Kalingga Zaven Pramoedya, pemilik perusahaan arsitektur terbesar yang berhasil masuk ke top 10 perusahaan arsitek terbaik di Indonesia. Nama Zaven mulai terkenal saat dirinya menggubah suatu proyek besar dari perusahaan asing, membangun gedung pencakar langit yang modern dengan stabilitas tinggi.
Di usia 45 tahun ini, Zaven memiliki 4 orang anak lelaki dan yang paling termuda bernama Zayden Wardana Pramoedya, berusia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas di Yayasan Alexandrea.
Yayasan Alexandrea membangun sekolah menengah pertama dan atas yang mampu mencetak siswa - siswi terbaik, lulusannya banyak yang diterima di perguruan tinggi diluar negeri.
Yayasan ini milik Prabu Ditama Alexandrea, adik dari Zaven sendiri. Nama belakang mereka berbeda, sebab Prabu sedari kecil diasuh oleh keluarga Ibunya. Keluarga Alexandrea, maka yang tersemat adalah marga keluarga dari Ibunya dan Zaven disematkan marga keluarga Ayahnya.
Zaven dan Prabu sama - sama sukses dijalan masing - masing, masa depan yang cerah dan memiliki keluarga yang harmonis. Namun naas, Zaven kehilangan keturunannya yang kelima, seorang puteri cantik 15 tahun lamanya.
Keluarga besar mereka; Pramoedya dan Alexandrea terus mencari informasi keberadaan puteri kecil mereka, sampai saat ini. Mereka tidak pernah berhenti, entah apa yang menghalanginya hingga tak pernah mereka mengendus informasi yang mereka inginkan.
Kini, dihadapannya, berdiri seorang gadis kecil cantik memakai seragam sekolah menengah pertama khas Alexandrea. Mata bulat dengan lensa biru seperti Zaven, rambut bergelombang indah berwarna kecoklatan yang mirip sekali dengan Istrinya.
Tanpa mau berlama - lama, Zaven merengkuh tubuh mungil itu kedalam dekapan, meraup aroma tubuh gadis kecilnya yang selama ini ia impikan, kedua tangan besarnya terus mengeratkan pelukan dan memberikan elusan lembut di rambutnya.
"Puteri Daddy, kesayangan Daddy. Maafkan Daddy, sayang," ucap Zaven tepat di telinga kanan Jasmine.
Jantung Jasmine rasanya sangat sakit saking kencangnya berdegup, nafasnya mulai sesak. Kedua tangan putih kecil miliknya meremas jas yang dikenakan Zaven.
"Kenapa sayang?" Tanya Zaven melepaskan pelukannya begitu merasa jasnya diremas dan ditarik oleh Jasmine.
Wajah putih Jasmine memerah, hidungnya kembang kempis berusaha menghirup udara.
"Dudukkan ia kak. Zayden ambilkan air putih untuk adik mu," titah Prabu sambil menelepon asistennya untuk menyiapkan mobil.
Setelah Jasmine diberi minum, gadis itu masuk ke dalam gendongan koala Zaven lalu mereka segera menuju parkiran dan membawa Jasmine pergi dari area sekolah.
***
45 menit perjalanan dari sekolah, mobil yang dikendarai asisten Prabu membawa Zayden, Zaven dan Jasmine dalam gendongan sampai di sebuah mansion besar.
Prabu tidak mengusulkan membawa Jasmine ke rumah sakit, kebiasaan keluarga mereka akan memanggil dokter pribadi dulu ke rumah selama keadaan memungkinkan. Zaven melihat Jasmine hanya shock dan tidak perlu ke rumah sakit.
Dengan langkah terburu, Zaven mengejutkan seisi penghuni mansion dengan sosok yang ada dalam gendongan hangatnya. Gadis kecil cantik yang meringkuk memeluk leher Zaven, menarik perhatian semua orang.
"Ada ap—" seorang wanita cantik keluar dari ruangan keluarga, begitu mendengar suara pintu mansion terbuka dan para pelayan berseru cukup kencang.
"Zayden, siapa yang dibawa Daddy mu?" Tanyanya pada Zayden yang sorot matanya terus mengarah pada Zaven yang menaiki tangga.
Pamela Abhizam Gillian, Istri seorang Zaven. Ia dibuat kebingungan dan pikirannya mulai merancang sebuah harapan, yang semoga tidak mengecewakannya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END ]
Подростковая литература[ SEASON I ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja berusia 15...