"Tuan Muda Isaac baru saja kembali, Tuan," lapor Hesti —kepala pelayan di mansion Pramoedya.
Zaven saat ini sedang melakukan panggilan telepon dengan Haikal, membahas soal perkembangan penyelidikan tindak kejahatan yang Elara lakukan.
"Baiklah," jawab Zaven, kemudian ia memutuskan untuk menghentikan perbincangan dengan Haikal dan menemui Isaac.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB dan Isaac melewatkan janjinya dengan Jasmine.
Jasmine, gadis manis itu tidur setelah ditemani Pamela. Ia demam dan dari tanda - tandanya, sepertinya ia akan datang bulan.
Jasmine sudah datang bulan semenjak kelas 1 SMP, dengan siklus yang tidak teratur. Bahkan terkadang, Jasmine akan jatuh sakit seperti saat ini.
Ini pertama kalinya Jasmine sakit selama kembali ke mansion. Pamela cukup khawatir, ia merawatnya dengan sepenuh hati.
Tangannya mengelus surai Jasmine dengan pelan dan hati - hati, tiba - tiba saja air matanya terjatuh. Berlomba - lomba menuruni tebing pipi cantiknya.
"Sayangnya Mommy," lirih Pamela dan mencium punggung tangan Jasmine cukup lama.
Pamela membayangkan bagaimana kondisi puterinya selama ini, saat jauh darinya dan jatuh sakit.
Bagaimana bisa takdir terasa begitu kejam dan menyakitkan, memisahkan seorang Ibu dan puterinya selama 16 tahun. Pamela dan seluruh keluarga tak kenal lelah mencari kesana kemari tapi jejak Jasmine seperti dibawa angin dan disembunyikan dinding tebal.
Hutan belantara mana yang bisa menyesatkan jalan Pamela untuk bertemu puterinya sendiri? Sungguh, hatinya sangat nyeri dan patah.
Tanpa Pamela sadari, Zaven dan Isaac melihatnya dengan hati yang sakit di ambang pintu kamar Jasmine.
Isaac merasa semakin hancur, ia tidak akan pernah bisa memaafkan apa yang dilakukan oleh Elara. Karena perempuan licik itu, keluarganya harus melewati masa yang sangat berat dan sulit, bahkan hanya untuk mengingatnya saja dada mereka terasa sangat sesak.
"Max benar, gimana mungkin aku mengabaikan rasa sakit keluargaku hanya karena belum bisa mengikhlaskan pernikahanku batal? Gimana bisa aku mempertahankan cinta diatas kesakitan Mommy? Elara sudah tau lama keberadaan Jasmine, ia tidak hanya mengkhianatiku tapi menghancurkan keluargaku," gumam Isaac pelan dan masih di dengar Zaven.
Zaven tahu, putera sulungnya sedang berada di titik terendah kehidupannya. Ia tidak akan membiarkan Isaac sendirian, Zaven dengan lembut mengusap bahu tegap Isaac.
"Zargan juga benar, perempuan yang akan bersanding denganku bukan hanya tentang cintanya padaku, tapi dia juga harus menerima dan menyanyangi seluruh adikku terutama Jasmine. Gimana bisa aku menikah dengan orang yang melukai Jasmine?"
Tidak kuat lagi, Isaac berbalik berjalan cepat menuju kamarnya. Zaven tidak mengejar, ia memberikan ruang untuk puteranya sendirian. Mungkin nanti besok Zaven akan mencoba mendekati Isaac.
Isaac tidak pernah begini, ia sosok putera sulung yang benar - benar tangguh, melakukan apapun sendiri, mandiri dan kuat, tidak pernah terlihat lemah.
****
Keesokan harinya.
Pamela sibuk di dapur, mengarahkan para pelayan untuk membuatkan makanan spesial. Hari ini akan ada kedua orang tuanya berkunjung, Tuan Abhizam Gilliam dan Nyonya Jessica Lyn.
"Honey, anak - anak belum ada yang turun?" Tanya Pamela pada Zaven, di meja makan pagi ini hanya ada suaminya dengan tablet ditangannya.
Zaven menurunkan kacamata yang dikenakannya, melihat sang Istri yang begitu cantik parasnya meski sudah bukan anak remaja lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END ]
Fiksi Remaja[ SEASON I ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja berusia 15...