XV : Not Blueberry's Fault

984 216 3
                                        

Beberapa orang bisa saja memiliki tujuan untuk tidak mendapatkan kesenangan, yaitu memilih pergi untuk menghindari rasa sakit

SM : Selamat Membaca :)

❖❖

Dengan langit yang masih memancarkan warna biru keperakan di ufuk timur, kediaman  keluarga besar Lee masih berlangsung dengan tenang. Havenstar tidak kesiangan seperti kemarin-kemarin, tidak membuat alarm rumah berdering heboh hingga Mama akan turun tangan dan memarahinya. Tidak juga meneriakkan sesuatu yang tak berguna seperti mengejek Davenstar dari depan pintu kamar, atau berlarian merebut kaos kaki yang berbeda sebelah.

Semua itu terputar dengan sempurna di dalam otak Davenstar,  duduk dengan pandangan yang dalam, matanya terfokus pada piring yang sudah habis isinya. Sementara Havenstar, yang biasanya penuh dengan energi, duduk di seberang dengan tatapan tak berisi.

Sampai mereka saling bertukar pandang, mencoba membaca ekspresi satu sama lain, mencari jawaban atas keheningan yang menggantikan rutinitas mereka biasanya. Akan tetapi, meskipun mereka kembar identik dan jarang kehilangan kata-kata, tapi kali ini benar-benar berbeda.

Mereka memang tidak biasa sarapan dengan Mama, karena wanita itu jam kerjanya lebih pagi ketimbang keberangkatan anak kembar tersebut. Tapi, Mama selalu menyiapkan keperluan makan mereka. Sehingga apa pun menunya, pasti akan habis.

Havenstar memutuskan untuk mengakhiri tatapan mereka dan bergegas menggendong tas sekolahnya. "Ayo bertukar." Namun sebelum benar-benar meninggalkan tempat duduknya, Davenstar bicara lebih dulu.

"Apanya?" tanya Havenstar.

"Aku mau jadi kamu, satu hari aja," jawab Davenstar.

"Jadi gue?"

"Iya, aku mau ke sekolah kamu. Aku mau jadi Haechan, hari ini."

Havenstar bergerak membelakangi kembarannya dan menundukkan kepala. "Supaya apa?" tanyanya.

"Supaya ...."

"Supaya bisa merebut teman-teman gue? Setelah lo sepenuhnya dapat kasih sayang Mama, sekarang lo mau ambil apa yang gue punya?"

"Haechan?"

"Apa enggak cukup dengan Mama aja, Chin? Gue selama ini iri banget dengan lo, apa-apa selalu dibela Mama. Bahkan kalau pengambilan rapot, selalu gue yang enggak ada walinya. Apa enggak cu—"

"Makanya ayo bertukar!" Davenstar menyelanya dengan nada tinggi. "Kamu jadi aku, supaya kamu tahu rasanya disayang Mama gimana. Semua ini bukan karena aku mau ngambil sesuatu dari kamu, teman-teman kamu milik kamu, aku cuma mau bantu kamu dekat sama Mama."

Havenstar terdiam cukup lama di situ, amarahnya menurun, lagian kenapa pula akhir-akhir ini dia sangat emosian?

"Jangan terlalu lembut dengan teman-teman gue, atau mereka langsung tau lo itu siapa." Ucapan Havenstar membuat kembarannya tersenyum dengan begitu lebar.

"Haechan  ... makasi  ...."

"Cepat aja ganti seragam atau kita bakal telat!"

❖❖

Selama jam pelajaran berlangsung, Jaevin sesekali mengambil kesempatan untuk membalas pesan grub yang diisi oleh pesan Havenstar saja. Mungkin Jaevin merupakan orang pertama yang berhasil menambahkan aplikasi sampingan di meja belajar elektroniknya tanpa sepengetahuan guru. Sehingga selain membuka materi pelajaran, dia juga bisa membaca dan mengirim pesan secara diam-diam tanpa ketahuan.

[1] NOT REAL EYES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang