36. Tetangga Baru

2.8K 132 15
                                    

"Misiiii, ini makanannya. Monggo dimakan. Mumpung masih dingin". Ucap bapak bapak yang mengantar makanan itu ke meja Kai dan Rayyan.

"Terserah bapak lah". Rayyan mengambil nasi goreng itu dari nampan dan mengambil kan nya juga untuk Kai. Pak tua itu pun pergi dengan nampan ditangan nya. Tak lupa ia sedikitnya membungkuk sebelum pergi ke Kai dan Rayyan.

Rayyan mulai memakan makanan nya. Tidak dengan Kai yang hanya memandang nasi goreng itu tanpa nafsu sedikit pun.

"Dimakan Kai, keburu nanti panas". Ujar Rayyan sambil menunjukan nasi goreng Kai menggunakan dagu nya lalu ia melanjutkan makan nya.

"Sama aja lu kayak bapak tadi". Balas Kai lalu memakan nasi goreng dengan tak semangat.

••

"Arggg....". Dewa menaruh botol wine kemeja. Ya, Dewa sedang berada dibar sendirian tanpa teman teman nya. Di bar itu cukup ramai. Banyak perempuan penghibur yang berkeliaran. Bahkan bayak dari mereka yang menggoda Dewa. Memegang megang dada Dewa secara seksual. Tapi Dewa mengabaikan wanita itu. Membiarkan tubuh nya dipegang pegang wanita jalang. Dewa terlalu lelah untuk sekedar mengusir hama itu.

"Mas, kok diem aja sih". Ujar salah satu jalang itu yang bisa dipanggil Asa sambil memijat pundak Dewa.

"Iya nih... Pasti udah sange ya ngeliat kita gini". Ucap satu lonte lagi yang bernama Hira sambil memegang megang dada Dewa. Posisi Hira sedang duduk menyamping dipangkuan Dewa.

"Kalau mau... Kita bisa kok layanin mas.. Lumayan loh, dapet 3 sekaligus...". Kali ini wanita bernama Ayu yang berbicara. Total ada 3 wanita disana yang menempel pada tubuh Dewa.

Namun tak ada satupun perempuan yang berhasil menggoda Dewa. Dewa tetap diam melamun dengan pikiran yang kacau.

Dewa menengok ke Ayu dengan tatapan tajam. Ayu seketika takut, ia tau Dewa meliriknya hanya untuk meminta diambilkan wine. Jadi ia langsung berlari lalu kembali dengan 2 botol wine sekaligus. Ia taruh wine itu dimeja lalu kembali pada posisi nya.

Dewa langsung meminum satu botol itu sampai habis. "Mas... Kita nya jangan dianggurin dong... Lobang kita ini masih perawan perawan loh. Mas gak mau nyoba?". Ucap Asa.

Dewa yang kondisinya mabuk tak mendengar apa yang perempuan itu bilang. Ayu yang melihat Dewa mabuk pun melirik ke 2 teman nya. Kedua teman nya itu seakan paham. Ayu memanggil dua orang pria yang menjaga pintu masuk bar itu.

"Bawa dia kekamar, cepet!". Kedua pria itu langsung mengangguk lalu membawa tubuh Dewa kekamar. Mereka menidurkan Dewa diatas kasur. Setelah itu, kedua nya pun langsung pergi meninggalkan ketiga jalang didalam kamar dengan Dewa.

Mereka bertiga dengan kompak membuka pakaian kurang bahan nya lalu berjalan mendekati kasur yang diatas nya ada Dewa yang sudah tak sadarkan diri.

Hira mulai membuka pakaian Dewa sampai tak ada sehelai benang pun yang menutupi nya.

"Ganti gantian masukin nya". Hira yang pertama memasukkan littel Dewa kedalam nya. Ia mulai memaju mundurkan tubuhnya. Desahan Hira sekarang menggelera diruangan itu.

••

"Halo nda? Kenapa nelfon". Tanya Ino yang sedang asik menonton tv. "Bunda mau bilang, bunda gak bisa pulang sekarang. Bunda lembur. Pabrik lagi sibuk karna banyak pesenan". Jelas bunda Ino.

"Yah kok lembur sih bun... Bunda gak bisa pulang aja?". Tanya Ino penuh harapan. "Gak bisa, bunda harus ngawasin karyawan bunda".

"Hmm yauda". Ujar Ino sedih.

"Hati hati dirumah ya sayang, papa mu masih 3 hari lagi di Surabaya nya".

"Iya ndaaa, Ino tauu".

"Yaudah, bunda tutup telfon nya". Ino hanya berdehem membalas perkataan bunda nya.

Ino memutuskan untuk menonton TV nya lagi. Tak lama setelah menelfon bundanya, ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumah nya. Ia menoleh kebelakang dimana pintu itu berada. Ia sedikit takut. Tak biasanya malam malam seperti ini ada yang bertamu dirumah nya.

Ino mencoba mengabaikan ketukan itu. Ia melanjutkan menonton TV. Tapi suara ketukan itu semakin kencang. Ino terganggu dibuat nya. Terpaksa ia membuka pintu itu.

Ino berjalan kearah pintu. Ia memegang gagang pintu. Ragu untuk membukanya. Dan 2 menit berlalu. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu itu.

Gerakan yang perlahan namun pasti. Akhirnya pintu itu terbuka. Namun Ino masih berada dibelakang pintu. Ia mengintip sedikit. Yang ia lihat adalah sosok lelaki yang mengantar makanan nya tadi.

Ino mengkerutkan alisnya. Kini mereka berdua saling bertatapan. Lelaki itu berdehem membuat Ino tersadar. Ino menggelengkan kepalanya lalu mengeluarkan seluruh tubuh nya dari balik pintu itu.

"Eh, abang yang tadi. Ngapain bang?". Tanya Ino dengan senyum kikuk nya.

"Saya disuruh bunda kamu temenin kamu sampe besok". Ino pun terkejut saat mendengan jawaban itu. Ia sedikit tidak percaya. "Butuh bukti". Ucap Ino sambil bersedekap dada.

Telolet telolet, telolet telolet

Ino menoleh kebelakang, tepatnya sofa. Ia berjalan kearah sofa lalu mengangkat telfon dari bundanya.

"Halo bun? Kenapa lagi?". Tanya Ino. "Bunda lupa bilang. Disamping kan ada tetangga baru. Bunda suruh dia nemenin kamu untuk malam ini. Bunda tau kamu takut kalo sendiri. Jadi bunda suruh dia". Jelas nya.

"Loh kok gitu sih bun, gak bisa git-".

"Udah dulu ya Ino, bunda dipanggil. Baik baik sama om itu".

"Om? Om siapa bun?".

"Tetangga baru itu loh. Dia kan umur nya 30. Jadi kamu harus manggil dia om. Biar sopan". Mendengar itu, Ino membolakan matanya tak percaya.

"30 tahun bun? Dia masih keliatan muda lo-"

Tut

"Pake dimatiin segala elah...".

"Gimana? Perlu bukti apa lagi". Ino menengok kebelakang dan tersenyum kekalahan. Ia berjalan kearah lelaki itu.

"Eeee e-emang bener lo umur 30 tahun?". Tanya Ino gugup. "Sopan kah kamu nanya gitu? Emang kalo saya 30 kenapa?".

"HAH TERNYATA BENER". Teriak Ino tak sengaja. Lelaki yang didepan nya pun menaikan satu alisnya. "Eh eng-enggapapa kok. Tapi kok bisa ya muka lo kayak anak 20 an". Lelaki itu tersenyum remeh.

"Udah tau saya lebih tua tetep aja bicaranya gak sopan".

"Eh iya om, maap".

"Jangan panggil om. Panggil Galen". Ino pun hanya mengguk mangguk.

"Bayak mau ni orang. Gue juga cuma diruruh bunda yee". Batin Ino dengan lirikan remeh nya.

"Kalo diliat liat... Lucu juga nih bocil. Ambil boleh kali ya, masih polos ini". Batin Galen melihat Ino dari atas sampai bawah.

"Idih, napa ni orang. Suka kali ya sama gue? Ew gay, kabur ah. Eh tapi kan Ino juga gay yah. Tau lah bodoamat".

"Ekhem.. Ni saya belom boleh masuk? Pegel nih kaki".

"Elah, badan doang gede, berdiri sebentar udah sakit".

"Bilang apa kamu".

"Eh engga Len, bercanda elah".

"Hm".

"Y-yaudah, masuk yok". Ajak Ino lalu Galen mulai masuk. Ino pun segera menutup pintu nya kembali lalu berjalan kearah sofa diikuti Galen.

Galen duduk disamping Ino. Ia melihat apa yang ditonton orang disamping nya ini.

"Bener kan, bocil akan selamanya bocil". Batin Galen saat melihat tayangan ditv yaitu kartun.

Galen memangku kaki kanan nya dikaki kiri dengan tangan yang melinggar didada.

Alooo gesss...

Ukhuk ukhuk, berdebu banget.

FUCK! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang