Disisi Dewa.
Dewa sedang lari bersama teman teman nya. Jarak nya lumayan jauh yaitu 5 km. Mereka lari dipandu oleh ketua kelas nya.
"Dew, lo kenapa si?". Tanya Satria karna Dewa terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai geng mereka berada dipaling belakang.
"Gua kepikiran Kai". Jawab Dewa sambil menghentikan lari nya digantikan oleh berjalan santai. Mereka pun ikut jalan santai karna juga heran sama Dewa. Gak biasa nya dia kayak gini.
"Emang dia kenapa?". Saut Vion dan diangguki ke empat kawan nya.
Dewa berdecak lalu mengalihkan pandangan nya dan melanjutkan larinya meninggalkan keempat manusia itu.
Mereka semua yang ditinggal dengan cepat lari lagi mendekati Dewa.
"Ditanya kehed! Lo tuli kah sia!". Ucap Fahri sedikit emosi. Memang di geng 'Six', si Fahri yang paling emosian.
"Biarin aja". Timpa Vion yang sudah capek mendengar ocehan Fahri setiap hari.
Satria dan Azfar pun hanya tertawa. Berbeda dengan Gibran yang hanya diam dengan tatapan kosong. Memang sifat Gibran itu pendiam, dingin, tapi kalo udah emosi gabisa dia tahan. Bahkan temen temen nya takut kalo dia lagi marah, kecuali Dewa.
••
Kini mereka sudah sampai lagi dilapangan sekolah. Semua murid duduk dilapangan sambil melonjorkan kaki mereka kecuali geng Six.
Mereka ber6 duduk dibawah pohon yang sejuk sambil melonjorkan kaki nya juga. Mereka terlihat santai walau guru sedang melakukan beberapa gerakan. Guru itu juga cape nasihatin mereka.
"Gua pergi". Tiba tiba Dewa berdiri lalu melangkahkan kaki nya.
"Lo mau kemana Dew! Lo gak liat masih ada guru!". Ujar Fahri tak habis fikir dan Dewa hanya diam. Ia melanjutkan jalan nya menuju kelas Kai.
Ia berjalan di lorong lalu tak sengaja mendengar suara yang tidak asing. Ia segera mengintip keruangan yang ada suara itu.
"Itu Kai? Kok dia dipelu-". Dewa segera berlari waktu ia melihat wajah Kai saat lelaki yang memeluk nya itu sedikit bergerak.
"Minggir!". Dewa segera mendorong tubuh Dipta kesamping sampai Dipta terjatuh dari tempat duduk itu.
Dewa mengeluarkan botol kecil lalu membuka nya. Ia mengeluarkan obat lalu ia segera mengambil air di dispenser sana menggunakan gelas yang sudah disediakan UKS.
Ia menyemplungkan obat itu. Dewa hanya mengira ngira saja karna di gelas itu tak ada takaran air nya.
"Ni sayang minum". Dewa dengan hati hati mengangkat kepala Kai lalu menahan menggunakan tangan nya dan membiarkan Kai minum dengan sendiri.
Dipta yang sudah berdiri pun bingung dengan apa yang Dewa katakan.
"Sayang? Apa mereka sepasang kekasih?".
Kaki Dipta tiba tiba melemas dan hati nya juga memanas. Ia mengepalkan kuat tangan nya. Rasanya ia ingin menonjok wajah Dewa.
Ia tau dulu Dewa itu benci sama Kai, tapi nyata nya apa sekarang? Mereka seoarang kekasih? Dasar manusia hewan. Pikir Dipta.
Setelah selesai Kai meminum semua itu, sakit dikepalanya mulai reda. Tangan nya sudah lepas dari kepala.
"Udah sayang?". Tanya Dewa khawatir dan Kai pun hanya mengangguk.
"Makasih". Ujar Kai sambil menampilkan senyum lembut nya. Mereka saling tatap tatapan dengan mata yang berbinar.
Dipta yang sudah kesal pun akhirnya keluar dengan hati yang hancur. Padahal dia tadi yang membawa Kai ke UKS dan menenangkan nya. Tapi malah Dewa yang dihargai. Bahkan Kai lupa dengan seseorang yang sudah membantunya?
••
"Sayang, tadi itu siapa? Kok meluk meluk kamu". Kai pun membolakan matanya saat mengingat Dipta.
"Dia bawa aku ke UKS! Sekarang dia kemana?". Tanya Kai sambil celingak celinguk.
"Dia udah keluar".
"Yah, padahal aku belom bilang makasih". Kai menundukkan kepalanya dengan bibir yang sedikit kedepan.
"Yaudah lah, yang penting sekarang kamu udah mendingan". Kai pun hanya mengangguk kecil.
"Kamu gak kekelas?". Tanya Kai baru ingat sekarang masih jam segini. Enggak mungkin ada kelas yang istirahat duluan. Kecuali yang jamkos.
"Aku kabur, udah absen ini kok".
"Loh emang gak dicariin?". Dewa hanya menggeleng ditanya seperti itu. Sebenarnya ia juga kurang yakin.
Ia mencium punggung tangan Kai lalu menidurkan kepalanya dengan tangan Kai yang dijadikan bantal.
"Aku gak mau kehilangan kamu". Ucap Dewa.
"Iya iya, aku juga". Kai mengelus kepala Dewa sambil tersenyum. Sorot mata Kai tiba tiba berlari kearah pintu. Ia melihat ada seorang wanita cantik yang terlihat dada nya ngembang kempis. Tangan nya juga mengepal kuat.
Wanita bohay itu berjalan mendekati mereka dengan kaki yang dihentak hentakkan dan membuat Dewa menaikkan kepalanya lalu menengok kebelakang.
"Dewaaa, tadi aku dimarah marahin sama pak Indra gara gara kamu gak ada". Ujar wanita itu. Ia berjongkok dengan tangan yang memeluk tangan Dewa.
"Ya terus?".
"Ya kamu kembali kelapangan, apa kamu tida kasian sama aku? Aku udah dimarahin sama pak Indra, pengen nangis huaa". Kata wanita itu sambil, menampilkan ekspresi menjijikan.
"Ck, dimarahin aja nangis. Dasar cewe lemah". Gumam Dewa dengan tatapan tak minat.
"Ih kok kamu gitu si, jahat banget!". Wanita itu menundukkan kepalanya.
"Udah sono pergi!". Dewa menghempaskan tangan nya membuat buat wanita itu terjatuh.
"Dewa kamu apa sih! Sana balik kelapangan, bantu cewe itu!". Bentak Kai sambil melotot ke Dewa.
"Kalo aku pergi, kamu gimana?". Tanya Dewa khawatir sekaligus kesal.
"Aku gapapa, sana!". Dewa pun hanya menuruti. Ia langsung berdiri dan berjalan kearah wanita itu.
Wanita itu tersenyum licik. Ia menjulurkan tangannya agar Dewa menarik tapi Dewa justru hanya diam.
"Punya tangan sama Kaki itu digunain dengan benar, jangan ngandelin orang mulu". Ujar Dewa lalu pergi tanpa menunggu wanita jalang itu.
Ia sedikit kesal tapi akhirnya ia berdiri sendiri. Wanita itu menjulurkan lidahnya ke Kai dengan tatapan sinis lalu pergi begitu saja.
"Dih cewe aneh". Gumam Kai sambil menaikkan sebelah bibir nya.
••
"Dewaa tunggu akuu". Ucap wanita itu sambil mengejar Dewa. Dewa yang dipanggil hanya diam dengan tangan yang berada disaku.
"Lo belom mau mati kan? Udah tau gua pernah hampir ngebunuh orang masih berani berani kayak gitu".
"Kamu gak bakal ngebunuh aku karna aku kan calon pacar kamu". Wanita itu berjalan mundur di depan Dewa dengan wajah centil nya.
Dewa hanya diam sambil melanjutkan jalan nya. Wanita itu pun sudah kembali berjalan disamping Dewa sambil sesekali melirik ke wajah tampan disebelahnya.
••
Dipta sudah kembali ke kelas nya. Saat ia duduk teman sebelah nya langsung bertanya.
"Eh itu si Kai kenapa? Dan kenapa lo keliatan murung gitu?". Tanya Dira teman perempuan satu satu nya Dipta.
Dipta itu sebenernya banyak temen. Tapi yang paling deket ya cuma Dira.
"Woi, jawab anjing! Gua tanya bangsat!". Dira kesal karna bukan nya menjawab, Dipta malah diam dengan kepala yang ditundukkan.
"Gua males cerita".
"Dih?".
"Kalo udah mood gua bilang". Rasanya Dira ingin menjitak kepala Dipta. Tapi sudah lah. Ia kembali mentengin guru didepan.
Dira termaksud cewe tomboy tapi ngakunya pikme. Ngaku ke Dipta doang sih.
Alooo gesss...
Maaf ya kalo ngebosenin soalnya lagi banyak pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCK! [BL]
Teen FictionSeorang pembully sekolah tak sengaja membully teman masa kecil nya yang dulu pernah ia cintai. Akan kah korban ingin memaafkan nya? Dosa ditanggung pembaca! 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ⚠ •𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊 𝐊𝐀𝐓𝐀 𝐊𝐀𝐒𝐀𝐑 •𝐍𝐎𝐍 𝐁𝐀𝐊𝐔 •𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐔𝐒𝐈𝐀 �...