27. another trap

175 19 0
                                    

"mau kemana?" Tanya Nara.

"Kantin bentar. Gue laper." Jawab Wilona.

"Bareng gue, ya?" Tawar Arin mendekatkan dirinya pada Wilona.

"Gausah, diem aja lo! Kalo mau beli, nitip gue."

Arin mengerucutkan bibir mendengar jawaban ketus Wilona. Ia akhirnya duduk dan memilih membantu Nara memainkan game di ponselnya.

"Eh, telfon Wilo dong! Gue mau nitip pocari." Ucap Nara, selang beberapa menit Wilona pergi.

"Oke."

Arin mengeluarkan ponsel, menekan nomor Wilona dan menyambungkan ke panggilan. Tiba-tiba ponsel di sebelah Nara bergetar, menandakan panggilan masuk.

"Yah!! Hpnya ditinggal." Suara Nara terdengar kecewa.

"Lo susul kesana dong! Beliin gue pocari." Ucap Nara.

"Kok gue? Yang mau pocari kan elo, Ra!"

"Yakan lo pacarnya." Kalimat itu ampuh sekali membuat Arin salah tingkah.

Arin akhirnya menurut dan pergi menuju kantin untuk menemui Wilona.

Di kantin, Arin sama sekali tidak menemukan presensi Wilona. Ia bahkan mencari di toilet sekitar, tetap tidak ada. Ia pikir Wilona mungkin kembali ke kelas lewat jalan lain.

Arin berjalan santai kembali ke kelas, membawa serta minuman pesanan Nara. Sesampainya di kelas, Arin kembali mencari Wilona namun tak juga menemukannya di sudut manapun.

"Wilo belum balik ke kelas, Ra?" Tanya Arin.

"Lah? Gue kira masih di kantin sama lo."

Raut wajah Arin mulai mengerut.

Nara menyuruh Arin untuk duduk dan menunggu, pikirnya Wilona mungkin sedang mengerjakan hal lain lebih dahulu.

"Tenang, Rin. Ini masih di sekolah juga, she'll be alright."

10 menit menunggu terasa berjalan lama bagi Arin. Dengan tiap menitnya ia berharap cemas semoga Wilona cepat muncul dari balik pintu.

Mendekati bel masuk kelas, Arin berdiri dan memutuskan untuk pergi mencari Wilona, "Gue cari, ya? Kabarin gue kalo dia balik ke kelas."

Gadis itu menyusuri lorong demi lorong untuk mencari keberadaan Wilona yang entah dimana.

Tepat ketika bel berbunyi, Arin melihat siswa kelas lain sedang berolahraga di lapangan, ia dekati mereka.

"Hei!! Ada yang lihat Wilona?!" Teriaknya pada kenalannya di kerumunan itu.

Beberapa orang menggeleng, beberapa lagi tak terlalu peduli karena bukan urusannya.

"Rin? Nyari Wilona? Tadi dia jalan ke arah sana." Seseorang menghampiri Arin yang berdiri di pinggir lapangan.

"Oke. Thanks, Ci!!" Arin segera berlari menuju ke arah yang ditunjukkan oleh Ochi —kenalannya.

"Arin mau kemana?" Tanya Sasya mendekat pada Ochi.

"Nyari Wilona. Bukannya lo tadi sama dia, ya?" Sasya dengan cepat menggeleng.

Tanpa membuang waktu, Sasya ikut berlari mengikuti arah lari Arin. Ia punya ide lain.

"Saya izin ke toilet, pak!!" Teriaknya.

Arin sampai di ujung lorong itu membawanya, gudang lama. Ia merasa khawatir karena dibawa menuju tempat terpencil ini. Apa yang dilakukan Wilona disini.

Ia lalu mengetuk pintu gudang itu beberapa kali, berharap pemikirannya salah. Tapi dari dalam ia mendengar suara, suara gemerisik kertas yang bergesekan dan benda jatuh.

"Wilo?! Wilona?!!!" Teriaknya.

Wilona di dalam sana berusaha untuk menjawab panggilan Arin, namun suaranya tak keluar. Kerongkongannya kering dan dadanya sakit sekali. Ia berusaha berjalan namun gravitasi seperti menariknya kembali dan membuatnya tersungkur jatuh.

Arin diluar semakin panik, gembok di hadapannya terkunci rapat. Ia berpikir untuk berlari dan mencari guru yang bertanggung jawab tapi itu akan memakan banyak waktu. Ia tidak bisa menunggu semenit lebih banyak.

Dengan nekat, Arin mengambil sebuah batu cukup besar yang ada disana. Batu itu ia pukulkan berkali-kali, membuat tangannya terluka hingga akhirnya gembok itu rusak.

Arin melemparkan batu itu ke tanah, dan segera membuka pintu. Ia temukan Wilona meringkuk di dalam gudang.

"Wilona!!" Panggilnya.

Wilona menoleh, ia berusaha berdiri namun kakinya malah melemas. Untung saja Arin sudah sampai untuk membantunya menahan tubuh.

Wilona pucat sekali, dengan keringat bercucuran di wajahnya. Arin membawa Wilona kembali duduk, memeluknya selama beberapa saat hingga Nafas Wilona mulai membaik.

Saat itulah Sasya mengeluarkan ponselnya dan memotret dari luar gudang. Kali ini ia akan langsung melaporkan ini pada guru, bisa dipastikan Wilona akan mendapat masalah.









































 Kali ini ia akan langsung melaporkan ini pada guru, bisa dipastikan Wilona akan mendapat masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Side genre of this story was Drama... because it's so dramatic wkwkw

lovenemy;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang