❝ Kalau tidak jadi pembunuh, ya jadi korban yang terbunuh ❞
SM : Selamat Membaca
❖❖
Sudah dua hari penuh Yumiho tidak berjumpa dengan Havenstar. Padahal, meski mereka berada di kelas yang berbeda, biasanya wajah lelaki itu tetap saja muncul di lorong-lorong akademi, di antara kerumunan pelajar dengan seragam bercahaya khas tahun 2126, atau sekadar di kantin yang dipenuhi aroma sintetis makanan generasi baru. Namun kali ini, seakan-akan Havenstar benar-benar lenyap dari orbit kehidupannya.
"Apa dia terluka parah, ya?" Si Binar Biru berguman selama perjalanan pulangnya.
Mengingat apa yang terjadi malam itu, Yumiho juga sangat yakin kalau Havenstar pasti sedang kesusahan. Winwin sudah menceritakan semuanya—bahwa ada serangan mendadak dari sosok misterius yang hanya dikenal sebagai Anonim. Yumiho masih bisa merasakan desiran ngeri itu di tubuhnya. Bagaimana atmosfer seolah menekan paru-parunya, dan di antara kekacauan itu, pasti Havenstar juga mengalami hal yang sama.
Itulah sebabnya Yumiho percaya, absennya lelaki itu bukanlah sekadar alasan sederhana. Tapi apa? Mengapa?
Meski sebenarnya dia juga tidak tahu harus berekspresi seperti apa, mengatakan apa, pun melakukan apa, jika bertemu Havenstar. Tampaknya, lelaki itu tidak meminta Tuhan untuk mengizinkannya mendatangi Yumiho, tapi keputusan Yang Maha Kuasa seakan tetap membiarkan mereka bertemu seperti yang terjadi saat ini.
Yumiho melihat Havenstar, duduk di pinggir jembatan tepat di mana dirinya sendiri pernah tergantung dan hampir kehilangan nyawa. Suasana hatinya yang sempat membara, kini perlahan tertutupi oleh puing-puing kerinduan yang mengharukan. Itu terjadi seiring langkahnya kian mendekat kepada Havenstar, dia sang pemilik senyum candu yang tidak menyadari kedatangan gadisnya.
"Annyeong ...."
"Kamchagi!" Kagetnya dia hampir membawa lelaki itu ke akhirat, bahkan sedikit lagi nyemplung ke air sungai yang sangat lebar di bawah sana. "Eh?" cicitnya.
"Lo enggak berniat nyetor nyawa ke malaikat maut, 'kan?" Gadis itu tanya sambil duduk di sebelahnya.
Mungkin, Yumiho salah paham. Tentu dia tidak tahu kalau Havenstar kembar. Tapi sebagai kembarannya, Davenstar tahu kalau gadis ini adalah seseorang yang pernah ia temui di sini, pun bisa menerka kalau Yumiho dan Havenstar saling kenal saat melihat seragam sekolah yang digunakan gadis itu.
Jadi, kamu satu sekolah dengan Haechan, ya? Tebaknya dalam hati.
"Malah bengong," tutur Yumiho hingga membuatnya tersadar.
"Mian. Apanya tadi?" tanya Davenstar.
"Lo ngapain di sini?"
"Oh. Cuma mau duduk, sebentar."
Yumiho hanya menganggukkan kepala dan memperhatikan suasana luas di depan mereka. Gedung-gedung pencak langit mengepung air sungai yang besar ini. Jalur lalu lintas udara juga tetap berjalan seperti biasa. Mereka terdiam cukup lama.
"Hari itu, lo cantik banget," ujar Davenstar.
"Yang mana?" Yumiho tanya.
"Pas gelantungan di sini. Gue pikir, lo beneran mau bunuh diri."
"Ah, lo masih ingat ternyata."
"Ppfftt, mian. Kayaknya gue belum sempat minta maaf karena udah dorong lo sembarang. Tapi itu beneran kesan yang menarik, gue terpesona, untuk pertama kalinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] NOT REAL EYES ✓
Fanfiction[2120 era | book 1] [F I N I S H E D] "Gue Mutan Regenerasi." 2120 merupakan era teknologi mutakhir yang mendukung agen rahasia bayaran beraksi terutama untuk membunuh seseorang, padahal dia cuma remaja tingkat sekolah menengah atas yang hobinya ber...
![[1] NOT REAL EYES ✓](https://img.wattpad.com/cover/363015479-64-k499097.jpg)