XXV : Not A Good Incident

626 108 0
                                    

Kebahagiaan itu bukan tergantung pada kejadian, namun tergantung pada pemikiran kita  ❞

SM: Selamat Membaca:)

❖❖

"Mana Haven?" Renaric menanyakan hal tersebut saat menjadi satu-satunya orang yang baru pulang dari sekolah.

"Halaman belakang," jawab Jaevin yang sibuk melakukan kegiatan di dapur.

"Lo enggak nge-hack gelangnya?" tanya Renaric lagi.

"Sudah lepas."

"Berhasil lo?"

"Ceweknya yang kasih tau pas di sekolah tadi. Aigoo, kalau tau gini mending nanyain ke ceweknya aja langsung. Kagak usah capek-capek begadang gue."

"Kok lo kesal gitu?"

"Gangguan noh si Haven."

"Apanya?"

"Ya lo lihat aja efek samping setelah diputusin."

"Hah? Putus?" Renaric bergegas menuju halaman belakang rumah Havenstar, ternyata di depan pintu sudah ada Jeeno dan Davenstar, sementara targetnya sedang mondar-mandir di atas tanah sambil menabur kelopak bunga matahari satu demi satu. "Dari tadi?" tanya Renaric.

"Banyaknya kelopak bunga yang terdampar di sana udah ngejawab pertanyaan lo, Ren," jawab Jeeno.

Tentu, jangankan kelopaknya. Tangkai bunga besar itupun berhamburan sekali di sana.

"Di mana dia dapat tuh bunga?" tanya Renaric lagi.

"Sengaja beli," jawab Davenstar, dengan air wajah yang sangat sedih dan penuh penyesalan. "Dan kalau lagi sedih, memang gini kelakuannya."

"Berhentinya kapan?"

"MAKAAAANNNN!" Teriakkan Jaevin dari dalam rumah mengagetkan mereka semua, dan hal tersebut membuat Havenstar berhenti dari kegiatannya lalu berjalan meninggalkan bunga-bunga yang sudah dia kacaukan di sana.

"Pas makan." Itu jawaban Davenstar sebelum beranjak masuk ke dalam rumah. "Kalau enggak mau dia tantrum, mending jangan tanya-tanya dulu. Nanti yang pusing Jaevin, kasihan seharian ngurusin Havenstar aja," ujar Davenstar lagi.

❖❖

Jadi, memang tidak ada satupun yang berani mengganggu Havenstar kecuali kembarannya sendiri. Tempatnya melampiaskan kesedihan masih di area halaman belakang, tapi bedanya sekarang, Havenstar bisa meneteskan ratusan cairan darah dari telapak tangan yang dilukainya.

Hampir Jaevin terkena serangan panic attack karena memergokinya dari belakang, tapi segera Davenstar memberi kode bahwa hal tersebut tidak akan menyakiti kembarannya. Bahkan dia berbisik, "Beri aku kesempatan ngomong sama dia."

Jaevin mengangguk. "Kalau dia masih galau begitu, bagi-bagi ke gue buat nempeleng kepalanya. Gatel banget udah tangan gue," katanya.

Maka di sinilah si Kembar berakhir, mereka duduk bersebelahan di mana Davenstar belum memulai percakapan sejak dua puluh menit lalu. Pun Havenstar juga tidak menyapanya, yang dia tahu, telapak tangannya harus dilukai lagi ketika regenerasi tubuhnya menyelesaikan tugas dengan baik.

"Yumiho itu cantik ya." Akhirnya Davenstar bicara.

"Iya," jawab Havenstar.

[1] NOT REAL EYES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang