Bila kelembutan seseorang hanya mengakibatkan timbulnya kekerasan, maka lakukan kekerasan untuk suatu bentuk ungkapan kelembutan hati yang tersakiti
SM : Selamat membaca:)
❖❖
"Apa masih sakit?" Pembahasan ini bermula ketika mobil yang membawanya ke rumah sudah mendarat ke tanah.
"Sudah sangat membaik." Dengan kondisi wajah yang masih pucat, Davenstar jawab.
"Bohong banget, ppftt." Jaevin yang duduk di sebelahnya menahan tawa.
Lalu dari tempat duduk belakang, Renaric meletakkan punggung tangannya di dahi Davenstar. "Suhu badan lo masih tinggi, Hav," katanya.
Davenstar menangkis tangan Renaric hingga sang empunya sedikit melebarkan mata. "Gue enggak kenapa-kenapa," katanya.
"Denger Hav, biasanya setelah pingsan, badan kita jadi hangat karena respons fisiologis tentang stres atau perubahan sistem saraf otonom."
"Hedeh, gue cuma kecapekan, ada banyak hal yang gue urus."
"Ngegas mulu perasaan dah lo, heran." Kali ini Jaevin yang menyahut.
Tapi Davenstar tidak menjawabnya, bingung mau bersikap seperti apa di depan teman-teman Havenstar ini.
"Apa pun itu, Hav. Misal pun lo adalah manusia super sekali pun, ada baiknya keluarga lo juga tahu kalau lo lagi sakit. Terkadang, ada luka yang cara sembuhnya dari perhatian orang rumah." Jaevin mengatakan itu saat Davenstar sudah berada di luar dan berdiri di depan pintu mobil yang masih terbuka.
"Tapi kalau lo masih gengsi minta perhatian di rumah, lo bisa datang ke gue kapan aja. Rumah gue juga rumah lo, pulang aja kapan pun lo mau." Lelaki itu tersenyum, sungguh terlihat waras dari biasanya, bahkan Renaric pun sedikit merasa bangga kalau Jaevin ternyata bisa serius juga.
"Makasih, Vin," sahut Davenstar, "Makasih juga, Ren. Maaf karena lo yang sangat kerepotan tadi" lanjutnya.
Sepanjang jalan setelah turun dari mobil itu, Davenstar merasa kembarannya jauh lebih beruntung. Dia punya sahabat-sahabat yang pengertian. Meski mulut mereka jahat, tapi tingkat keperdulian mereka mampu menyaingi besarnya Samudera Pasifik.
Dia ingat saat bangkit dari keadaan pingsan, cahaya yang menyilaukan masuk ke dalam mata. Hingga perlahan-lahan dunia kembali terungkap di hadapannya. Bersama raut-raut normal para sahabat Havenstar, seperti senyum haru dari Renaric, sorot mata yang penuh kehangatan dari Jeeno, dan ekspresi wajah yang sedih, khawatir, kena mental, bahkan tampak paling heboh dari yang lain, yaitu Jaevin. Seperti melihat lukisan kebersamaan yang dipahatkan dengan indah, Davenstar ingin menyaksikan itu dalam waktu yang lama.
Pantas saja Havenstar selalu bersemangat kalau ke sekolah.
Tapi bisa-bisanya Havenstar bilang iri dengan Davenstar. Memang apa yang berharga dari hidupnya? Sambutan hangat dari Mama?
"Chan! Daechan belum pulang, Nak!" Itu kalimat pertama yang Davenstar dapat saat memijakkan kaki di depan pintu utama. Padahal biasanya, Mama akan tersenyum dan memeluknya dengan erat.
"Kenapa malah bengong?! Cepat cari kembaran kamu!" Mama mendorong bahu kanan Davenstar hingga dia mundur satu langkah.
Benar juga. Davenstar sedang mengenakan baju sekolah kembarannya sekarang, berarti mereka seratus persen mirip secara fisik sampai-sampai Mama saja tidak bisa membedakan keduanya yang sedang bertukar posisi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfic[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...
![[1] NOT REAL EYES ✓](https://img.wattpad.com/cover/363015479-64-k499097.jpg)