❝ Waktu berlalu seperti lambaian tangan dari kereta yang ingin kita tumpangi ❞
SM: Selamat Membaca:)
❖❖
Yumiho tidak membenci banyak hal. Tapi jika dibuat tabel peringkat mengenai sesuatu yang dia benci, maka yang menempati posisi paling atas adalah sakit kepala.
Itu merupakan penghinaan paling besar untuknya ketika 'tak mampu mengatasi segala hal dengan sempurna. Sebenarnya tidak selalu dituntut untuk jadi yang terbaik, tapi karena dia dibesarkan oleh sosok pria yang perfeksionis mengenai segala hal, Yumiho terbiasa melakukan intropeksi diri untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.
Maka dari itu, kepalanya jadi terasa sakit sekali sekarang.
Dia mulai merasakan ini setelah pulang dari sekolah. Imun tubuhnya mungkin menurun, jadi dia sakit tanpa didasari sebab yang jelas. Yumiho sudah berbaring di kasurnya selama dua jam setelah lepas dari makan malam, dan selama itu juga dia kesulitan tertidur hingga berencana untuk membuat kompres.
Namun, suara penanda yang ditimbulkan oleh pintu utama rumah berbunyi kala dia baru keluar dari pintu kamar. "Enggak mungkin Havenstar," katanya.
Perlahan Yumiho melangkah ke arah pintu tersebut. "Enggak mungkin juga Kak Winwin," lanjutnya.
Padahal dia sudah sangat mampu menebak kalau tamu ini bukan orang yang dia kenal, tapi Yumiho juga perlu memeriksanya lewat kamera pengintai. Sayangnya ketika baru saja berdiri di dekat pintu, benda tersebut terbuka dan menampilkan sosok manusia bertopeng dalam keadaan luka yang tak beraturan tempatnya.
Bahkan Yumiho belum sempat mengatakan apa pun saat tangan tersebut mencekik lehernya hingga membuatnya tak berpijak di lantai lagi. "Ha ... Haven ...," cicitnya seraya menekan tombol darurat yang khusus Havenstar tambahkan di jam tangan miliknya.
"Eksperimen terakhir," ujar Anonim tersebut, "Lawanlah!" lanjutnya sambil menguatkan pegangan di leher Yumiho, memaksanya untuk melawan dalam pertarungan yang tak terhindarkan.
Gadis itu menutup matanya rapat-rapat, menahan siksaan dan kepanikan yang melanda dirinya. "Do-dowa juseyo ... aaa!" Tubuhnya dilempar ke halaman rumah hingga terguling beberapa kali. Rasa sakit menyiksa setiap serat ototnya.
"Uhukk! Uhukk!" desahnya dengan napas yang tersengal-sengal, mencoba untuk menghirup udara yang begitu penting bagi kelangsungan hidupnya. Dengan tekad yang kuat, dia berusaha bangkit dari rasa sakit yang melanda tubuhnya, lalu berlari sambil menangis, mencari perlindungan dan pertolongan.
"Haven ... Havenstar! Kak ... Winwin! Uhukk uhukk! Tolong!" serunya dengan suara terputus-putus, sambil terus menekan tombol di jam tangannya dengan harapan bisa memanggil bantuan. Namun, rambutnya tiba-tiba dijambak dengan kasar, memaksa dia untuk kembali terhempas ke tanah, terseret oleh kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya.
"Lawan!" Anonim itu berseru lagi, sambil menarik rambutnya hingga tubuh gadis itu terseret di tanah mengikuti arah kekuatan tarikan Anonim tersebut.
Yumiho merasakan sakit yang menusuk-nusuk di kepala dan kulitnya saat hal menyeramkan itu berlangsung. Dengan sisa-sisa kekuatannya, dia mencoba untuk melawan, mencoba untuk meraih setiap helai keberanian yang tersisa di dalam dirinya, mencoba untuk bertahan.
"Lawan!" seru Anonim itu sekali lagi dengan nada yang penuh kebencian dan keganasan, menunjukkan bahwa tidak akan ada ampun bagi Yumiho. Tanah di sekitar mereka menjadi saksi bisu dari pertarungan yang tidak adil ini, di mana seorang gadis harus bertahan melawan kekerasan yang dialaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/363015479-288-k499097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfiction[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...