besar tantangan yang dia hadapi.
Sayangnya, ketika Havenstar melesatkan peluru, orang tersebut hilang dengan begitu ajaibnya. Isi pikirannya hanya satu, mungkinkah kuasa mutan yang lain? Tapi jika memang itu yang terjadi, mereka tidak merasakan tanda-tanda penyerangan dalam kesiagaan tersebut, hingga pertarungan yang panjang berakhir dengan kemisteriusan.
"Kenapa lo yang datang, mana Haven?" Jeeno tanya pada Davenstar yang duduk di sebelah Jaevin.
"Karena cuma aku yang ada di markas, jadi aku yang memutuskan datang," jawab Davenstar.
"Wah, jinjja? Lo berdua kayak enggak ada komunikasi gitu, ya? Havenstar tau kalau lo ke sini?" tanya Jaevin.
"Jeeno menghubungi pihak markas, mau siapapun yang menerimanya enggak ada yang beda. Kami bakal membicarakan ini pas ketemu nanti," jelas Davenstar.
"Sayangnya yang mau gue temui Havenstar, tapi karena lo udah bersedia datang ke sini, kita bisa ngobrol biasa kayak teman pada umumnya," ujar Jeeno.
Davenstar tertunduk sedikit dengan senyum tipisnya. "Kurasa kita bukan teman karena kamu membatalkan obrolan yang mau kamu sampaikan ke Havenstar," ujarnya.
"Maja-maja! Lo mau ngomong apaan ke Haven?" tanya Jaevin.
"Yang gue undang itu cuma Havenstar, kalau lo yang datang ke sini, lain lagi ceritanya," sahut Jeeno.
Jaevin mengangkat sebelah kanan sudut bibirnya sebelum mengatakan, "Jahat banget lo, Jee. Gue datang sini dengan niat tulus nyariin lo, sekalian mau kasih tau kalau kita bakal dapat mantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfiction[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...