17. Siraman rohani dari Koko

29 3 0
                                    


[A1]

Pagi hari ini kelas A1 terpantau sepi dan tidak ramai karena pemicu keributan belum pada datang. Mereka datang deket-deket gerbang mau di tutup. Ada beberapa anak yang udah datang tapi langsung sibuk sendiri karena apa karena ngerjain tugas matematika yang mendadak banget di kasih taunya. Kebiasaan banget emang gurunya. Di kasih tau tadi pagi di kumpulin nanti waktu pelajaran. Apa enggak gila pagi-pagi ngerjain matematika. Mana nanti pelajarannya fisika, ekonomi, kimia, sama bahasa mandarin. Sehat-sehat aja ngerjain hitung-hitungan dalam satu hari.

"Woy bagi jawaban matematika dong. Gue belum ngerjain sama sekali. Punya guru minta banget buat di jual." kata Haechan yang baru saja masuk kelas langsung grasak-grusuk.

"Kita juga belum selesai sama sekali. Mana soalnya 20 lagi. Mau nangis ajalah gue." jawab Lia yang menatap deretan angka yang tertulis rapi di dalam buku.

"Pagi dunia penuh dengan tipu-tipu." ucap Hyunjin yang baru aja datang bareng Yeji di belakangnya.

"Berisik lo dower. Diem gue lagi ngerjain matematika." kata Yiren yang sedang menghitung jawaban.

"Anjay gue lupa ada tugas! Woy bagi jawaban lah." ucap Hyunjin yang langsung cari buku matematikanya.

"Bacot banget lo Haje! Berisik lagi gue kepang usus lo." kata Yiren geram.

"Gan bagi jawaban woy!" ucap Sunwoo yang mendobrak pintu kelas dengan brutal. Di belakangnya ada duo titan, Han, Felix, sama Eric.

"Berisik lagi gue sunat lo sampe habis!!" kata Yiren yang baru saja menggebrak meja.

"Sorry orang pms lagi mode senggol bacok jadi tolong ya jangan ribut kalo enggak mau kena." ucap Heejin yang duduk di samping Yiren.

"Santai-santai guys. Kita negosiasi aja biar di kumpulin besok aja. Gila banget di kasih 20 soal tadi pagi dan di suruh ngumpul nanti waktu pelajaran." kata Eric yang membuat mereka mengangguk setuju.

"Koko!!" teriak Haechan dari tempatnya saat melihat Renjun yang baru saja datang bersama Hao dan Yangyang.

"Manggil siapa lo?" tanya Renjun pada Haechan.

"Lo boncel." jawab Haechan yang membuat Renjun mendengus kesal.

"Bilang boncel gue rendang ginjal lo." kata Renjun yang menatap penuh kemusuhan Haechan.

"Bercanda. Bagi jawaban matematika dong." ucap Haechan dengan wajah melas.

"Jijik gue lihat muka lo." jawab Renjun membuat Haechan memanyunkan bibirnya.

"Bagi jawaban napa njun." kata Haechan yang berjalan menuju ke bangku Renjun.

"Enggak ada bagi jawaban. Kerjain sendiri kalo enggak tau caranya tanya. Minta jawaban terus kapan bisanya?" ucap Renjun yang duduk di tempatnya.

"Yaudah ajarin gue caranya. Kalo gue tetep enggak bisa artinya otak gue menolak untuk paham." jawab Haechan yang meletakkan bukunya di meja Renjun.

"Putus asa lo? Kalo enggak bisa ya belajar lagi. Bukan ngeluh 'aduh gue enggak bisa pelajaran ini. Soalnya gue enggak suka pelajaran ini eww'. Sebenarnya kalian bisa tapi kalian males buat mengasah. Jadi sekarang enggak ada yang namanya tanya jawaban. Kerjain sendiri dan usaha sendiri. Yang lain udah susah-susah cari jawaban. Sedangkan kalian enak tinggal lihat doang." ucap Renjun yang membuat beberapa hati anak-anak kelas A1 tersentil.

A1 classTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang