Suara dentum ketukan sepatu pantofel di lantai marmer ruangan direktur ini sangat mencekam bagi Jasmine, jantungnya terus berdegup dengan kencang, keringat dingin terus menetes di pelipis, tebing pipinya terlihat jejak air mata.
Jasmine menangis dalam diamnya, di dalam keheningan yang terasa begitu menyesakkan. Apakah ini akhir dari perjuangannya untuk membuat orang tuanya bangga?
Tidak ada yang bisa Jasmine berikan lagi kepada kedua orang tuanya kelak, kalau sampai pendidikannya rusak. Seharusnya Jasmine bisa melawan Laura dan teman - temannya dalam penindasan, seharusnya Jasmine bisa mempertahankan beasiswanya lebih baik dari ini.
Pikiran Jasmine terus berkelana hingga tak menyadari pria paruh baya telah duduk disinggasananya dengan gagah, wajah rupawannya menatap Jasmine dengan kerutan tipis diantara kedua alisnya.
Jasmine, gadis itu terlihat mirip dengan seseorang.
"Ada apa Zayden?" Tanyanya memecah keheningan dan mengembalikan Jasmine pada dunia nyata dari hayalannya.
Zayden mendekat dan menyerahkan berkas beasiswa milik Jasmine beserta amplop yang tadi dibawanya.
"Siswi beasiswa, bolos," adu Zayden tajam.
Mendongak, kedua bola mata berwarna biru milik Jasmine menggetarkan hati Zayden begitu saja dalam tiga detik, bibir tebal yang mirip dengannya itu mengkerut bersedih.
Jasmine tidak terima dengan pengaduan Zayden, tapi ia juga tidak bisa berkata apapun. Aura mencekam ruangan ini seakan membekap mulutnya.
"Siapa nama mu?" Tanya pria dihadapan Jasmine, Prabu Ditama Alexandrea. Pemilik yayasan.
"Jasmine Azheera Pramoedya," cicit Jasmine meremat kedua tangannya dibawah meja.
Deg
"Siapa?" Tanya Prabu memastikan.
"Jangan main - main denganku," tekan Zayden terlihat emosi.
Jasmine menatap keduanya bergantian, bibirnya bergetar, siap untuk menangis kembali. Sedewasa apapun Jasmine, dia masihlah gadis kecil 15 tahun.
"Kakak salah paham soal kedatanganku, aku terima. Tapi Kakak menyalahkan ku soal nama juga? Itu nama ku!" Ketus Jasmine merajuk, ia jadi bingung dengan situasi saat ini. Rasanya selalu disalahkan.
Zayden mengambil kembali berkas berisi data beasiswa Jasmine, membuka dan membacanya dengan cermat.
Identitas Siswa Beasiswa
Nama Lengkap : Jasmine Azheera Pramoedya
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Januari 2009
Tempat Tinggal/ Domisili : Panti Ar Rahmah, Gang Pelaut Biru, Nomor 29.Zayden membaca semuanya, namun ia kembali membaca identitas tersebut berulang kali untuk memastikan.
2009, 13 Januari. Jakarta. Hari dimana Ibunya melahirkan adik bungsunya dan dihari yang sama, seseorang meledakkan rumah sakit berisi pasien - pasien, termasuk adik bungsunya yang terbaring lemah di inkubator ruangan bayi.
Ibunya, Pamela Abhizam Gillian, yang kala itu sudah diperbolehkan pulang sore hari setelah melahirkan, dibawa oleh Ayahnya dan berencana menjemput sang adik keesokan hari, dikarenakan keadaannya yang lemah dan membutuhkan perawatan lebih lama.
"Kamu tinggal di Panti?" Tanya Prabu setelah membaca dokumen yang Zayden letakkan dengan diatas meja, remaja berusia 18 tahun itu terduduk lemas memandang Jasmine dengan mata yang berair juga memerah.
Jasmine mengangguk, "aku kesini disuruh sama Laura, Ketua OSIS SMP Alexandrea. Dia bilang harus sekarang dan dia juga membuatkan aku surat dispensasi. Jadi aku bukan sengaja bolos dan absensiku harusnya aman dengan surat dispen itu. Tolong jangan cabut beasiswaku, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END ]
Fiksi Remaja[ SEASON I ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja berusia 15...