"Tuan, keadaan di mansion sedikit kacau. Tuan Zaven marah besar pada Nona Muda karena menyebut Ibu Pantinya," lapor pengawal pribadi Jasmine —Jay.
Ia menghilang dari mansion bukan tanpa alasan, tapi Haikal memanggilnya untuk meminta laporan bulanan. Akan tetapi sebelum ia pergi ke mansion Alexandrea, sesuatu terjadi. Laporan yang tadinya baik menjadi tidak begitu baik.
Haikal mendengus mendengar laporan Jay, puteranya itu memang sangat egois dan kekanakan, keras kepala sekali.
Haikal sudah memperingati Zaven mengenai hal ini, Jasmine itu memang puterinya, miliknya. Akan tetapi takdir membawa gadis manis itu menjadi bagian dari keluarga yang lain, yang otomatis mau tidak mau Zaven harus rela setengah hati dan pikiran Jasmine ada orang lain.
Ibu Rahma, Ibu Asuhnya, wanita yang merawat dan menjaga Jasmine selama 15 tahun. Apa Zaven sungguh tidak memahami peringatan dari Haikal?
Haikal sudah tahu masalah ini lambat atau cepat akan besar, meskipun sudah di antisipasi tapi sifat buruk dari puteranya ini cukup mengkhawatirkan.
"Anak itu benar - benar. Aku yang akan urus dia, beraninya dia membuat cucu perempuanku satu - satunya menangis. Apa dia tidak sadar juga? Kemarahannya, keegoisannya ini malah melukai perasaan cucuku. Dia pasti sedih dimarahi, padahal apa salahnya?" Nara yang ikut duduk di samping Haikal pun langsung geram, ia berdiri.
"Ayo kita kesana sekarang, aku siap - siap dulu," sambungnya dan bergegas ke kamar. Ia akan menginap beberapa hari di mansion puteranya.
Haikal menoleh pada Jay, "bagaimana keadaan semua cucu ku?" Tanyanya.
"Semuanya baik Tuan, tapi tadi saya mendapat pesan dari asisten Nona Muda, Nona Muda sakit," jawab Jay dan menunjukkan isi pesan dari Asih 15 menit lalu.
"Kasihan cucu ku, belikan dia makanan kesukaannya. Kalau kau tidak tahu, tanyakan pada asistennya," titah Haikal, benar kata Nara. Mereka berdua harus membicarakan hal ini secara serius dengan Zaven, agar pemikirannya tidak mengacau lagi di kemudian hari.
"Baik Tuan," jawab Jay dan mundur untuk menelepon Asih.
****
Zaven menuruni tangga, ia mencari Pamela. Suhu tubuh Jasmine belum turun, juga hatinya masih terasa berat.
Ia tidak bisa lama - lama keras pada Jasmine, namun tetap saja masih ada rasa mengganjal dihatinya mengenai kedekatan Ibu Rahma dengan Jasmine.
Bagaimana caranya agar Jasmine bisa benar - benar terlepas dari masa lalunya?
Ia sudah berusaha menjauhkan Jasmine dengan Panti itu, tapi sangat susah.
"Honey?" Panggil Zaven pada Pamela yang baru saja kembali dari pintu mansion, Istrinya itu mengantar kedua orang tuanya pulang.
"Ibu dan Ayah tidak jadi menginap?" Tanya Zaven, ia merangkul pinggang Pamela dan membuat para pelayan segera menjauh.
"Nggak. Maaf ya honey," jawab Pamela merasa malu, jika ditelisik; kedua orang tuanya nampak seperti menghindari masalah Jasmine —terutama Jessica.
Pamela memahami kalau perhatian Jessica hanya tertuju pada Vincent, tapi Pamela juga tidak tahu akan menjadi seperti ini.
Dulu saat kepulangan Jasmine dan ada masalah dengan Isaac, kedua orang tuanya pun langsung pulang, tidak mengunjungi mansion walau sekali. Di dalam panggilan telepon pun hanya menanyakan Vincent.
"Kenapa minta maaf?" Tanya Zaven, ia sama sekali tidak mau mempermasalahkan sikap orang tua.
Zaven tahu Jessica hanya ingin Pamela melahirkan tiga anak, ia khawatir kalau Pamela dan Zaven tidak mampu mengurus banyak anak. Apalagi saat Vincent kecil sempat kejang karena terserang demam tinggi dan masuk rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END ]
Novela Juvenil[ SEASON I ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja berusia 15...