22. Sama

3.8K 240 8
                                    

Senjata yang dipegang Dewa dan Rafgan sudah hilang entah kemana karna mereka berkelahi menggunakan tangan. Jadi mereka tak sadar kalau mereka sudah tak memegang pistol.

Dan kini Rafgan sudah tak berdaya karna terpukul dibagian dada. Ia memegang dada nya yang sangat nyeri. Sementara Dewa masih mencoba bertahan melawan segerombolan anak anak Vagos.

Sampai akhirnya salah satu dari mereka menangkap Dewa dari belakang. Ia mengikat kedua tangan Dewa kebelakang dan anak anak yang lain pun jadi leluasa memukulinya.

Dewa tak diam. Ia berusaha menendang nya satu persatu. Tapi sudah pasti tak mempan karna lawan nya banyak. Sebenarnya jumlah mereka sama dengan geng Six tapi karna anak Six hilang entah kemana, jadi hanya ada 2 yang sisa. Alhasil tidak ada yang membantu Dewa kalo ini.

Ninu ninu ninu

Suara sirene polisi seketika membubarkan mereka semua. Mereka (geng Vagos) langsung kabur meninggalkan Dewa dan Rafgan yang sudah tak berdaya lewat pintu belakang.

Polisi pun datang dan hanya melihat Dewa dan Rafgan yang sudah tak sadarkan diri. Lumuran darah juga terlihat di tubuh mereka.

Polisi pun segera menelfon ambulans untuk dibawa dirumah sakit.

••

Beberapa menit berlalu dan akhirnya ambulans datang. Petugas langsung membawa Dewa dan Rafgan kedalam mobil. Sementara polisi mengecek ruangan itu.

Mobil ambulans berjalan dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama ambulans itu sampai dirumah sakit yang sama dengan rumah sakit Kai berada.

Petugas membawa Dewa dan Rafgan ke dalam rumah sakit itu. Situasi disana sangat mencekam.

••

Disisi lain.

Kai sedang tertidur pulas. Saking pulas nya ia tak tersadar ada lelaki membuka pintu ruangan nya. Lelaki itu memakai masker, hoodie, topi, kacamata. Intinya seluruh bagian tubuhnya tertutupi.

Lelaki itu berjalan hati hati kearah ranjang Kai agar Kai tak terbangun. Lelaki itu menyuntikkan sesuatu ketangan Kai dengan sangat hati hati.

Setelah menyuntikkan nya ia duduk disofa dengan santai. Setelah kurang lebih lima menit, ia kembali berjalan kearah Kai dan ia mencabut dengan kasar infus yang tertancap pada tangan Kai sehingga ada bekas robekan ditangan Kai.

Kai sama sekali tak merespon. Lelaki itu tersenyum jahat. Ia menukar infus nya dengan infus yang ia bawa. Setelah itu ia kembali menyuntikkan saluran selang infus itu ke tangan Kai lalu ia menutupi lagi dengan perban. Sangat rapih bahkan tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah ia ganti. Kecuali warna infus nya.

Setelah selesai, lelaki itu pergi tak lupa ia mengunci pintu itu dan kuncinya ia buang ketempat sampah. Lelaki itu berjalan dengan senyum bangga yang tertutup oleh masker nya.

••

Malam.

Sekarang waktu Kai mendapat jatah makan nya. Pegawai yang biasanya mengantar makanan pun membuka pintu itu. Ia mengkerut kan alisnya bingung karna pintu nya terkunci.

Ia pun mengetuk pintu itu berkali kali namun tetap tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menghubungi petugas yang berada di ruang cctv. Itu sudah biasa kalau pintu terkunci dan tak ada jawaban, pasti akan memanggil petugas cctv untuk mengecek.

"Halo pak, tolong cek kamar nomer 34 ya". Ucap pegawai itu lewat telefon radio yang selalu ia bawa. Orang diseberang sana pun hanya mengiyakan dan ia mengecek kamera cctv kamar 34. Kamar yang ditempati Kai.

"Pasien sedang tertidur pulas, tapi.... Tunggu sebentar. Sepertinya ada baluran perban yang ada luka dibalik nya". Jelas petugas itu. Pegawai yang mendapat jawaban itu pun langsung panik dan menaruh makanan nya dibangku lalu ia berlari keruang kunci.

Ia membuka pintu ruangan itu dengan ngos-ngosan.

"Minta kunci kamar 34!". Ujar pegawai itu dengan nafas yang terengah engah. Petugas pun langsung mencari dan memberi kunci nya.

"Nih". Pegawai itu langsung lari lagi kekamar Kai. Ia memasukkan kunci itu dan memutarnya. Syukurlah pintu itu langsung terbuka. Ia berlari kearah Kai dan melihat perban nya. Ia segera memencet tombol disamping ranjang Kai lalu tak lama kemudian dokter dan perawat pun datang.

"Ada apa? Kok kamu memencet tombol nya?". Tanya suster.

"Ada baluran perban ditahan pasien. Seinget saya sebelumnya tidak ada". Jawab nya. Dokter itu pun langsung mengecek keadaan Kai dan suster tadi ngecek infus nya.

Ia merasa ada yang berbeda dari infus nya. Sebelumnya infus itu tak ada warna (bening), tapi sekarng warna nya berubah menjadi sedikit kuning. Dan juga terakhir kali ia ngecek, infus itu sisa setengah tapi sekarang masih full.

Suster tadi menengok ke dokter. Dokter itu juga menengok kearah nya.

"Sepertinya ada orang yang mengganti infus nya dengan sengaja dan sepertinya luka itu terjadi karna orang yang menarik paksa infus sebelumnya sehingga kulitnya robek". Jelas suster itu dengan mimik khawatir. Dokter itu pun juga membulatkan matanya. Ia langsung menyuruh pegawai tadi untuk keluar agar ia dapat memeriksa Kai.

••

Beberapa menit kemudian dokter itu selesai dan ia menatap perawat yang hanya diam dengan raut wajah khawatir.

"Kita gagal menjaganya". Ucap dokter itu sambil menundukkan kepalanya.

"Saya tau, maaf kan saya dok". Suster itu menunduk kan tubuhnya. Dokter itu pun menghembuskan nafasnya panjang.

"Panggil orang yang kemarin menemani pasien, kita bicarakan semua". Titah dokter itu. Dengan cepat suster tadi berjalan kearah telfon yang memang sudah disediakan. Ia memencet tombol sesuai nomer Dewa.

Suster itu mengetahui nomer Dewa karna waktu itu saat Kai dirawat, pihak rumah sakit meminta nomer Dewa. Memang selalu seperti itu.

Telfon itu berdering cukup lama sampai suster itu menyerah.

"Dok, telfonnya tidak diangkat". Ujar suster itu sambil menengok ke dokter nya. Dokter itu pun mengusap wajahnya dengan kasar. Ia mengacak ngacak rambutnya sendiri.

"Lakukan tindakan nya saja". Kata dokter itu.

"Ta-tapi dok, kita belum mendapat izin dari pihak keluarga".

"Ya terus mau gimana! Kalo dibiarin nanti makin parah!!". Dokter itu menaikkan nada bicaranya. Suster yang takut pun hanya mengangguk ngangguk lalu menunduk.

"Selagi dokter melakukan nya, saya akan mencari tahu kemana orang yang kemarin menjaga pasien". Suster itu masih menunduk. Dokter itu akhirnya mengangguk setuju.

"Panggil dokter dan perawat lain, minta mereka memindahkan pasien ke ruang eksekusi". Suster itu hanya mengangguk lalu pergi dari ruangan.

Suster itu memanggil beberapa dokter dan perawat yang memang ahli. Setelah nya ia berlari kearah petugas resepsionis. Ia meminta untuk resepsionis itu mencari nomer yang dapat dihubungi dari kamar 34. Tapi resepsionis tidak menemukan nya di komputer nya.

"Sepertinya waktu itu tidak ada lagi yang memberi informasi tentang nomer telfon nya, emang siapa sih orang yang tak bisa dihubungi itu?". Tanya resepsionis.

"Atas nama Dewa Davendra Argantara, ia mengaku pacar pasien". Resepsionis itu pun memasang ekspresi seperti berfikir. Tak lama ia membulatkan matanya dan mulutnya.

"Itu kan nama pasien yang tadi baru saja masuk rumah sakit ini!". Suster itu pun dibuat penasaran.

"Jadi tadi ada laki laki, sepertinya ia berkelahi dan akhirnya banyak luka. Dan... petugas menemukan ktp nya didompet. Petugas langsung memberi tahu informasi lelaki itu bermodal ktp, dan saya juga sudah memasukkan nya". Ia mengotak atik komputer nya. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia menunjukkan nya kepada suster itu karna komputer nya bisa muter 180°.

Alooo gesss....

Vote komen dong biar makin mangat

FUCK! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang