Solution For Us

11.6K 543 0
                                    

Setelah menenangkan diri dan Ibu Rahma menugaskan Nana, Rangga dan Lingga bermain dengan anak - anak lain di ruang belakang, Ibu Rahma kini mulai berbincang serius dengan Zaven dan Pamela.

"Nyonya dan Tuan, saya hanya seorang janda. Dulu saya baru saja diceraikan oleh suami saya karena saya tidak bisa memberikan keturunan, saya tidak subur. Malam itu, saya berjalan kaki menuju rumah tapi ditengah jalan saya bertemu dengan seorang wanita berpakaian perawat. Dia terluka dan keadaannya sudah sangat lemah, dia memberikan saya bayi mungil yang sangat cantik, bayi itu menangis tapi saat saya menimangnya dia langsung tertidur menghisap jempol kecilnya."

Pamela kembali menangis, pikirannya jauh melayang pada hari dimana ia dibawa ke rumah sakit.

Sedangkan Zaven, wajah datarnya mulai berubah menyendu. William dan Pak Kisman dapat melihat kesedihan yang mendalam di mata Tuannya, memikirkan; bagaimana bayi mungil itu berjuang hidup tanpa kedua orang tua kandungnya?

"Ini kain bedong bayi mungil itu, berjahitkan nama indah. Jasmine Azheera Pramoedya. Saya yang awalnya ragu untuk mengurusnya, berpikir tidak mungkin saya bisa menghidupinya hanya dengan usaha menitipkan kue di warung - warung setiap pagi. Saya sempat berniat membawanya ke Panti Sosial, tapi Jasmine kecil selalu membuat saya jatuh cinta. Mata bulatnya seakan memohon pada saya untuk tidak memberikannya pada orang lain.

Akhirnya saya benar - benar jatuh hati padanya. Selama Jasmine bersama saya, usaha saya berkembang pesat sampai sekarang saya mempunyai usaha ketring. Jasmine juga menjadi alasan saya mencintai anak - anak dan membuka Panti Asuhan Ar Rahmah, memiliki 20 anak asuh."

Ibu Rahma membalas senyuman Zaven, seraya setia mengusap punggung bergetar Pamela.

"Saya tidak tahu harus berterima kasih bagaimana pada Ibu Rahma, kebaikan Ibu sangat besar untuk keluarga saya. Jasmine sehat, selamat, tidak kurang apapun. Saya sangat berhutang budi pada Ibu, saya janji akan mengusahakan apapun yang Ibu butuhkan. Katakan saja," ucap Zaven tulus, ia ingin membalas kebaikan Ibu Rahma.

"Saya sudah sangat senang mengetahui Jasmine sudah bertemu dengan Ayah dan Ibunya, tapi kalau boleh tahu bagaimana ceritanya?"

"Saya di telepon oleh adik saya, pemilik sekolah Alexandrea. Dia bilang Zayden membawa satu anak perempuan, siswi beasiswa SMP Alexandrea. Namanya Jasmine Azheera Pramoedya. Nama itu saya yang berikan untuk puteri saya, saya yakin itu Jasmine saya. Bertemu dengannya, saya dan Zayden tambah yakin kalau ia bungsu yang saya cari selama ini. Tapi adik saya juga mengambil sampel untuk tes DNA untuk lebih yakin lagi."

Ibu Rahma mengangguk. Memang ia tetap memberikan nama di bedongan itu, bertujuan agar Jasmine mudah ditemukan. Tidak mungkin Jasmine sengaja ditelantarkan, jika bedongannya saja berjahitkan namanya.

"Sekarang Jasmine ada di rumah, Bu," ucap Pamela, ia sudah menenangkan diri.

"Apa Jasmine boleh kembali kesini sebentar, Nyonya? Bagaimanapun, kami sudah seperti keluarga. Kami senang Jasmine sudah kembali ke rumah tapi untuk melepas Jasmine, kami minta waktu?"

Pamela hendak bicara namun ditahan oleh Zaven, "maaf Bu, tapi mungkin Jasmine hanya akan bertamu tanpa menginap," jawab Zaven mengisyaratkan tidak ingin membiarkan Jasmine tinggal jauh darinya.

"Saya mengerti Tuan dan Nyonya pasti rindu dan khawatir, baik tidak apa. Jasmine hanya akan bermain sebentar dengan adik - adiknya disini," balas Ibu Rahma, ia sangat paham dengan yang dirasakan Zaven dan Pamela. Tidak ingin memaksa, karena jika ia berada di posisi mereka, 15 tahun terpisah, ketika dipertemukan kembali maka ia tidak akan membiarkan anaknya pergi jauh.

"Hmm apa saya boleh berpendapat Tuan?" Tanya William angkat bicara, ia melihat kekhawatiran di mata Zaven dan tentu kekecewaan di pihak Ibu Rahma walau tetap menghargai keputusan Tuannya.

JASMINE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang