35. Musuhan

2.2K 105 9
                                    

BUG!!

BUG!!

BUG!!

Tanpa pikir panjang Dewa langsung menonjok wajah Gibran sampai tersungkur ke sofa. Gibran memegang sudut bibir nya yang berdarah.

"BAJINGAN! TOLOL TUA GAK!! UDAH TAU KITA SAMA DIA ITU LAWAN!!". Marah Dewa.

"Ck, lo bener bener gak ada rasa manusiawi ya Dew, brengsek lu tau gak? Lo yang tolol anjir, lo yang salah kenapa kita yang kena imbas nya hah!". Kini Fahri berbicara sambil bersedekap dada. Sementara yang lain membantu Gibran.

Dewa langsung menoleh ke Fahri yang berada disamping nya dengan tatapan sangat tajam.

"Lo gak mau jadi anggota lagi, hah!". Ujar Dewa penuh penekanan.

"Ck, gue sebenernya juga udah cape sama geng ini terutama sama lo. Kali ini gue nyerah. Gue keluar". Setelah berucap seperti itu, Fahri langsung berjalan kearah keluar dan ia pun pergi.

Dewa hanya diam menatap kepergian Fahri dengan tatapan tajam. Ia biarkan saja dulu. Dewa kembali menoleh kearah Gibran yang sedang dibantu teman teman nya.

"Ck, lemah". Ucap nya setelah itu ia kembali mendudukkan dirinya dengan kasar. Ia menghembuskan nafasnya lalu menyenderkan leher belakang nya ke sofa.

"Dasar". Gumam Vion dengan pelan lalu mereka semua pun keluar dari bangunan itu menyisakan Dewa.

Dewa yang ditinggalkan hanya diam dengan tatapan kosong.

••

Setelah beberapa menit, Kai mulai tenang dari tangis nya. Ia membuka pelukan itu lalu menatap Rayyan dengan sayu.

"Gu-gue, gu-gue...".

"Kenapa Kai? Ngomong aja".

"Gu-gua udah di jebolll". Jawab Kai diakhir tangis nya lagi.

Rayyan mengkerut kan alisnya bingung. Ia memutuskan untuk mengelus pipi Kai terlebih dahulu lalu bertanya.

"Dijebol siapa lo?".

"Dewa, DEWA BAJINGAN HUWAAA".

"Loh Dewa?". Gumam Rayyan kebingungan.

"Udah cup cup cup, berhenti nangisnya. Ceritain ke gue semua nya".

"Ke-kemarin gue dibawa ke bar sama Dewa, terus pulang nya gue mabuk dan kita pun ngelakuin ituu"

"Ya Tuhan, terus terus, lo kenapa mau nganu sama dia?". Tanya Rayyan.

"Ya gue mabuk, gimana gue bisa sadar".

"Iya juga sih, terus cerita nya lo musuhan sama dia?". Kai pun mencubit tangan Rayyan sambil melintir nya membuat sangat empu kesakitan.

"Eh iya iya maap". Rayyan mengelus bagian tangan nya yang dicubit tadi.

••

Ino menghembuskan nafas nya sembari meletakkan handphone disamping. Barusan ia selesai bercerita kepada Gibran.

"Apa nasip Ino emang selalu beruk ya dalam hal percintaan. Kenapa Tuhan jahat banget sana Ino. Tuhan kan tau, percintaan itu yang membuat semua hal menjadi berubah. Seperti mental, atau bahkan kehilangan semangat untuk hidup".

"Ini tau, Ino gak pantas buat Dewa. Tapi kenapa Tuhan gak ngirim manusia lain untuk menjadi penggantinya? Sampai sekarang, belum ada yang bisa gantiin posisi Dewa dalam hati Ino". Gumam Ino.

Tiba tiba saat sedang asik melamun, ia dikejutkan dengan alarm perut nya yang sudah berbunyi.

"Aih ganggu aja ni perut, ahhh gue laper anjir". Ino memutuskan untuk membeli makanan online. Ia tak bisa memasak. Kedua orang tua nya kerja sampai larut.

Ino pun memesan makanan. Selesai nya, ia memilih untuk mandi saja. Entah, hari ini terasa sangat panas.

••

Saat ia sedang mengeringkan rambut nya, ia di ngganggu oleh suara bel rumah nya yang terus berbunyi tiada henti.

"Oh iya anjir makanan gue!". Ino dengan cepat melintirkan handuk dipinggang nya. Ia keluar lalu membuka pintu itu namun hanya sedikit membuat bagian kepala nya saja yang terlihat.

"Eh halo bang, sehat?". Ucap Ino sambil tersenyum kikuk. Ino melihat penampilan orang yang menghantar makanan nya itu. Seperti bukan kurir.

"Saya bukan kurir lo. Saya orang yang tinggal samping rumah kamy. Tadi motor kurir kamu yang asli mogok depan gardu. Kebetulan saya lewat situ terus ngebantu dia". Jelas lelaki itu panjang lembar sambil menyodorkan plastik makanan Ino.

"Oh gitu". Ino mengambil plastik nya. "Btw makasih ya". Lelaki itu hanya diam dengan wajah datar. Ia membalikkan tubuh nya lalu pergi dari situ menuju rumah nya yang berada tepat disamping rumah Ino.

Ino melihat kepergian orang itu. "Sombong nyee tu orang, entar titid nya terbang loh". Ino menutup kembali pintu itu lalu membalikkan tubuhnya. "Hihihihi, aduhh". Ino terjatuh saat telapak kaki nya menginjak keset nya sendiri membuat ikatan handuk nya terbuka. "Aaaaa little gue kegesekk lantaiii".

••

Sekarang hari sudah malam dan Kai masih terdiam dalam lamunan nya.

"Kaaiiiiii makan yokk laper nii". Teriak Rayyan sambil menaruh handphone nya. Sedari tadi, Kai diam duduk diatas sofa sementara Rayyan tiduran dilantai yang beralas karpet.

"Pesen aja apa susah nya sih!".

"Yaaaa pesen gak enak, mending makan langsung aja. Yok, gue traktir dah". Rayyan menarik tangan Kai dan membambawanya keluar.

"Masuk". Kai pun akhirnya masuk kedalam mobil Rayyan. Mobil itu pun mulai bergerak ke suatu arah.

••

Sesampai nya ditempat makan yang diinginkan, Rayyan membangunkan Kai yang sedari tadi tertidur.

"Woi kebo, bangun lo. Dah sampe". Ucap nya sembari menoel noel pipi Kai. "Ganggu". Kai mengucek matanya dilanjutkan dengan mengulet.

"Eh bentar. Ini kan tempat ketoprak waktu itu". Ujarnya saat melihat kedai tak begitu besar berdiri di pinggiran jalan.

"Waktu itu? Sama siapa lu jalan?". Tanya Rayyan penasaran. "Dah lah, lo gausah banyak nanya. Gue laper". Dengan cepat Kai membuka pintu mobil lalu keluar. Rayyan yang kebingungan memilih melupakan nya dan mengikuti Kai.

"Bang, ketoprak dua". Ucap Rayyan sedikit besar. "Pedes gak ini ketoprak nya?". Balas abang yang menjual ketoprak tadi.

"Lo pedes gak Kai?". Tanya Rayyan menoleh kearah Kai yang terdiam melamun. "Woi! Gue tanya, pedes atau engga". Ulang nya.

"Eh eng-enggak pedes Yan". Jawab Kai yang kaget. Sebenarnya Kai terdiam karna mengulang masa masa saat ia makan bersama Dewa di tempat ini.

"Gitu doang lama". Rayyan memutar bola matanya malas. "Satu gak pedes, satu pedes bang!". Penjual itu pun memberi tanda hormat atau bisa di isyarat kan juga sebagai tanda patuh.

Selesai memesan, Kai langsung menidurkan kepalanya dimeja. "Lemes amat Kai?". "Kai, lo masih ada semangat hidup kan?".

"Ck, bacot lo! Ini gue masih nyeri anjir". Bentak Kai mendirikan lagi kepalanya. Rayyan yang kaget pun membolakan matanya. "Eh iya, sory sory...".

Alooo gesss...

Mon maaap baru up 😭🙏🏻

FUCK! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang