Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hari ini kita ulangan."
Kelas mendadak riuh setelah mendengar pemberitahuan dari Bu zahra selaku guru matematikan mereka. Jam Pelajaran pertama baru dimulai dan berita yang pertama mereka dengar adalah mereka ulangan hari ini.
"Enggak bisa tiba-tiba gini dong buk." protes Kaisan membuat Bu Zahra langsung melihat kearahnya.
"Kenapa enggak bisa? Kan saya guru nya, suka-suka saya dong!" jawab Bu Zahra dengan tegas.
"Ini pelanggaran hak asasi siswa buk, kan kita belum belajar mau jawab apa kita?" keluh kaisan. Mana bisa begini, harus nya ia belajar dulu walaupun akhirnya akan scroll Tik-Tok.
"Sok-sokan ngomong hak asasi, nilai PPKN aja enggak sampek KKM" jawab Bu Zahara membuat kaisan melotot tak percaya.
"Wah, ucapan ibuk kejam sekali. " ucap Kaisan dengan dramastis membuat bu Zahra menghela nafas lelah.
"Kalau kamu enggak mau dengerin saya silahkan keluar!" tegas Bu Zahra membuat Kaisan tersenyum senang. Ini yang ia tunggu.
"Beneran boleh keluar buk?" tanya Kaisan memastikan.
"Silahkan!"
Kaisan langsung berdiri dari duduk nya dengan semangat, "kalau gitu saya keluar aja ya buk, kebetulan saya lapar jadi mau ke kantin." pamit Kaisan lalu dengan bangga dan bahagia ia keluar dari kelas. Laki-laki itu berhenti didepan pintu lalu berbalik.
"Selamat menikmati siksa neraka ges." teriak Kaisan lalu berlari dengan cepat keluar dari kelas.
"Anak setan lo Kaisan." gumam Rama lalu laki-laki itu berdiri dari duduknya.
"Kenapa kamu berdiri? Mau ikut keluar?" ketus Bu Zahra
Rama menyengir lalu mengangguk pelan. "iya buk, soal nya walau pun saya ikut ulangan nilai saya tetap nol jadi saya keluar aja sambil menikmati gorengan Buk Sapri."
Bu Zahra memijit pelipisnya yang sakit. Entah dosa apa yang ia lakukan hingga punya murid seperti ini kelakuannya.
"Keluar!" usir Bu Zahra lalu tanpa basa-basi Rama langsung kelauar dari kelas nya.
"Ada lagi yang mau keluar?" tanya Bu Zahra namun tak ada seorang pun yang berdiri.
"Kalau begitu kita mulai ulangan nya." lanjut sang guru lalu menuliskan soal-soal yang harus mereka kerjakan di papan tulis.
Setelah menuliskan soal yang nyaris memenuhi papan tulis bu Zahra duduk dengan santai di kursi guru.
"Soalnya cuma tiga aja, enggak banyak. " ucap Bu Zahra membuat Alzeiron menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan nya.
"Tiga tapi beranak lima" gumam Alzeiron frustasi. Sebenarnya Alzeiron pintar matematika, tapi ia malas harus memutar otak nya.
"Buk" Alzeiron mengangkat tangan nya tinggi-tinggi.