17. light dinner

294 30 0
                                    

Arin menghabiskan hari pertamanya dirumah dengan membaca habis seluruh isi buku catatan itu. Ia tertawa tiap membalik halaman, membayangkan perangai mamanya dimasa muda.

Hingga waktu makan malam tiba dan ia akhirnya berhadapan dengan sang ibunda, Arin masih tak henti tersenyum.

"Kamu daritadi senyum terus, Rin." Ucap mamanya.

"Mama tau ngga? Ada cewek di sekolahku yang suka ketua OSIS, tapi malah muntah didepan gebetannya itu." Jawab Arin sembari menahan tawa.

Soraya ikut tersenyum dengan jawaban Arin. Matanya menerawang tak asing dengan cerita ini, namun cepat-cepat Arin ambil alih kembali percakapan.

Makan malam hari ini seru. Arin menertawakan reaksi mamanya pada tiap cerita yang ia ceritakan. Tanpa Soraya tau bahwa cerita itu adalah miliknya di masa lalu.

Arin kembali ke kamar dan mengecek ponsel, ada pesan Wilona disana. Ia tinggalkan pesan beserta sebuah folder penuh foto untuk materi dan tugas hari ini. Arin mengulas senyum kecil.

Ia balas pesan Wilona dan berakhir melakukan percakapan panjang dengan sesekali tersenyum. Tidak menyadari Soraya masuk ke kamar dan berkacak pinggang di hadapannya.

"Kamu masuk ruangan mama, Rin?" Arin mengerjap kaget mendengar suara Soraya yang tiba-tiba.

"Nggak —eh, iya. Aku nyari buku kosong tadi, ma." Jawabnya jujur dengan sedikit bumbu kebohongan.

"Ketemu bukunya?" Arin menggeleng sebagai jawaban.

Mamanya masuk sembari berucap, "kamu ngechat siapa kok senyum sendiri gitu."

Arin salah tingkah menyembunyikan ponselnya dibalik tubuh, padahal tidak ada yang perlu disembunyikan juga.

"Tuh, langsung disembunyiin."

"Ihhhh, itu mama tiba-tiba nanya. Aku cuma kaget. Cuma temen, ma. Lagi bahas hal lucu." Jawabnya mempertontonkan pembahasannya dan Wilona. Mereka membicarakan stiker lucu yang Wilona kirim.

"Mama kenal Bu Irene?" Tanya Arin tiba-tiba, membuat Soraya sedikit terkejut.

"Semua wali murid kenal Bu Irene, Rin." Jawab Soraya, berusaha menjawab dengan tenang.

Arin tersenyum sembari menjawab, "bukan gitu, Bu Irene ternyata alumni Garuda Bangsa juga. Mama kenal ngga?"

Soraya nampak menerawang, lalu tersenyum kecil sebelum menjawab pertanyaan Arin, "bu Irene terkenal, dia pernah jadi ketua OSIS dulu. Tapi mama cuma kenal sebatas itu."

Arin ber-oh ria, sedikit kecewa karena ia tak bisa bertanya lebih lanjut pasal kepala sekolahnya itu.

"Kenapa kamu nanya?"

"Aku tadi ketemu sama beliau. Keren, cantik! Pokoknya keren banget!! Aku jadi ngefans." Ucap Arin cengengesan.

Soraya menoyor pelan kepala anaknya itu dan berjalan keluar dari kamar Arin. Ia tutup pintu kamar memastikan Arin tidak mendengarnya.

"Dia masih sama ternyata." Gumamnya.




















































" Gumamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lovenemy;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang