Regret!

6.8K 326 14
                                    

"Astaga cucu ku!"

Jeritan Nara membuat Zayden, Tio dan Rafli menoleh. Mereka berlari keluar diikuti Marvin dari belakang.

Sedangkan Viona, Bella dan Zoealla —mereka sudah pamit pulang terlebih dahulu, sebelum Dokter datang. Haikal dan Pamela juga berada di kamar Vincent, tadi saat Jasmine dan Zayyan kejar - kejaran, putera ketiga itu memanggil Pamela.

Di teras depan, tubuh lemas Jasmine ditahan oleh Zayyan dan Zaven, keduanya sama - sama terkejut.

Ini ketiga kalinya Jasmine collaps; pertama di pasar malam saat Zayyan dan Marvin bertengkar, kedua di sekolah saat tragedi percobaan penembakan dan sekarang menjadi ketiganya.

"Biar saya," cegah Zaven saat Zayyan dan Marvin hendak berebut menggendong Jasmine.

Zaven menggendong puterinya ke ruang keluarga, disana ada Dokter Amber yang langsung segera memeriksakan keadaan Jasmine.

Saat Jasmine sedang diperiksa, Pamela dan Haikal pun turun bersama Vincent di kursi rodanya.

"Nona Muda demamnya tinggi sekali, sebaiknya kita langsung ke rumah sakit saja," ucap Dokter Amber menyarankan dan Zaven tanpa banyak kata lagi kembali menggendong tubuh lemas puterinya.

Ia melesat menuju mobil diikuti Zayyan dan Marvin serta Haikal tentunya.

"Zayden, kamu disini temani abang mu bersama Mommy dan Oma. Tunggu bang Reiga pulang, hubungi bang Isaac," pesan Haikal sebelum ia berangkat, kedua teman Zayden pun tidak ikut.

Melihat mobil sang Ayah sudah pergi, Zayden pun segera melaksanakan perintah Haikal untuk menelepon Isaac.

"Hmm dek," suara berat Isaac terdengar, Zayden menebak sepertinya kakak sulungnya sedang tidak baik - baik saja.

Tapi apa boleh buat? Ia harus tetap memberitahu Isaac keadaan Jasmine.

"Bang, adek pingsan bang! Daddy mau bawa ke rumah sakit Mangata sekarang! Abang nyusul ya bang, aku gak bisa ikut sama Oma jagain bang Vincent di mansion!"

Zayden panik, segera Pamela menenangkannya dengan sentuhannya. Pamela sama paniknya, tapi ia harus tetap tegar. Jika seorang Ibu panik, maka anaknya akan jauh lebih panik lagi.

Ia tidak menunjukkan panik saja Zayden sudah kalang kabut, begitu juga Vincent yang gelisah dan mulai menyalahkan dirinya lagi merasa tidak berguna sama sekali.

Untung saja ada Nara yang membantu Pamela menenangkan kedua puteranya. Dan ada Tio juga Rafli yang ikut membantu mengambilkan minum —saking paniknya, keduanya lupa kalau di mansion ini banyak pelayan.

Suara riuh yang berasal dari mereka mungkin terdengar oleh Isaac, "tenang sayang," bisik Pamela pada Zayden yang juga di dengar Isaac.

"Bang! Bang Is denger Zay??" Tanya Zayden yang tidak mendengar jawaban apapun dari Isaac.

"Abang ke rumah sakit sekarang, kamu baik - baik di mansion," jawab Isaac disana dan Zayden mengangguk.

"Abang lo gak liat lo, bego," celetuk Rafli gemas, Zayden si ketua OSIS dan wakil ketua blackmoon kalau sudah panik, bisa lemot.

"Iya bang!" Sahut Zayden saat sadar dengan maksud Rafli.

Sedangkan mobil yang membawa Jasmine kini sedang berhenti di lampu merah, Zaven gelagapan ketika tubuh Jasmine menggigit sedikit kejang karena suhu tubuh yang mencapai 40°.

Zayyan segera melipat kecil sapu tangannya lalu membuka mulut Jasmine, memasukkan sedikit sapu tangannya. Supaya Jasmine tidak menggigit lidah atau bibirnya.

JASMINE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang