23. Operasi

3.8K 204 24
                                    

Suster itu pun membulatkan matanya. Benar, foto orang yang ditunjukkan itu Dewa. Suster itu pun berucap terimakasih dan langsung berlari.
Namun ia lupa akan sesuatu. Ia membalikkan tubuhnya lagi dan berlari kearah resepsionis.

"Tolong panggil dokter Lian, dokter Galih, suster Hana, dan suster Jian, sekarang kekamar 36!". Titah suster itu bernama Ana yang hanya mendapat anggukan. Setelah itu ia kembali berlari keruangan Kai.

Ia mengetuk pintu itu dan langsung membuka nya. Terlihat dokter yang sedang duduk disamping ranjang sambil memijat pelipis matanya. Suster itu berjalan kearah dokter dan mengelus bahu nya. Tak lama dokter dan suster yang tadi dipanggil pun, datang.

Mereka semua langsung mendorong ranjang Kai dibantu Ana dan dokter tadi bernama Kava.

Mereka membawa Kai ke ruang operasi. Ya, Kai akan dioperasi karna keadaan nya.

Ana segera menutup pintu itu dan mengambil apd yang memang sudah menggantung disana. Ia mengikat tali apd itu ke belakang begitu juga yang lain.

Setelah selesai, dokter Kava segera menyalakan lampu operasi dan mereka pun memulai operasinya.

••

Diruangan Dewa.

Dokter Fadil sedang mengecek keadaan Dewa dibantu suster Mili. Mereka mengobati luka yang berada dibagian bagian tubuh Dewa. Selesai nya Fadil menatap Mili sambil tersenyum.

"Untung cuma luka". Ucap Fadil. Mili pun ikut tersenyum senang setelah itu mereka keluar membiarkan Dewa sendiri diruangan itu.

Dewa membuka matanya setelah 5 menit lalu dokter dan perawat itu pergi. Ia mengerjap ngerjapkan matanya agar bisa melihat dengan normal. Setelah nya ia terdiam sejenak dan ia membulatkan matanya.

"KA-KAI!!". Dewa berdiri dan langsung berlari kearah kamar Kai karna ia tak dipasangkan infus.

Setelah sampai ia langsung membuka pintu itu dan ia mengkerut kan alisnya bingung. Ia berjalan memasuki ruangan itu yang terlihat kosong.

"Kai?". Panggil Dewa namun tak ada jawaban. Dewa ngecek disetiap bagian kamar itu namun Kai tak kunjung ketemu.

Saat ia tengah kebingungan, ada petugas yang masuk dan ia mengkerut kan alisnya bingung.

"Anda sedang apa disini?". Tanya petugas itu. Dewa pun langsung berjalan mendekati pegawai itu.

"Pasien dikamar ini kemana!". Tanya Dewa.

"Pasien sudah pindah ruangan, setau saya, pasien sedang melakukan operasi otak". Jawab petugas itu. Dewa pun langsung membolakan matanya dan mengkerut kan alisnya.

"Operasi?". Mata Dewa sudah memerah menahan air matanya. Tubuh nya bergetar luar biasa.

"Iya, pasien operasi karna bagian otak nya diracuni menggunakan infus, itu membuat otak nya membusuk dan menyebabkan gila". Jelas petugas itu. Ia mendapatkan informasi dari beberapa petugas lainnya yang memang mendengar gosip itu.

Dewa yang mendengar jawaban itu pun tak bisa menahan air mata nya. Ia menangis tersedu sedu.

"Di-dimana ruangan nya". Tanya Dewa sambil menunduk.

"Di lantai 3 paling ujung bertuliskan ruang eksekusi". Dewa pun langsung lari secepat kilat menuju ruangan yang dikasih tau petugas itu.

Petugas itu hanya menggeleng geleng kan kepalanya lalu ia membersihkan kamar itu agar setelah Kai selesai operasi, kamar itu bersih.

••

Dewa sampai diruang operasi. Ia melihat Kai lewat jendela besar walau itu sangat buram. Setidak nya ia masih bisa melihat bayangan Kai. Air matanya mengalir deras. Ia terduduk lemas dibangku sana.

Sepanjang operasi Kai, ia hanya menangis tanpa memperdulikan kesehatan nya juga. Ini sudah malam dan sedari pagi Dewa belum makan sama sekali.

Ceklek

Dewa melirik ke dokter dan suster yang keluar. Ia segera bangun dan menghampiri beberapa dokter dan suster itu.

"Loh kamu pacar pasien kan?". Tanya Kava sambari menaikkan alisnya.

"Bukan nya kamu juga dirawat? Kok sekarang kamu disini?". Tanya Ana.

"Nanti saya jelasin, sekarang saya boleh masuk kan?".

"Pasien harus dipindahkan keruangan sebelum nya dulu". Kava menengok ke suster Ana, Hana, dan Jian lalu dengan cepat mereka ber3 masuk dan mendorong ranjang Kai dan beberapa alat di sampingnya.

••

Kamar Kai.

Disamping ranjang Kai ada alat patient monitor. Ada infus, ada juga alat bantu pernafasan, defibrillator dan beberapa alat lainnya.

Dewa mengelus kepala Kai yang dililit perban. Sepertinya ada luka dibaliknya.

"Dia kena racun otak membuat otaknya busuk dan dapat membuat pasien gila. Untung waktu nya belum terlalu lama jadi tidak terlalu parah". Jelas Kava yang baru masuk dengan tangan berada dikantong jas nya.

Dewa mengalihkan pandangan nya ke Kava itu.

"Siapa yang ngeracuni?". Tanya Dewa sambil menggenggam tangannya kuat.

"Saya kurang tau, orang itu memakai pakaian yang menutup seluruh bagian tubuhnya, tapi orang itu meracuni pasien dengan cara mengganti infus nya". Dewa pun mengkerut kan alisnya.

"Baik dok makasih". Kava hanya tersenyum lalu keluar dari ruangan Kai.

Dewa duduk lalu ia menaruh kepalanya diranjang. Ia mengelus pergelangan tangan Kai dengan lembut sambil tersenyum hangat.

"Kai... Maafin Dewa gak bisa jaga Kai". Ucap Dewa sambil menatap Kai dengan mata berkaca kaca.

Tak lama handphone Dewa berbunyi. Ia segera mengambil nya lalu memencet logo hijau.

"Dewa, kamu sekarang dimana? Daddy mau ngomong sesuatu sama kamu". Dewa mengkerut kan alisnya bingung.

"Ngomong ditelfon aja dad".

"Gak bisa Dew, ini penting banget".

"Tapi Dewa lagi jagain Kai dad, kapan kapan aja ya".

"Hm yaudah". Telfon pun dimatikan oleh Aland.

Dewa hanya diam lalu ia menaruh handphone nya kembali lalu memeluk tubuh Kai yang tak kunjung bangun itu.

Air matanya terus keluar sampai membasahi baju Kai. Namun itu tak membuat Kai terbangun.

Ditambah suara alat patient monitor membuat Dewa semakin menjadi jadi. Alat itu terus berbunyi cepat.

Dewa melirik ke alat patient monitor itu dan ia menghembuskan nafasnya. Ia kembali memeluk tubuh Kai dengan nyaman.

Sampai akhirnya suara nyaring terdengar dari patient monitor itu. Dewa segera melihat ke patient monitor dan ia membolakan matanya. Nafas Dewa tercekat saat melihat garis lurus/horizontal dilayar.

Dengan cepat ia memencet tombol lalu ia memegang dada Kai. Air matanya kembali mengalir setelah tadi sudah berakhir. Tubuh nya bergetar hebat saat merasakan tidak ada pergerakan dari dada Kai. Bukan nya itu artinya tidak nafas?

Dokter Kava dan suster Ana sudah datang. Kava melihat alat patient monitor itu menunjukan garis horizontal. Kava segera berlari dan ia membuka kancing baju Kai.

Ia mengambil alat pacu jantung dari tempat nya/defibrillator. Ia memutar salah satu tombol.

Kava segera menggesek kan alat pacu jantung itu dan menempelkan nya diarea dada dan bagian kiri bawah dada (kiri bawah/bawah payudara).

Setelah nya ia mengangkat alat itu dan kembali menaruhnya ditubuh Kai. Ia lakukan hal itu berulang kali.

Dewa hanya diam dengan air mata yang sudah mengalir deras. Apa ini akhir dari cerita nya?

Alooo gesss...

Alat alat nya klen cari sendiri ye, males aing naro poto nya.

Maaf kalo ada kesalahan kata atau tindakan dari cerita nya.

Siapa yang mau happy end?
Siapa yang mau sad end?

Komen ajahh

FUCK! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang