43. banter

62 6 0
                                    

Wilona's pov.

Semalaman aku memikirkan Arin, lebih tepatnya berusaha mencari pembenaran atas perasaan kesal yang kurasakan padanya. Padahal toh ini hanya sebatas kabar, tapi entah bagaimana aku kesal sekali.

Mataku jelas lebih gelap dari biasanya karena aku kurang tidur, badanku lesu sekali, untung saja pelajaran hari ini tidak susah.

Belum sampai masuk kelas, sebuah tangan menarikku. Badanku yang lesu segera saja tertarik tanpa perlawanan. Arin, yang menarikku, membawaku menuju toilet.

"Lo kerumah kemarin?" Tanya Arin.

Aku mengangguk.

"Kenapa nggak bilang? Terus kenapa ngga masuk dulu, gue bent —"

"Lo juga engga, kan?" Belum selesai kalimatnya, aku memotong.

Arin terdiam begitu saja mendengar perkataanku yang jelas merujuk pada dirinya yang tidak memberiku kabar.

"Lo juga gak ngasih kabar ke gue, jadi ya gue nggak perlu ngasih kabar ke Lo." Arin masih diam.

"Lagipula, gue sama Lo kan bukan siapa-siapa."

Iya, aku sempat lupa karena beberapa hari ini dia seperti mendekat. Arin dan Aku memang bukan siapa-siapa, kami hanya dua orang asing yang kebetulan bersekongkol. Tidak lebih.

Dan sekarang, sudah tidak ada alasan untuk kami melakukan persekongkolan itu. Tapi dengan bodohnya aku tidak bisa menyelesaikan hubungan ini, aku tidak mau.

"Lo pacar gue." Jawabnya, mencoba meraih tanganku.

Aku menariknya sembari tertawa sarkas, "jangan lupa! Pacar pura-pura, Rin."

Setelah mengatakannya, aku keluar. Tidak sanggup melihat bagaimana reaksi dan ekspresi Arin atas perkataanku. Kuharap dia baik-baik saja, tidak! Kuharap dia sakit hati mendengarnya.






























 Kuharap dia baik-baik saja, tidak! Kuharap dia sakit hati mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lovenemy;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang